Bab 6

34 17 1
                                    

Pemahaman menimbulkan kesalapahaman, itulah sulitnya sebuah hubungan. Begitu yang terjadi pada ayahku, pada keluargaku, seandainya kita tidak saling memahami apakah tidak sedalam itu? Begitu pikirku.

Hanya mengisi peran sebagai individu, seperti robot.

Dunia ini begitu kompleks untuk dapat aku pahami, manusia sering terpicu karena prasangka tanpa tahu kebenarannya. Begitu adikku keluar dari rumah, mungkin itu yang terbaik baginya, bagaimana dengan ayah? Aku tidak tahu.

Keegoisan untuk menentang hukum alam, bagaimanapun juga orang mati tidak bisa kembali. Hal sesederhana itu tidak bisa dia pahami. Jika ibu adalah satu-satunya makna bagi hidupnya, lalu bagaimana dengan Aku dan Joe.

Manusia selalu berubah, baik atau buruk. Di dalam dunianya sendiri ada prasangka tentang benda-benda, sifat-sifat orang lain, itu yang sering keliru, begitulah Ayah menderita.

Prasangka bahwa Ibu adalah segalanya...

Aku juga tidak tahu... setiap hari selalu berubah, perasaan, pikiran... apa yang harus kupercaya.

Didorong oleh waktu, dipaksa untuk menyelidiki, betapa mudahnya kita keliru.

Sisakan ruang untuk ketidaktahuan, di dalamnya terdapat jurang, kebenaran jauh di dasar.

Dan saat melihat kebenaran, bisakah kita, melepas sinyal kecurigaan.

***

"Senior Willy!" Teriaknya di belakangku, aku menoleh ke belakang.

"Stella! kenapa kau berada disini, tempat ini berbahaya!" Aku melihat gadis itu berlari ketakutan dengan wajah menahan tangis.

Gadis itu mendekap diriku sangat erat, menangis sesenggukan, aku menepuk punggung-nya untuk membuatnya tenang.

"Kau aman disini." Begitu ucapku dengan pelan kepada gadis ini.

Tangisan seorang gadis melelehkan perasaanku, sekaligus meningkatkan kepercayaan diriku karena saat ini bersandar di pelukanku. Aku ingin menghajar habis-habisan sesuatu yang membuatnya seperti ini.

Menengadah keatas, "Kenapa kalian melibatkannya!" Teriakku.

"Kami hanya membutuhkan adam, dia berada disini karena kebetulan berada di sampingmu, saat kami akan menjemputmu."

"Bisakah kalian berjanji untuk tidak melukainya."

"Tergantung pilihanmu."

Stella semakin erat memelukku, lalu aku menariknya untuk lepas, ingusnya menempel pada seragamku pantas dia tidak ingin lepas.

"Senior, kau bicara dengan siapa?" Tanya gadis itu.

Aku menceritakan kepada Stella tentang suara misterius yang barusan dia dengar, dan alasan bagaimana kita berada di tempat ini. Otaknya tidak cukup menjangkau semua itu namun aku memberinya satu peringatan, "JANGAN TEKAN TOMBOL DI DEPAN." Dia mengangguk seperti anak kecil dan itu yang membuatku merasa cemas.

"Bagaimana dengan kondisimu?" Tanyaku.

Suara itu menyela saat Stella akan menjawab pertanyaanku.

"Bagaimana kau bisa keluar dari hutan itu?"

"Ah, aku mengikuti cahaya dan menemukan Senior Willy."

***

[Dari Pengamatan Stella]

Berapa lama aku pingsan...

Samar-samar aku mengingat berdiri di depan Minimarket untuk menunggu jemputan dari ayah; dan seingatku aku bersama... "Senior Willy!!!"

The ButtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang