Bab 9

14 3 0
                                    

"Nanti sore bikin acara yok." Ajak Lisi semangat.

"Di rumah lo?" Viska memastikan.

"Iya, bagusnya kita bikin apa ya?" Lisi mencoba mengingat berbagai deretan makanan yang pas untuk disajikan sore.

"Bakwan aja." Saran Alensha.

"Jangan lupa minuman berwarna." Tambah Viska.

"Ya udah deh, jam 4 pas, gak terima kata terlambat." Lisi meyakinkan.

"Patungan atau lo sponsor?" Tanya Viska.

"Kalau bakwan gue yang tanggung, minuman lo berdua yang tanggung, beli minuman sachet aja sama es batu, airnya  gue yang tanggung." Jelas Lisi.

"Ya iyalah lo tanggung air, yakali gue sama Lensha bawa air masing masing dari rumah." Komen Viska.

"Makanya gue bilang gue yang tanggung airnya." Lisi memperjelas.

....

Tepat jam 15.50 Alensha dan Viska sudah tiba di depan rumah Lisi. Ketukan pintu berulang kali tak menemukan jawaban dari yang punya rumah.

"Kemana sih?" Tanya Viska bingung.

"Harusnya Lisi udah siap siap jam segini apalagi dia yang rencanain." Tegas Alensha.

"Len, coba lo telpon whatsapp." Saran Viska.

Dengan sigap Alensha merogoh sakunya.

Ponsel itu sudah berada di genggaman Alensha, disana ia melihat sebuah notifikasi whatsapp dari Alfan. Entah kenapa laju jantung Alensha begitu cepat, seperti ada yang aneh.

"Apa kabar?" [15.10]

Sesuai dengan janji Alensha, dia hanya ingin fokus pada Iyan dan melupakan Alfan.

"Gak aktif?" Tanya Viska yang berhasil membuat Alensha terkejut.

"Lo kenapa?" Tanya Viska, raut Alensha terlalu gampang untuk ditebak.

"Tadi lo nyuruh gue apa?" Panik Alensha.

Tak habis pikir, Alensha melupakan tujuannya membuka ponsel, padahal belum cukup 2 menit.

"Telpon Lisi, lo kenapa sih?" Ulang Viska karena merasa aneh.

"Oo iya ya." Ucap Alensha lugu.

"Masih muda udah amnesia, kayak orangtua aja." Cetus Viska.

"Maklum, belajar jadi orangtua." Ucap Alensha dengan kekehan kecil.

Viska menangkap anak kucing yang baru saja melewatinya. Tanpa sepatah kata Viska langsung menyodorkan paksa anak kucing itu pada Alensha.

Alensha yang takut dengan anak kucing spontan teriak.

"Viskaaaaaaaa!"

"Katanya belajar jadi orangtua." Ucap Viska santai.

Viska berusaha menengadahkan salah satu tangan Alensha.

"Viskaaaaaa!"

Tak Terima dengan perlakuan Viska, Alensha berlari dan menjauh.

Viska menghentikan kejahilan nya lalu menimang-nimang anak kucing itu layaknya anak bayi.

"Belajar jadi orangtua tuh gak harus amnesia, tapi kayak gini."

"Ogah!" Sentak Alensha.

Tiba-tiba pintu rumah Lisi terbuka, yang menampilkan Lisi yang masih memakai seragam sekolah seraya mengucek mata, pertanda Lisi baru bangun.

Hidden BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang