2. Kamar Garahel

48 22 13
                                    

⋇⋆✦⋆⋇ 


Kini, di depan ku terdapat sebuah ruangan. Ruangan itu memiliki pintu berwarna putih, dan pada bagian atasnya terdapat sebuah goresan nama yang dilapisi warna emas. Garahel.

Kapan mereka sempat mengukir namaku? Kakek tua itu bahkan belum mengetahui namaku saat pertama kali kita bertemu.

Pertanyaan itu terlintas dikepala. Dan seolah-olah dapat membaca pikiranku, Manggala menjawab pertanyaan tersebut.

“Pemilik kamar sebelumnya telah menyelesaikan tugasnya, ia memilih untuk bereinkarnasi. ” Ujarnya dan menatapku sekilas, lantas melanjutkan kalimatnya dan menunjuk ukiran itu. “Karena itu, para pengurus maesens segera mengganti ukiran nama sebelumnya dengan nama baru yang akan menghuni kamar ini. Yaitu kau, Garahel. ”

Aku hanya menganggukkan kepala. Dan sesaat setelahnya, Kakek tua itu membuka kamar tersebut. Kaki ku melangkah mengikutinya dari belakang. Seketika kedua mataku langsung berpendar. Menelisik tiap sudut ruangan tersebut.

Bagi orang sepertiku yang sebelumnya hidup di jalanan, tidur dari satu tempat ke tempat yang lain, ruangan ini sangat luas dan sangat bersih. Ada lemari berwarna putih yang berdiri kokoh di sebelah kanan ranjang, kasurnya tampak sangat empuk. Juga ada nakas dengan warna sama di sebelah kiri ranjang tersebut. Di atas nakas pun berdiri sebuah lampu, yang pernah aku lihat di Toko peralatan rumah tangga semasa hidupku.

Semua barang-barang serta tembok di ruangan ini didominasi oleh warna putih. Oh aku juga baru menyadari, kalau semua pintu dari setiap kamar--termasuk kamarku ini--pun berwarna putih.

“Nah, ini adalah kamar yang akan kau huni selama kau masih menjalankan tugasmu. ” Manggala menyerahkan sebuah kunci berwarna perak kepadaku. “Beristirahat lah sekarang jika kau lelah, aku akan pergi mengurus yang lain. ”

Perlahan-lahan punggung nya yang agak bungkuk mulai menghilang dari pandangan. Pintu telah tertutup rapat. Dan aku masih terdiam di tempat, masih tak menyangka dengan apa yang terjadi ataupun di mana aku saat ini.

Mataku kembali menelisik ruangan, dan terpaku pada lemari di dekat ranjang. Saat otak ku memberi sinyal untuk berjalan ke arah sana, kaki ini langsung menurutinya. Dilanjutkan oleh tanganku yang membuka lemari tersebut, penasaran.

Di dalamnya, tergantung rapi beberapa jubah putih bergaris-garis keemasan seperti yang digunakan oleh Kakek tua tadi. Pun dengan orang-orang yang ku lihat saat pertama kali berada di sini.

Bahannya sangat halus. Pikirku saat memegang jubah tersebut.

Mata ini lalu beralih pada ranjang dengan kasur yang terlihat sangat empuk. Tanpa basa-basi, langsung saja aku melompat ke sana. Sudut bibirku terangkat sempurna. Dan aku tertawa, menampilkan deretan gigi yang lumayan rapi.

Aku beralih pada lampu tidur di atas nakas. Tanganku mulai memainkannya. Nyala-mati-nyala-mati. Begitu terus hingga aku puas dan berhenti sendiri. Lantas berbaring telentang sambil memejamkan mata.

Jangan hiraukan tingkahku yang kekanak-kanakan. Wajar saja, aku tak pernah tinggal di tempat yang teduh, bersih, dan luas seperti ini. Dan sekarang, aku dapat merasakannya. Meskipun harus mati konyol terlebih dahulu untuk mendapatkan ini semua.

Beberapa menit telah berlalu. Tubuhku yang tadinya berbaring nyaman di atas ranjang, segera beralih posisi menjadi duduk. Tangan ku meraih gulungan tadi, yang diberikan oleh Manggala.

Ku buka kembali gulungan tersebut, lantas membaca tulisan yang tercetak berulang-ulang kali. Sembari berpikir. Tadi sebelum aku dan Manggala sampai di kamar ini, ia memberi tahu ku sesuatu.

“Ada hal yang perlu kau ingat nak, ” Ucapnya dengan wajah dan intonasi yang serius. “bahwa manusia tidak dapat melihat ataupun mendengar suara kita. Bisa dibilang, mereka tak tahu keberadaan kita. Namun, kita dapat menyentuh benda-benda mati dan juga berinteraksi dengan makhluk hidup lain, yaitu hewan atau mungkin juga tumbuhan meskipun itu sangat jarang terjadi. ”

Jika yang dikatakan Manggala benar, lantas dengan cara apa aku bisa membuat gadis bernama Liana itu tersenyum? Kurasa tugas ini memang tidak semudah yang ku kira. Tapi, untuk membuat gadis itu tersenyum, sepertinya aku harus mengenalnya terlebih dahulu. Mengetahui apa yang disukai oleh gadis bernama Liana tersebut.

⋇⋆✦⋆⋇ 

11.07.23

Bagaimana Cara Untuk Membuat Liana Tersenyum?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang