[REPUBLISH]
Thanks guys udah memenuhi target dari bab sebelumnya.
Untuk bab ini aku naikin target ya. Vote 1,25rb dan komen 700.Bab ini mengandung konten 18+. Harap kebijaksanaannya.
=====================================
POV Derry
Lilah!
Saya menatapnya tajam saat tangannya bersiap membuka pengait kalung di lehernya. Saya tahu dia sedang dalam situasi terdesak, tapi saya tetap tidak rela jika dia harus melepas kalung itu dari lehernya.
"Ayo cepat. Mitha udah nunggu di bawah dari tadi. Kalian malah asik ngobrol," ucap saya mengabaikan Bella yang berdiri di sebelahnya.
"I–iya, Pa." Dia segera mengambil tas kecil di atas tempat tidur lalu berjalan mendekati saya. Mereka berdua berjalan di belakang saya menuruni tangga. Mitha sudah menunggu di bawah, lalu Bella mengantar kami bertiga sampai teras.
Mitha duduk di depan dan Dee di belakang. Kami mengantarnya terlebih dahulu ke sekolah. Setelah Mitha turun dia pindah ke sebelah saya dan langsung bersender di bahu saya.
Saya memajukan bahu saya agar kepalanya tidak bersender disana. Rasa kesal saya belum hilang karena tadi dia berusaha melepas kalung itu dari lehernya. Kalau saya tidak ada disana, mungkin kalung itu sudah berpindah tangan ke Bella.
"Kenapa sih?" Dia menarik paksa bahu saya agar bersandar saya dan menyenderkan kepalanya lagi.
"Awas.. Saya masih marah sama kamu," ucap saya tanpa menoleh padanya.
"Utututu.. marah kenapa sih? Coba cerita," ucapnya sambil menggelitik bawah dagu saya seperti memperlakukan anak anjing. Menjengkelkan dan menggemaskan dalam waktu yang bersamaan, itulah dia.
Saya menatapnya tajam tapi dia tidak terlihat gentar sedikitpun. Dia malah menoel-noel pipi saya dengan telunjuk sembari memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Kamu mau lepas kalung itu kan tadi? Saya nggak suka," ucap saya ketus.
"Oh gara-gara itu. Ya, gimana lagi. Akunya serba salah. Kalau nggak aku lepas takutnya Mama malah mikir aneh-aneh. Mau ngelepas juga nggak rela. Tapi untung ada kamu tadi.. Makasih ya," ucapnya manja sembari menggelayut di lengan saya.
Saya pun luluh begitu saja. Tangan saya mengusap pipinya dan dia tertawa senang.
"Mama kamu nggak tahu soal kalung itu. Lain kali jangan dilepas saya," ucap saya.
"Iyaa.." jawabnya agak panjang sambil menautkan jemari tangan kami. Saya mencium punggung tangannya lalu menggigitnya gemas.
#
"Udah banyak yang berubah ya," gumamnya saat kami memasuki ruangan pribadi saya di lantai 2 restoran.
"Ya iyalah. Kalo selama 2 tahun nggak ada perubahan, berarti bisnisnya nggak jalan dong," jawab saya sembari membaca-baca laporan keuangan yang diletakkan karyawan saya diatas meja.
"Pak Paul, tolong ke ruangan saya sebentar." Saya menelepon pegawai bagian keuangan. Saat mendengar saya memanggil karyawan, dia langsung duduk tenang di sofa sambil memainkan ponselnya.
Tak lama kemudian pria berdasi berusia 40-an bernama Paul itu mengetuk pintu dan saya persilakan untuk duduk.
"Pak, sisa tagihan PT. SM Sejahtera belum dilunasi ya? Bukannya perjanjiannya akan dilunasi 7 hari setelah acara selesai?" tanya saya.
"Betul, Pak. Masa tenggatnya memang sudah lewat 15 hari. Mereka meminta perpanjangan waktu hingga bulan depan karena anggaran mereka belum turun."
"Oh begitu. Tapi ada kesepakatan tambahan 2% apabila pelunasan lewat 10 hari dari masa tenggat, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Stepfather
RomanceDerry dan Delilah adalah ayah dan anak tiri yang harmonis dan saling menyayangi selayaknya ayah dan anak. Namun kejadian satu malam mengubah segalanya. Tanpa sengaja mereka terjebak one night stand di sebuah hotel dan sejak saat itu mereka mulai men...