"Bangunkan aku kalau uda sampai" Kala memundurkan sandaran kursi kemudian mencari posisi nyaman untuk tidur dengan kepala menghadap ke jendela.
Laksa yang merasa diperintah menatapnya tajam, siapa wanita kurang ajar yang berani memerintahnya ini?
Namun, daripada berdebat, Laksa memilih untuk diam, jika saja matanya bisa memancarakan sinar laser, ia yakin kepala wanita itu sudah tidak berbentuk lagi.
"Ah, tolong telpon kan manajerku, bawa baju apa saja" Ucap Kala lagi dengan mata terpejam.
Laksa mendesis. "Kau!" Lagi lagi Laksa mengurungkan niatnya untuk berdebat lebih jauh, ia kemudian memijit pelipisnya, jika saja Deri tidak memberitahukan wanita yang berada tidak jauh didepannya itu menyerupai Kala, ia mungkin tidak akan setuju untuk berhenti.
"Berhenti tertawa sialan, ini semua karenamu" Perintah Laksa ketika melihat senyum cerah manajernya dari cermin.
~
"Kau berhutang cerita Kala" Dewi berbisik ditelinga Kala saat Hairdo hampir selesai menguncir rambut artis yang membuat ia terburu buru menuju lokasi syuting.
Bukan hanya terburu buru saja, mendengar bahwa Kala bersama Laksa membuat ia yang masih mengantuk langsung melebarkan kedua mata, entah kemana gajah yang menarik kelopak matanya tadi, segera ia mengemas barangnya dan langsung menyetir tanpa peduli bahwa ia belum mandi.
Tidak sampai disana, hal pertama yang dilihatnya ketika sampai diparkiran adalah Kala yang tertidur di mobil Laksa bersama sang Laksamana Andromeda yang duduk dengan tangan menyilang didepan dada dan mata terpejam, disamping Kala, diam tanpa suara.
Sebuah keajaiban pikirnya saat itu.
Ia tidak menyangka, pun sepanjang perjalanan ia terus memikirkan bagaimana cara untuk meminta maaf pada Laksa atau memohon padanya agar melanjutkan syuting tanpa tersinggung dengan kalimat yang diucapkan Kala atau perbuatan yang membuat lelaki itu kesal.
Percuma saja ia sangat khawatir, dalam bayangannya terlintas Kala yang sedang adu mulut dengan Laksa, namun dua orang yang entah tertidur atau pura pura tidur itu tidak menampakkan adanya adegan tarik urat, mereka terlihat normal seperti sepasang manusia yang memang sedang tidur.
"Apa kau kebetulan memberikan mereka obat tidur?"
Ia bahkan bertanya saking tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Derian saat itu hanya terkekeh ketika mendengar pertanyaan tidak masuk akal dari Dewi.
Kala menanggapi ancaman manajernya itu dengan senyuman dan mata terpejam, ternyata ia masih sangat mengantuk.
"Yo Wik!"
Dewi melirik kearah pintu dan menemukan Belantara sedang berjalan menuju mereka.
"Ata!" Dewi pun tersenyum dan menerima uluran tangan Belantara untuk berjabat tangan.
"Halo teman lama" Ucap lelaki dengan setelan jas itu sembari melangkah menuju sudut cermin rias, ia duduk di ujung meja menghadap Kala.
Kala yang menanggapinya dengan dehaman membuat Belantara menaikkan satu alisnya.
"Kau marah padaku?"
Kala menghela napas sebelum akhirnya menjawab. Ia membuka mata dan menatap Belantara tanpa senyum.
"Tidak, tapi aku ingin menjambak rambutmu, bagaimana?"
Belantara terkekeh.
"Boleh, itu tanda kau memaafkanku?"
Kala memutar bolamatanya.
"Lagipula Laksa ada disini, baikan lagi ya teman lama?, aku traktir es krim"
Kala memicing, tapi akhirnya gadis itu menghela napas lagi. "Cuma es krim?"
"Anything"
"Sama sarapannya juga kalau gitu, aku mau jagung rebus tapi jagungnya yang warna putih jangan yang kuning, lalu es krimnya redvelvet"
"Setelah itu kau memaafkanku?"
"Tentu"
"Tapi bagaimana caranya menemukan jagung putih? Apa aku perlu membeli pewarna makanan?"
"Kau serius tidak tahu jagung putih?"
Dewi melangkah mendekati mereka. "Ata, Kala hanya bercanda, jangan dibawa serisu"
Belantara menoleh kearah Dewi yang terlihat tidak enak hati padanya.
"No, tidak masalah, katakan saja dimana mencarinya"
"Di GoGo app ada yang husus jual cuma bukanya jam 11"
Belantara mengangguk, pandangannya ia alihkan kepada Kala, tampak hairdo mulai merapikan peralatannya, sepertinya tatanan rambut Kala sudah selesai.
"Tenang saja Kal, aku akan mencari dimana gerangan sang jagung putih dan kan kubawakan padamu"
Kala menatapnya sinis. "Berlebih tau"
Belantara terkekeh pelan. Mereka pun beranjak dari ruangan itu setelah salah satu staf memanggil Kala untuk memulai syuting.
~
Walau dunia menghilang...
Kamera memutari Laksa yang melangkah perlahan menuju Kala yang membelakanginya.
Jiwakupun terbang melayang...
Kamera menyoroti Kala yang menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan sembari menangis, Laksa pun meraih tubuh itu kemudian menguncinya kedalam pelukan, ia menyandarkan dagunya dibahu Kala.
Perlahan, Kala menurunkan jemarinya, menoleh perlahan kemudian bisa ia rasakan pelukan itu semakin erat dan satu kecupan mendarat ditelinganya.
Kau kan selalu dihatiku selamanya...
Bait terakhir menjadi adegan dimana kamera terfokus pada senyuman keduanya.
Cut!
"Luar biasa"
Semua kru bertepuk tangan, sang sutradara tampak sangat puas hanya dengan sekali take, Laksa Kala berhasil menyelesaikan adegan terakhir mereka.
Kedua pemeran itu membungkuk untuk mengucapkan terima kasih pada kru syuting.
"Kala Jingga"
Kala tersenyum ketika sang sutradara mengulurkan tangan untuk menjabatnya.
"Terimakasi Bang Gun, maaf merepotkan" Ucap Kala tulus sembari menyambut uluran tangan itu.
Gunawan tersenyum, tampak sekali raut puas dari wajah lelaki yang berusia hampir setengah abad itu.
"Begini Kal, setelah ini sebenarnya ada satu proyek lagi yang menurutku kau sangat cocok untuk memerankannya, mini series yang di adaptasi dari novel dan setelah melihatmu dengan peran yang baru tadi, aku rasa kau terlihat sama dengan karakter novelnya, bagaimana?"
Kala melirik kearah Dewi mencari pendapat, namun yang dibisa dilakukan menajer itu hanya mengangguk kuat seolah sangat setuju dengan keputusan Gunawan yang merekrut Kala.
Kala tampak bimbang, rasanya Dewi tidak mebantunsama sekali, ia tahu pasti wanita itu pasti girang sekali jika ia menerima tawaran ini.
"Apa aku boleh memikirkannya dulu Bang Gun? Clipnya Belantara ini pertama kalinya aku berperan seperti ini, dan bersama Laksa juga, maksudku aku hanya takut jika nanti seriesnya tayang lalu ternyata ada fans yang tidak suka denganku saat MV ini liris, aku hanya takut mengacaukan"
"Kau masih tidak tahu potensi yang kau miliki Kala? Dengar, aku bukan baru baru ini mengetahuimu sebagai aktris, kau tahu bang Arif? Dia sering memujimu jadi aku mulai penasaran seperti apa aktingnya Kala Jingga, dan sekarang aku tahu dan yakin kita juga bisa bekerja sama di proyek lain"
Kala tersenyum ragu, padahal ia sudah berjanji pada dirinya, syuting romance ini akan jadi yang pertama dan terakhir.
"Akan ku kirimkan naskahnya, dan seminggu lagi ku harap akan dapat kabar baik darimu, Kala Jingga"
~