Bab 24 🔞

37.1K 1.5K 504
                                    

[REPUBLISH]

Halo guys, spill dong kalian asalnya darimana aja?

Kalau aku dari Medan. Horas! 😁

===========================

POV Derry

Nada dering dari ponsel diatas meja membuat saya tersentak bangun. Saya bergerak pelan mengambil ponsel tersebut sambil menahan tubuh seorang gadis yang masih tidur nyenyak di pelukan saya.

Saat melihat nama yang tertera di layar, kantuk saya hilang seketika. Dengan berat hati saya harus membangunkannya. "Dee," panggil saya pelan sambil mengusap punggungnya.

Dia menggeliat diatas tubuh saya, mendongak melihat saya, lalu tersenyum dengan wajah sayu. Saya membalas senyumannya, lalu menunjukkan layar ponselnya ke depan wajahnya.

Tidak berbeda jauh dari reaksi saya tadi, dia pun tersentak seketika. Dia langsung bangun dari atas tubuh saya dan duduk di sofa dengan wajah pucat.

"Kamu atau saya yang angkat?" tanya saya dengan tenang sembari duduk di sebelahnya.

"Aku aja," jawabnya cepat lalu mengambil ponsel dari tangan saya.

Dia mengusap wajahnya, berdehem keras satu kali, lalu mengangkat panggilan telepon dengan mengaktifkan speaker.

"Halo, Ma," ucapnya senormal mungkin. Saya bersandar di sofa dengan bersedekap sembari memasang telinga mendengar obrolan mereka.

"Kak, kamu lagi dimana?"

"Di apartemen, Ma. Ini baru bangun."

"Papa ada?" Suara Bella agak memelan.

"Ada. Mama mau ngomong?"

"Oh nggak-nggak. Mama mau ngomong sama kamu aja. Papa nggak dengar kita ngobrol, kan?"

Kami berdua saling melihat dengan tatapan bertanya-tanya. Saat dia hendak mematikan speakernya, saya langsung menahan tangannya. Dia kelihatan dilema dan gelisah.

"Nggak kok," jawabnya kemudian. "Ada apa, Ma?"

"Kak, kamu udah tau belum berita soal penerimaan award kamu kemarin rame di internet? Kata Mitha, nama kamu jadi trending topic di twitter. Mama kurang ngerti sih."

"Oh iya?"

Dia tampak terkejut dan excited. Tanpa memutus sambungan telepon, dia mengutak-atik ponselnya dan tersenyum sumringah. Dia menunjukkan layar ponselnya ke saya dan benar saja, ada artikel berita dengan judul "Membanggakan! Seorang Mahasiswi Asal Indonesia yang Kuliah di NY, Menjadi Penerima Awards dari Unicef"

Fotonya saat berpidato diatas podium menjadi foto sampul berita tersebut.

"Udah lihat belum?" tanya Bella dari seberang sana. Saya menangkap gelagat tak suka dari suaranya. Semoga hanya perasaan saya saja.

"Iya, Ma. Can–"

"Kak," Bella memotong, lalu terdengar hela nafas panjang. "Mama bukannya nggak senang kamu melakukan kegiatan positif. Tapi.. Mama kan berangkatin kamu kesana buat kuliah. Fokus aja sama kuliah kamu ya. Jangan kebanyakan main."

Wajah gadis itu berubah sendu.

Astaga Bella! Dia melakukannya lagi. Dia berhasil mematahkan semangat putrinya untuk kesekian kali.

Saya jadi ingat dulu saat Delilah SMP, dia pernah  direkomendasikan oleh gurunya untuk mewakili sekolah dalam ajang perlombaan seni dengan menampilkan permainan pianonya. Tentu saja dia sangat senang. Namun saat dia memberitahukannya pada Bella dengan penuh rasa bangga, Bella malah melarangnya ikut. Alasannya agar dia fokus belajar karena nilai akademiknya lagi turun waktu itu. Tapi ternyata hal itu berdampak besar bagi Delilah. Sejak saat itu, dia tidak pernah mau lagi menunjukkan kemampuan berpianonya pada siapapun kecuali di rumah. Bahkan teman-teman SMA nya tidak ada yang tahu kalau dia piawai dalam bermain piano.

Complicated StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang