CH ⁴

120 11 0
                                    

Cahaya matahari menyorot masuk kedalam ruang kelas membuat udara didalam ruangan sedikit panas.

Junkyu menatap Asahi yang sedari tadi menempelkan es batu yang dimasukkan kedalam plastik minuman itu di wajahnya.

"Ngapain kamu natap aku kayak gitu?"

Junkyu tersentak kaget. Ia langsung mengalihkan pandangannya kearah sorot mata Asahi. Ia kira Asahi sedang menegurnya, ternyata asahi menatap lurus pada sosok wanita yang sedang menatapnya remeh.

"Stress ya? Orang kaya kok nempelin es batu ke wajahnya. Beneran kaya atau cuma sok kaya?"

Tawa meremehkan keluar dari mulut gadis cantik di hadapannya.

Asahi mengedikkan bahunya acuh memilih tidak menanggapi perkataan gadis di hadapannya.

"Cih, sombong banget. Miskin mah miskin aja gak usah sok ngartis gitu deh."

Asahi yang mendengar celotehan tak bermutu dari gadis itu hanya menatapnya datar. Junkyu yang menjadi teman sebangkunya hanya mengedikkan bahunya acuh lalu berpindah duduk ke samping Haruto yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan.

"Duduk dulu situ biar bisa lebih deket ngobrol nya."

Haruto yang mendengar suara Junkyu berada di dekatnya segera mengangkat kepalanya.

"Tumben pindah kesini?"

Junkyu memilih untuk tidak menjawab sembari memberi kode untuk Haruto mengikuti arah pandang nya.

Ah, Haruto mengerti. Wonyeong pasti kembali membuat keributan dengan Asahi.

Haruto akui jika Wonyeong itu sangat pintar hingga menempati peringkat ke 4 paralel hingga terpilih menjadi anggota tim olimpiade. Namun tetap saja Haruto muak dengan wajah sok cantik dan sombong miliknya.

Mereka menatap Asahi yang meletakkan es batu tadi di atas mejanya lalu mengambil tasnya dan mencari sesuatu.

Asahi berdiri dari duduknya untuk menghampiri Wonyeong yang masih menatapnya remeh. Terlihat di tangan pria manis itu menggenggam sesuatu di tangannya.

Takk

"Buat kamu. Aku tau kamu suka minum beer itu kan? Itu merk beer yang selama ini kamu minum."

Asahi meletakkan beer dengan label namanya diatasi tangan gadis itu lalu berbalik menuju tempat duduknya kembali.

"Maksud lo apa ngasi gue ini? Lo mikir gue bakal percaya kalo merk nya emang atas nama lo gitu? Hahaha, lagipula beer ini tuh harganya mahal, orang kayak lo gak akan bisa dapat beer kayak gini."

Masih dengan senyum mengejeknya, Asahi menatap titik mata gadis itu lalu membalasnya dengan senyum yang tak kalah mengejek.

"Aku gak maksa kamu buat percaya. Jangan karna kelakuan ku gak mencerminkan kalau aku kaya, kamu bisa menilai kalau aku ini orang miskin. berlaku sesuai kemampuan aja. Kadang orang yang berlagak kaya sebenarnya gak ada apa apanya dibanding orang yang biasa biasa aja padahal aslinya kaya."

Hendak membalas, namun terdengar ocehan nyaring dari luar kelas yang tak luput dari tatapan semua siswa yang masih berada di kelas.

"Btw, orang yang lo anggep miskin itu spupu gue. Bahkan kekayaan orang tuanya mampu buat beli harga diri lo yang gak seberapa itu bitch."

Jeongwoo yang baru saja masuk kedalam kelas bersama Junghwan ikut tergelak mendengar tutur kata Mashiho.

"Gue sih kalo harganya murah juga gak akan gue beli. Mending investasi ke yang lebih penting."

Jawaban Jeongwoo telak membuat tubuh Wonyeong bergetar. Ia menatap Jeongwoo dan Mashiho bergantian sebelum berjalan meninggalkan mereka dengan sedikit menyenggol bahu Junghwan dan tentu dibalas sang pemilik bahu dengan lebih kuat membuat tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh.

"Caper banget najis."


***

"Oke, kita mulai latihannya sekarang aja ya."

Mereka semua mengangguk kepalanya dengan semangat. Terlalu bersemangat untuk menampilkan pertunjukan spektakuler yang akan mereka tampilkan.

"Junkyu, power lo tingkatkan lagi."

Junkyu mengangguk mendengar arahan dari Jihoon dan melanjutkan sesi latihan mereka.

"Jihoon suara lo terlalu tinggi. Turunin satu oktaf supaya nanti gak lost kontrol."

Kini Jihoon yang mengangguk mendengar evaluasi dari Yedam.

"Junghwan, dance lo jangan sampe over power ya, takut lo capek duluan sebelum lagu ketiga."

Evaluasi dari Hyunsuk membuat Junghwan mengangguk kepalanya mantap.

Latihan berlangsung hingga pukul 8 malam. Junkyu yang terlihat tampak kelelahan segera merebahkan dirinya di lantai dengan menutup matanya menggunakan tangan guna mengurangi rasa pusing akibat melihat lampu uang cukup terang.

"Kyu? Pulang yuk. Mama udah nanyain kamu ke aku nih."

Junkyu membuka matanya yang sedikit menyipit menatap Haruto yang juga sedang menatapnya.

"Kok mama ngasi tau nya ke kamu bukan aku?"

"Hp kamu mati kalo kamu lupa. Makanya mama nanyain kamu ke aku. Mama lagi nemenin papa ke jepang buat tiga hari ke depan. Kamu nginap di rumah aku aja sekalian kita belajar buat olimpiade."

Haruto berdiri lalu bergerak untuk memindahkan kakinya ke sisi lain tubuh Junkyu. Ia menarik tangan Junkyu perlahan agar pria manis itu mau berdiri dari acara berbaring nya.

"Ah mager. Mama juga gak ada di rumah, bentar lagi baru pulang ya."

Haruto menggeleng mendengar rengekan temannya itu. Ia tahu kebiasaan Junkyu jika sudah berbaring maka akan tertidur. Itu sebabnya Haruto harus cepat cepat membawanya pulang.

"Kamu gak bisa begadang. Udah ayok pulang, kamu juga belum makan malam. Kita mampir McD dulu sekalian beliin pesanannya Airi."

Dengan malas Junkyu menanggukkan kepalanya lalu bangkit dari acara berbaring nya. Ia menatap teman temannya yang juga menatap kearahnya.

"Gue pulang dulu ya. Btw inget Woo, besok kita latihan buat olim di rumah Haruto aja."

Jeongwoo mengacungkan jempolnya tanda menyetujui permintaan Junkyu.

"Yaudah gue sama Haruto cabut dulu. See ya guys."

Setelahnya Haruto melambangkan tangannya lalu pergi dari mengikuti langkah Junkyu yang sudah mendahului. Ia dengan cepat merangkul bahu Junkyu sesekali mengecup pucuk kepala Junkyu.

"Liat kan? Mereka tuh gak pacaran tapi kelakuannya begitu. Sangat tidak patut di contoh."

Yedam menatap Doyoung datar. Ia malas jika Doyoung sudah memulai aksi seperti seorang pakar dalam sebuah hubungan.

"Seenggaknya kita semua tau sih kalo mereka sama sama suka. Cuma Haruto doang yang bego gak bisa ngungkapin perasaannya."

Jawaban Jaehyuk mengundang tatapan datar dari teman-temannya.

"Apa? Gue salah dimana?" Tanyanya bingung.

"Kalo dia yang paralel aja bego, trus kita yang gak bisa apa apa ini gimana?"

Kini giliran Yoshi yang mendapat tatapan datar dari teman-temannya.

"Mingkem deh lo mendingan. Gak usah merendah untuk meroket lo bawang."



TBC/END?

Ehe.. jangan lupa vote yaa!!!

OLIMPIADE ~HARUKYU~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang