"Happy birthday Alensha, semoga panjang umur, sehat selalu, rezekinya lancar, langgeng sama Iyan, dijauhkan dari PHO, doa terbaik deh untuk hubungan kalian semoga langgeng sampai kakek nenek." Ucap Viska dramastis, tangannya saling bergenggam seperti merasa gemas.
"Aamiin makasih Viska." Balas Alensha disertai senyum.
"Happy birthday Alensha, harapannya seperti Viska tadi, dan yang paling penting jangan lupa traktirannya." Ucap Lisi lalu menepuk-nepuk pundak Alensha.
Masih menjadi misteri, mengapa orang yang berulang tahun selalu dimintai traktiran? Padahal itu bukanlah kewajiban dari orang yang umurnya sedang bertambah, justru itu menjadi beban tersendiri, bahkan ucapan itu seakan-akan menciptakan ketakutan.
"Makasih Lisi, tapi gak kreatif." Jawab Alensha masih dengan senyum yang sama.
"Ya udah gue ulang, selamat ulang tahun Len, rasanya terlalu munafik kalau gue ngucapin semoga panjang umur padahal ulang tahun itu membuat umur semakin pendek, jadi gue gak macam-macam cukup doa mu aminku." Jelas Lisi.
"Makasih Lisi, semoga doa baik kembali ke kalian semua."
"Semoga berjodoh sama Iyan." Tambah Viska.
"Kalau lo mau, gue bisa nyari 40 amin di sekolah ini biar lo bisa berjodoh sama Iyan." Tambah Lisi lalu memicingkan sebelah mata.
"Ya udah cari sana." Titah Alensha.
"Untungnya gue mager."
"Huuuuu, dasar."
Alensha sedikit terhibur dengan lelucon yang dibungkus dalam ucapan selamat ulang tahun dari kedua sobat kampretnya. Meski tak sepenuhnya membuat mood Alensha membaik tapi ini sangatlah bermanfaat untuk membangkitkan selera humor yang beberapa hari ini redup.
Selain memberi lelucon pada Alensha, Lisi dan Viska juga melemparkan lelucon gila pada beberapa teman yang melintas di depan kelas, dimana Lisi dan Viska menertawakan beberapa penampilan teman yang berbeda dari yang lainnya. Mereka membuat lelucon secara terang-terangan langsung di depan korban, biasanya hanya menertawakan dari jauh tapi sekarang di depan korban.
"Kenapa lo nggak setrika baju? Kusut banget hidup lo." Sindir Lisi pada salah satu teman yang pakaiannya amburadul serta rambutnya yang acak-acakan.
Sikap Lisi sontak membuat Alensha dan Viska malu, bahkan Alensha dan Viska seperti orang yang tidak saling kenal ketika Lisi mengeluarkan aksi gilanya. Namun Alensha dan Viska tak bisa menahan kemunafikan, mereka ikut tertawa setiap kali Lisi mengeluarkan lelucon.
"Pake sisir dong." Sindir Lisi pedas.
"Nggak sempat." Jawab teman yang diejek seraya tertawa.
Memang ketiganya bukanlah siswa nakal di sekolah, mereka termasuk sopan pada guru, rajin dan pintar, bukan pula geng legendaris yang mempunyai jagoan di dalamnya serta bukan jenis siswa yang suka berkelahi. Mereka hanya suka menghibur diri tanpa mencari masalah meskipun lelucon yang dilontarkan ini termasuk pemancing masalah.
"Eh raja tidur!" Sindir Lisi pada laki-laki yang baru saja lewat.
"Apa sih?"
"Lo mau jadi apa?" Tanya Lisi angkuh.
"Apa sih? Gak jelas banget hidup lo."
"Ihh! Kok jadi sewot."
"Ngurusin diri dulu baru ngurusin orang."
"Sensi banget jadi cowok, kurang asik hidup lo."
Laki-laki itu berjalan cepat dan tak menghiraukan ucapan Lisi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Boy
Teen FictionAda yang bilang cinta pertama itu sulit dilupakan, ada yang bilang cinta pertama itu menyenangkan, ada yang bilang cinta pertama itu menyakitkan dan ada yang bilang cinta pertama itu berkesan. Tentunya hal yang pertama kali dilakukan itu menimbulk...