Bab 5

37 13 1
                                    

"Kenapa anda membawa saya ke tempat ini, dan apa hubungannya dengan tombol kehancuran Bumi."

"Saat ini, kami sedang bersembunyi dari makhluk yang jutaan tahun lebih maju dari kami, untuk itu kami butuh sesuatu yang ada di dalam dirimu."

"Omong kosong, cepat! kembalikan aku ke rumah!" Teriaku menghadap ke atas, sumber suara itu.

"Rumah? kau pikir bumi adalah rumah mu?" suara misterius itu tertawa "Hahahaha!"

"Lebih dari tujuh juta tahun yang lalu, kami menemukan bumi setelah berhasil melarikan diri dari makhluk yang mengincar kami. Kami menetap di bumi untuk waktu yang cukup lama," 

"Hei, apa kau bisa memberiku popcorn dengan sebotol cola dingin?" Aku tidak terbiasa mendengar omong kosong tanpa menikmatinya dengan makanan.

"Ah, tunggu sebentar," setelah beberapa menit, "tidak ada popcorn, tapi kami punya sesuatu yang mungkin bisa membuatmu merasa puas." Tiba-tiba muncul mangkuk sebesar kaki gajah yang di dalamnya terdapat, mungkin sejenis sup, warnanya ungu kebiruan meluapkan gelembung, berisi kepala ikan aneh yang bisa menjerit.

"Ehemm... sampai mana," Aku tidak bernafsu untuk makan, lalu kujawab, "Mengkolonisasi Bumi."

"Aha! jadi kalian adalah spesimen kera yang berhasil kami ciptakan dengan modifikasi DNA pada tingkat molekuler, bersyukurlah kalian karena sebelumnya kalian bahkan tidak dapat mengenali kotoran dengan pemahaman kontekstual."

"Adam pertama yang kami ciptakan, menghilang tidak dapat kami temukan dan dia adalah mahakarya. Di dalamnya terdapat informasi berharga dari setiap sel dan kesadaran pada dirinya."

"Dia berpotensi menjadi *****"

"Dia adalah monster evolusi biologis yang belum pernah kami ciptakan sebelumnya. Kami hampir menyerah mencarinya selama ini. Setelah itu, musuh yang mengincar menemukan kami, kami harus meninggalkan tempat yang selalu kami impikan sebagai rumah, meninggalkan Bumi."

"Kalian tumbuh tanpa pengawasan di alam bebas dengan 'adam' yang tidak dapat kami temukan. Dan akhirnya, kami menemukannya."

"Hanya kaulah harapan kami yang tersisa untuk melawan mereka, yang dapat membantu kami untuk berevolusi."

Mereka menginginkan diriku untuk menjadi subjek penelitian, mungkin ada hubungannya dengan mimpi itu.

"Jadi kalian akan mempelajari 'adam' dalam tubuhku untuk membantu proses evolusi kelompok kalian sendiri?"

"Tepat!"

"Apakah kalian akan membiarkan ku hidup?"

"Tidak. Kami akan mengambil setiap organ tubuhmu, setiap sel di dalam tubuhmu, jaringan saraf pada otakmu, mempelajari setiap atom dalam tubuhmu."

"Apa yang terjadi jika aku menolak?"

"Kami akan menghancurkan Bumi, meskipun kau melarikan diri."

"Kami akan memberimu kesempatan hidup jika bersedia menekan simbol pedang, dengan menekan tombol itu kamu akan membantu kami untuk berperang melawan mereka. Akan tetapi kami akan mengambil alih Bumi."

"Atau kau lebih memilih simbol perisai untuk menjaga Bumi dan menyerahkan dirimu pada kami."

"Apa yang akan kau pilih?"

***

Tiga tahun lalu, aku tidak begitu ingat pada hari kepergian Joe.

Setelah 3 tahun kematian Ibu, hingga sekarang adalah tahun ke-enam 2022.

"Joe, serius kau akan pergi?" Ucapku.

"Ya! aku muak melihatnya! Mabuk-mabukan, judi, main perempuan... bahkan berhenti bekerja."

"Dia itu di pecat Joe! karena berita itu."

"Bukan itu, bukan," Joe mengemasi barang nya, "dia melupakan kita karena tidak bisa mengatasi kesedihannya."

"Joe!!" Adikku pergi, tidak pernah kembali. Aku tidak tahu bagaimana kabarnya, apa dia masih hidup atau mati, aku tidak tahu.

***

Jika aku menekan tombol dengan simbol perisai, bumi akan selamat, tetapi aku mati.

Dan apabila aku menekan tombol dengan simbol pedang, aku akan selamat, bumi akan dikuasai, manusia akan musnah.

Pilihannya hanya ada dua, apakah ada cara lain untuk menyelamatkan bumi dan hidupku. 

Kenapa mereka harus repot-repot menyuruhku menekan tombol, jika mereka dapat menculikku dengan mudah, mereka dapat mengambil adam dan menyerang bumi, dengan atau tanpa persetujuan dari siapapun.

Adam... Mungkinkah karena meteorit itu...

[TIGA TAHUN LALU]

Di hari pertamakali aku bekerja, setelah aku keluar dari toko aku melihat sebuah komet.

Komet itu melintas dari cakrawala saat aku menghirup udara segar, menuntun rasa penasaranku pada sesuatu yang langka, letih dengan pekerjaan yang tidak sesuai ekspetasi, mencari rumah untuk bermanja, anehnya aku berlari.

Pada malam yang penuh bintang dan cahaya bulan bersinar sempurna komet tersebut mengarah pada sebuah ladang. Cahaya terang merah terbakar, membuat ladang itu bermandikan cahayanya, sehingga dapat memudahkan-ku untuk berjalan diatas setapak tanah.

Cukup jauh aku mengejarnya, hingga meledak menghantam tanah membakar ladang di sekelilingnya. Aku menahan langkah untuk mendekatinya karena terlihat cukup berbahaya; namun aku sudah melangkah terlalu jauh, berbalik arah terasa sia-sia.

Aku menerjang kobaran api, melepas seragam yang mudah terbakar, berlari menuju kearahnya.

Semakin dekat hingga beberapa kilometer, hantamannya membuat kawah, cukup aneh dengan adanya energi yang tersisa mampu menembus lapisan mesosfer karena biasanya benda seperti itu akan terurai menjadi debu setelah jatuh dari bumi, kecuali dimensinya sebesar gedung atau pulau.

Aku mendekat... semakin dekat... dan melihat.

Kepulan asap menghalangi penglihatanku, lalu kuambil seragam, mengibaskannya beberapa saat dan aku melihat... Itu bergeliat diatas batu luar angkasa... seperti cacing yang tersengat matahari.

Kubuka mata dengan lebar... tertutup oleh kepulan asap, sesuatu melesat masuk ke mata ku, panas yang luar biasa menyebar ke seluruh tubuh ku, sakitnya hingga aku tidak sadarkan diri.

Keesokan harinya, aku berada di tempat tidur, mengira itu mimpi.


Setelah kejadian itu aku sering bermimpi aneh. Aku berjalan di sebuah tempat gelap, kehampaan tak terbatas, tidak tahu mengarah kemana, aku hanya berjalan maju... Hingga aku menemukan cahaya.

Cahaya itu menuntunku pada sebuah pintu yang ada di depanku.

Saat aku ingin membukanya, sesuatu dibalik pintu berbicara kepadaku.

Dia bilang bahwa sedang bersembunyi dari sesuatu.

Dia sangat ketakutan, sangat, sangat ketakutan... sampai memohon kepadaku untuk tidak membuka pintu sampai pada saatnya tiba, menunggu dari balik pintu.

Dia bilang, "Maukah kau jadi temanku?"




Jangan terburu-buru untuk membacanya, terimakasih karena sudah mengikuti dari awal.

Always curious and be patient.

The ButtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang