Setalah melewati beberapa hari yang berat bagi Alensha, kini ia kembali lagi ke rutinitas dengan semngat baru, Alensha duduk di dalam kelas, posisinya menghadap pintu. Tiba-tiba saja Alensha melihat Iyan bersama beberapa temannya melewati pintu kelas dan menghadap ke dalam kelas Alensha. Tentu saja keduanya saling bertatapan apalagi bangku Alensha berada paling depan.
Beberapa hari ini Alensha kurang fokus karena memang membutuhkan beberapa hari untuk menghilangkan kesedihannya sendiri, tapi untungnya Alensha berhasil keluar dari hubungan toksik. Beberapa hari ini juga Alensha melupakan siapa pemilik nomor baru yang seminggu yang lalu mengirimkannya pesan.
"Baru ketemu lagi ya." [10.02]
Tanpa rasa penasaran lagi, Alensha sudah mengetahui bahwa pemilik nomor baru itu adalah Iyan.
"Kenapa senyum kamu mahal?" [10.06]
Sebenarnya Alensha malas untuk berbasa basi seperti ini, ia tidak begitu tertarik untuk membalas pesan tapi karena ia ingin menjalin komunikasi yang baik dengan siapapun sehingga ia membalas pesan whatsapp dari Iyan.
"Mahal gimana maksudnya?" [10.08]
"Nggak jadi." [10.09]
"Gak ke kantin?" [10.10]
"Ini juga mau ke kantin." [10.11]
"Sampai jumpa di kantin ya." [10.11]
"👍" [10.12]
Memasuki kantin, ketiga sekawan itu mulai memesan makanan kemudian duduk di kursi yang masih kosong. Tak dipungkiri, ternyata Viska duduk tepat berhadapan dengan Iyan.
"Miscall." Bisik Viska pada Alensha yang baru saja duduk.
Spontan menatap ponsel Iyan yang ada di atas meja.
DRRR DRRR DRRR
Meja yang bergetar membuat Viska sedikit histeris.
Tingkah Viska menimbulkan pusat perhatian di meja panjang itu.
"Kenapa Vis?" Tanya Lisi.
"Nggak." Jawab Viska berusaha mengelabui rasa panik.
Kini Iyan gugup ketika menatap ponsel sekilas yang kemudian menatap Alensha instan.
Alensha yang menyadari tatapan Iyan spontan menunjuk Viska.
Tingkah Alensha yang alami memberi kesan lucu bagi Iyan. Alhasil Iyan tersenyum simpul.
Menyadari senyuman Iyan, Alensha pun membalas dengan senyum yang sama.
"Eh Iyan, lo kenal Lensha?" Tanya Lisi ketika menyadari senyum Iyan.
Lisi dan Iyan satu gugus sehingga mereka cukup akrab.
Dengan samar Iyan menganggukkan kepala.
"Iyan lo malu malu kucing?" Tanya Lisi lagi.
"Nggak."
"Jadi gais, Iyan ini tipe orang pemalu, waktu MOS dia sering diam, gak terlalu bergaul, dia tuh cuek cuek gitu orangnya tapi dia baik." Ungkap Lisi pada kedua sahabatnya tapi ternyata didengar satu meja.
Viska dan Alensha hanya diam, biasanya penjelasan Lisi mendapatkan respon antusias dari keduanya tapi kali ini Viska dan Alensha memilih tak berkutik.
"Iyan lo jangan diam terus nanti susah dapat cewek." Lanjut Lisi.
Iyan hanya tersenyum.
"Kalau ada nomor whatsapp mah gampang." Sahut Viska.
"Tipe cewek lo kayak siapa sih Yan?" Lisi mencoba membuka tentang Iyan lebih dalam semata-mata untuk membangun komunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Boy
Teen FictionAda yang bilang cinta pertama itu sulit dilupakan, ada yang bilang cinta pertama itu menyenangkan, ada yang bilang cinta pertama itu menyakitkan dan ada yang bilang cinta pertama itu berkesan. Tentunya hal yang pertama kali dilakukan itu menimbulk...