CH ⁷

109 10 0
                                    



Dua belas remaja dengan seragam sekolah yang tidak bisa dikatakan rapi itu sedang asik melihat lihat seisi mall. Tubuh mereka yang tinggi dengan seragam sekolah yang tidak di kancing serta tas yang disampirkan hanya disebelah bahu saja membuat kesan bad boy muncul dalam diri mereka.

Seolah sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, mereka berjalan santai menuju salah satu restoran cepat saji yang ada didalam mall itu.

"Mau makan apa kita?" Tanya Jaehyuk.

"Hm, pengen makan mie deh. Resto jepang yuk!"

Yedam mengangguk semangat mendengar ajakan Hyunsuk. Segera setelahnya mereka berjalan beriringan menuju restoran jepang yang berada didalam mall tersebut.

Tiba di restoran, sang pemilik restoran membungkuk hormat saat melihat keberadaan Park Jihoon yang tengah berdiri di antara mereka.

Mengangguk sekilas dengan senyum menawannya, ke-dua belas orang itu membungkuk sekilas lalu berjalan menuju meja kosong yang ada di pojok ruangan.

Setelahnya seorang pelayan datang menghampiri mereka dengan buku menu yang ada di dekapannya.

"Permisi, ini menunya. Silahkan di lihat terlebih dahulu."

Sang pelayan membuka buku catatannya untuk mencatat pesanan para tamu yang cukup penting di hadapannya. Tatapannya tak lepas dari Jaehyuk yang saat ini sedang tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan oleh Jeongwoo.

"Jika ada yang ingin menambahkan pesanan, harap segera memanggil pelayan. Saya permisi tuan-tuan."

Pelayanan itu berlalu dari hadapan mereka sesekali mencuri pandang. Kapan lagi mereka mendapatkan pelanggan yang memiliki paras bak dewa dan dewi Yunani itu?

"Hati hati."

Ucapan Asahi membuat tawa mereka terhenti. Jaehyuk yang duduk di sebelahnya menatap Asahi dengan tatapan bingung.

"Apanya yang hati hati?"

"Wonyeong."

Junghwan mengerutkan alisnya bingung. Temannya ini jika berbicara selalu saja membuat orang bingung.

"Kenapa lagi dia? Gak selesai selesai perasaan masalah kita sama dia. Gue aja bingung kenapa dia nyari masalah terus sama kita."

"Aku liat dia kemaren di bar pas ngambil beer yang kalian minta. Pertama kali aku liat dia datang ke bar, tapi kata mami dia udah sering disana. Tapi tadi malam aku liat dia lagi ngobrol sama cowok. Anak sekolah kita tapi aku lupa dia yang mana. Mereka ngobrol serius trus ketawa bareng."

Hyunsuk menghela nafasnya pelan. Lalu titik masalah dari pembicaraan ini terletak dimana?

"Gue belum nemuin permasalahannya dimana."

"Terakhir aku denger dia nyebut nama Jihoon sama Junkyu. Udah itu aja trus aku keluar karna Jaehyuk nungguin aku."

Mereka mengangguk. Itu artinya mereka harus lebih waspada lagi. Entah apa lagi yang akan dilakukan oleh orang gila itu.

"Permisi, ini pesanannya. Silahkan dinikmati tuan tuan."

Setengah dari pesanan mereka telah tersaji di atas meja. Tak lama kemudian pelayan lain datang menghampiri mereka dengan tangan bergetar.

Pelayanan wanita itu meletakkan semangkuk ramen di hadapan Haruto. Tangannya yang basah karena keringat dingin membuat pegangannya pada mangkuk itu terlepas hingga tumpah mengenai Haruto.

"Panas!" Teriaknya.

Junkyu yang duduk disamping Haruto segera membersihkan celana Haruto dengan tissue. Teman-temannya menatap sang pelayan bingung saat melihat tangan itu semakin bergetar takut.

"YURA! Kekacauan apa lagi yang kamu lakuin kali ini!"

Teriakan sang pemilik restoran membuat atensi seluruh pelanggan teralihkan kepada kedua orang itu. Tak terkecuali ke-dua belas pria yang duduk di dekat mereka.

"Ma-maaf tuan, saya tidak sengaja."

Kepalanya menunduk dalam dengan tubuh yang membungkuk berkali kali di hadapan mereka.

Yoshi yang duduk di hadapan Haruto memberhentikan gerakan gadis itu cepat.

"Udah jangan gitu lagi. Kita maafin lo kok."

"Kamu bisa pulang lebih awal, Jang Yura. Kedepannya kamu tidak perlu datang lagi kemari."

Yura menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin keluar dari pekerjaan ini. Jika benar ia dipecat, kemana ia harus mencari kerja untuk biaya sekolah adiknya.

Sang pemilik restoran berbalik membungkuk kearah mereka untuk meminta maaf atas kejadian yang baru saja menimpa mereka kemudian berbalik meninggalkan mereka semua dengan tatapan yang sulit diartikan.

Yura yang masih berdiri di hadapan mereka mengepalkan tangannya kuat. Tanpa permisi, gadis itu segera berlari masuk kedalam mereka semua.

"Haru, ganti pakaian mu dulu di kamar mandi sana."

Haruto mengangguk kemudian berjalan menuju kamar mandi. Ia mengganti pakaiannya menjadi lebih santai tanpa mengurangi kadar ketampanannya.

"Perasaan gue doang atau marga nya mirip sama mak lampir ya?"

Pertanyaan Mashiho berhasil menarik atensi mereka semua.

"Bener! Tapi kayaknya marga Jang bukan cuma satu keluarga deh. Iya gak sih?"

Mereka menganggukkan kepala sekali lagi mendengar gagasan dari Yoshi. Benar, tidak hanya satu keluarga yang menggunakan marga Jang. Sama seperti Park Jihoon dan Park Jeongwoo yang tidak memiliki ikatan darah walaupun mereka berdua memiliki marga yang sama.

"Lo gak liat tatapannya sinis banget ngeliat Junkyu tadi, Yosh?"

Yoshi mengedikkan bahunya mendengar pertanyaan dari Jeongwoo.

"Gue liat sebenarnya. Gue kira gue doang yang ngerasa. Ternyata lo juga merhatiin."

Jihoon mengangguk. Sudah ia putuskan bahwa ia akan meminta data lengkap milik sang pegawai. Anggaplah ini lancang karena sudah melanggar privasi orang lain. Tapi ia harus demi melindungi teman temannya juga.

"Abis ini gue mintain data tentang dia. Kita cari tau dulu darimana dia berasal."

Kompak semuanya mengangguk mendengar pernyataan Jihoon.

"Trus lo gimana Woo? Masih waras gak lo semenjak deketan sama Mak lampir?"

Pertanyaan Junghwan membuat mereka semua terkekeh pelan melihat raut wajah Jeongwoo yang semakin masam.

"Kalau penyakit gila itu menular, mungkin sekarang gue udah gila gara gara deketan sama dia. Pusing anjing. Belajar bareng tapi dia gak pernah ikut belajar. Makan mulu kerjaannya padahal gak ikut patungan."

Jawaban dari Jeongwoo kembali memecahkan suara tawa mereka. Jaehyuk hanya bisa mengasihani teman sekaligus tetangganya itu.

"Hahaha nasib lo jelek banget Woo. Gapapa tinggal lusa ini lombanya. Abis itu mau lo buang dia ke laut pun kita gak peduli."

"Percaya gak kalau gue bilang tim nya Jeongwoo bakalan kalah lusa nanti?"

Pertanyaan Junkyu kompak mengalihkan atensi mereka semua. Tatapan bingung seolah meminta Junkyu untuk melanjutkan kalimatnya.

Junkyu mengedikkan bahunya tanda tak ingin menjawab lebih jauh. Ia meminum jus jeruk di hadapannya dengan santai.

"Wonyeong dan segala kelicikannya. Tujuan dia bukan buat menang lomba dan membanggakan sekolah. Yang dia mau itu kehancuran kita. Udah jelas disini kalo dia berhasil ngerusak lomba nanti, Jeongwoo gak akan bisa maju lagi untuk lomba kimia tahun depan, kan?"

Benar. Pernyataan Junkyu membuat mereka semua mengangguk kompak. Menghela nafas pelan, Jeongwoo memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Tujuannya saat ini adalah memenangkan olimpiade ini terlebih dahulu.


TBC/END?

Kangen Yedam:(

Jangan lupa vote dan komen! Habis olimpiade bakal ku kasi tau masalah apa yang terjadi sampai Wonyeong benci banget sama mereka.

OLIMPIADE ~HARUKYU~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang