CH ⁹

106 9 0
                                    

Ini hari ketiga yang berarti hari terakhir untuk mereka yang mengikuti olimpiade. Puncak acara yang akan selalu menjadi sangat menegangkan diisi dengan peserta yang masuk kedalam babak 5 besar harus kembali bersaing dalam kompetisi yang mengharuskan mereka menjawab dengan sangat cepat.

"Selamat pagi, hari ini adalah puncak dari O2SN. Siswa yang berhasil masuk kedalam 5 besar diwajibkan berdiri di podium yang telah disiapkan. Siswa hanya diperbolehkan membawa 1 bolpoin dari masing masing peserta. Harap untuk para penonton yang berada di aula besar untuk tidak membuat keributan hingga acara selesai. Sekian, terimakasih."

Arahan sang pembawa acara membuat Jeongwoo menghela nafas. Sesuatu yang tidak beres akan terjadi, ia sangat meyakini itu. Dan sekarang kimia lah yang akan lebih dulu unjuk diri di babak pertama.

"Kalo lo gak tau apa jawabannya, diem. Jangan berlagak sok tau atau bertindak gegabah, Jang Wonyeong. Satu kesalahan lo bisa bikin kita berdua malu." Peringatnya tegas.

Dilihatnya Junkyu dan Haruto yang sedang duduk dengan tatapan yang sulit diartikan. Sekali lagi Jeongwoo meyakinkan dirinya agar tidak ada kesalahan diatas sana.

Berjalan dengan penuh percaya diri, Jeongwoo menatap tajam para audiens. Tidak ada senyum konyol diwajahnya yang biasa ia tunjukkan untuk teman-temannya.

Hingga sesi tanya jawab itu berakhir setelah 1 jam ia berada ditengah ketegangan membuat kelompok mereka berhasil mendapatkan juara ke-3.

Jihoon di kursi penonton menggeram marah melihat pertandingan di hadapannya. 6 jawaban yang sengaja dijawab asal asalan oleh Wonyeong berhasil membuat sorot matanya menjadi semakin terlihat sangat membencinya.

Selang waktu 30 menit untuk babak terakhir yang disiapkan untuk para peserta olimpiade fisika. Kini Haruto menatap Junkyu yang duduk disebelah dengan tatapan gugup.

"Tenang, Kyu. Kerjain dengan tenang dan jangan gegabah. Aku yakin kamu bisa lebih hebat dari aku." Ujarnya menenangkan. Tangan putih itu ia bawa kedalam genggaman tangan besarnya. Mengelus dengan hati hati bak kaca yang mudah pecah.

Junkyu menghela nafasnya pelan. Mereka sudah sampai sejauh ini, itu artinya ia tidak noleh mengecewakan partnernya maupun sekolah kebanggaan mereka.

Suara bel kembali berbunyi menandakan bahwa kompetisi fisika akan segera dimulai. Sepasang putra Victory itu berdiri dari duduknya dan melangkah tegas. Untuk kedua kalinya tatapan tajam itu terlontar membuat suasana kembali mencekam. Jeongwoo yang baru saja duduk di bangku penonton dan berkumpul dengan teman-temannya itu menatap lurus kearah kedua temannya yang juga sedang berjuang diatas sana.

"Gimana menurut kamu tadi, Woo?" Tanya Junghwan.

Jeongwoo mendengus mendengar pertanyaan dari sang pacar. Pertanyaan macam apa itu yang membangkitkan emosinya.

"Bikin emosi. Kamu gak tau aja seberapa besar keinginan aku buat ngejedotin kepalanya ke podium saking kesalnya."

Junghwan yang mendengar jawaban dari sang kekasih hanya terkekeh pelan. Ia mengusap punggung tegap Jeongwoo dengan lembut penuh kehati-hatian.

"Sabar, sayang. Orang kayak dia cuma caper doang kerjaannya."

Jeongwoo mengangguk menanggapi kekasihnya. Ia tersenyum manis membuat mata serigala nya menyipit lalu dengan tiba-tiba mengecup pipi sang kekasih. Junghwan yang diperlakukan seperti itu seketika menunduk malu.

"Jangan asal cium! Ini tempat umum tau?!" Omelnya pelan.

"Ya trus gimana? Aku butuh asupan tenaga habis perang batin sama si mak lampir." Jawabnya diiringi kekehan pelan.

Tanpa mereka sadari seseorang dibalik podium menatap mereka dengan tangan mengepal erat.



***

OLIMPIADE ~HARUKYU~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang