Kala ~ 2

30 3 0
                                    

Sejak kejadian dimana Regrian seolah meminta izin untuk memeluknya, malamnya Kala kesulitan untuk tertidur, detak jantung sialannya belum bisa berhenti berdetak secara normal.

Sialan!

Apa yang telah dilakukan lelaki itu padaku?! Teriaknya sambil melemparkan guling tak bersalah itu kesembarang tempat.

Hari berjalan demi hari, dan ketidakhadiran Regrian membuat Kala sedikit uring uringan, ia lebih banyak menghabiskan waktu ditaman, entah itu untuk mengerjakan tugas ataupun sekedar makan pagi/siang/malam hanya untuk sekedar melihat bayangan Regrian yang tidak juga muncul.

Apa sih yang aku lakukan disini?! Tanyanya pada dirinya yang menurutnya sudah bertingkah itu. Ingat Kala, Regrian itu tidak pernah serius, lelaki itu hanya senang menganggumu dan membuatmu membencinya, laki laki itu tidak pernah menyukaimu, ia hanya....

" Merindukanku, Kala? "

Pertanyaan itu membuat langkah gadis yang bermaksud kembali kedalam rumah sambil membawa piring itu terhenti.

Jantungnya sedikit berdetak lebih cepat, ia tersenyum tipis, tidak boleh menampakkan seolah ia menanti kehadiran lelaki itu. Entah kenapa mendengar kalimat itu dari Regrian membuat ia merasa bahagia.

~ Kala ~

Tidak banyak yang mereka bicarakan malam itu, Kala lebih banyak mendengar Regi bercerita tentang kedua otangtuanya yang membuat ia sampai sekarang masih menyesal pindah sekolah, jika saja ia tidak pindah, ia akan memiliki lebih banyak waktu bersama kedua orang tuanya.

Setelah malam itu Regi kembali menghilang, ia tidak muncul selama berbulan bulan membuat Kala yang saat itu merasa sedikit menerima kehadiran Regrian di hatinya nekat untuk pergi mengunjungi lelaki itu hanya untuk melihatnya, sebentar saja, walaupun hanya 10 menit tidak apa, hanya untuk menenangkan hati jiwa mudanya yang rupanya telah luluh dan kini berani mengakui bahwa ia merindukan lelaki itu.

Maka berbekal alasan liburan keluar pulau, dengan satu tas bekal makanan titipan tante Fara yang merupakan orang tua Regrian, Kala mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu.

Ia tahu perbuatannya ini tergolong sangat nekat bagi gadis 16 tahun yang memberanikan diri membeli tiket pesawat hanya untuk bertemu dengan lelaki yang dirindukannya.

Terkesan menghabiskan uang dan menyianyiakan waktu.

Tetapi tidak apa, hanya untuk menangkan pikirannya, lagipula ia hanya ingin bertemu Regrian dan memberikan titipan makanan dari orangtuanya, tidak ada yang salah bukan?

Jujur saja, disaat menunggu pintu terbuka, Kala tiba tiba merasakan suhu tubuhnya berkurang, ia gugup, memikirkan apa yang harus dikatakannya pada Regrian.

Kalimat apa yang harus ia ucapkan pertama.

Apa Hai?

Hai, aku membawa titipan dari tante Fara?

Hai Regi, apa kabar? Aku membawa titipan dari tante Fara?

Atau Hai Regi, aku merindukanmu...

Kala pasti sudah gila jika berani mengatakannya.

Saat pintu itu terbuka dan menampakkan seorang lelaki yang terlihat terkejut melihat kedatangannya, dan segera menutup pintu setelah berdiri didepannya, lidah gadis itu tiba tiba kelu, ia tidak bisa mengatakan sepatah katapun, bahkan ketika dilihatnya raut hawatir diwajah lelaki itu dan mendapati dirinya berjalan cepat dengan satu tangan yang berada dalam genggaman lelaki itu.

Ia tidak tahu akan dibawa kemana, ia hanya tahu berjalan diantara kegelapan malam beserta orang yang dirindukannya.

Tidak jauh dari kos-kosannya terdapat sebuah taman bermain yang kini tidak berpenghuni ketika malam tiba.

Regrian membawanya duduk disebuah kursi didekat lampu taman.

Regi menoleh kebelakang kemudian menatap gadis yang membuatnya hampir kena serangan jantung karena tiba tiba berdiri didepan pintu kosnya.

Apa yang dipikirkan gadis ini mengunjunginya malam malam begini? Untung saja ia yang berinisiatif membuka pintu bagaimana jika...

" Gimana bisa ada disini? " Tanya Regi akhirnya.

Kala menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, kegugupan masih melandanya namun berusaha disembunyikannya. " Ta-tante Fara menitipkan makanan untukmu... " Ucapnya dengan susah payah sembari menyodorkan bekal makanan itu.

Ia menatap lekat lekat pada sorot mata yang tidak juga berhenti menoleh kesegala arah asal jangan kearahnya.

Regrian menyadarinya namun ia hanya ingin memastikan.

" Kau merindukanku? "

Bibir gadis itu mengerucut. " Kepercayaan dirimu terlalu tinggi, aku ada study tour dan kebetulan di Jogja, jadi tante Fara sekalian mau nitip makanan " Ucapnya lalu memalingkan muka.

Regrian tersenyum, ia bisa melihat kegugupan diwajah gadis itu, namun ia menyukainya.

" Yakin hanya itu? " Tanyanya lagi.

Kala memutar bolamatanya. " Untuk apalagi? Kau pikir aku ke Jogja hanya untuk mengunjungimu? Buang buang uang tau " Ucapnya lalu segera berdiri, ia harus pergi dari sini sebelum Regrian bisa mendengar detak jantung yang berusaha keluar dari dari tulang rusuknya.

Regrian tertawa, ia menarik lengan itu kemudian membawa gadis itu kedalam pelukannya. Kala berusaha melawan namun lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya. Ia akhirnya menyerah,walau detak jantungnya yang berdebar keras pasti dirasakan oleh Regrian, ia hanya pasrah, ia mungkin bisa berpura pura tapi ia tidak bisa mengendalikan jantung sialannya, maka saat dirasakannya Regrian tersenyum penuh kemenangan dibalik pelukannya, Kala hanya bisa berdiam pasrah, menyembunyikan pipi dan telinganya yang sudah pasti memerah.

" Aku juga merindukanmu " Ucapnya yang membuat Kala tersenyum bahagia.

~ Kala ~

" Yakin study tour tinggal di hotel mewah begini? " Tanya Regrian sambil memperhatikan gedung tinggi didepannya.

Kala memberenggut kesal. Regrian sudah pasti tahu alasan sebenarnya, tapi makhluk itu memang suka sekali mengejeknya.

" Aku masuk dulu " Ucap Kala yang sudah tidak tahan dengan rasa malunya. Ia harus cepat cepat pergi ke kamar dan menutupi wajahnya dengan bantal.

Demi saturnus yang bercincin, Kala sangat malu, seorang Kala, gadis 16 tahun pergi kesebarang pulau hanya untuk bertemu dengan lelaki yang paling dibencinya, yang membuat ia memutuskan untuk pindah sekolah karena tidak tahan diganggu dan sekarang lihatlah dimana ia berdiri.

Regrian tidak bisa mengontrol bibirnya yang selalu tertawa melihat tingkah gugup Kala Jingga Samudera yang harus ia ganti nama belakangnya menjadi Hirarka suatu saat nanti itu.

Ia pun kembali menarik lengan gadis itu dan tidak membiarkannya pergi.

" Sampai kapan disini? " Tanyanya.

" Besok balik "

" Oh gitu, ada ya study tour hanya satu malam? "

Pertanyaan yang membuat Kala menyesal untuk berbicara, seharusnya ia berlari saja saat turun dari taksi tadi.

" Siapa bilang hanya satu malam? Aku sudah lama disini tau! "

" Gitu ya, makanannya juga sudah lama disimpan ya? "

Sial. Seharusnya Kala berhenti bicara.

Ia menunduk malu sekali. Ia hanya mengatakan 'Iya' dengan suara yang mungkin semutpun tidak bisa mendengarnya.

Regrian menahan tawanya. " Begitu? "

" Aku masuk dulu " Ucap Kala tanpa berani menatap Regrian, namun langkah gadis itu kembali terhenti saat Regi ternyata belum melepaskan pergelangan tangannya.

Ia menarik gadis itu mendekat kemudian mencium pipinya. " Ciuman selamat tidur " Ucapnya sembari melepaskan genggaman tangannya.

Kala langsung berbalik dan berlari menuju pintu masuk hotel dimana ia menginap. Ia bahkan tidak berani hanya untuk melihat kebelakang.

Regrian kemudian menatap punggung gadis itu dengan senyuman yang perlahan menghilang.

Kala.

Kala Jingga Samudera.

~Kala~

KALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang