14. ʙᴀᴛᴀꜱ ʏᴀɴɢ ᴍᴜʟᴀɪ ᴘᴀᴛᴀʜ

67 46 51
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Rosela tertegun, matanya masih terpaku pada pahatan Tuhan yang ada di depannya. Jarak mereka yang sangat dekat, membuat Rosela bisa melihat dengan jelas wajah tampan Galih. Keduanya terdiam, hening meraja selama belasan detik hingga akhirnya Galih berdeham.

Hal tersebut lantas mengambil alih atensi Rosela, wajahnya terlihat kaget dengan bibir terkesiap tak percaya. Sedetik kemudian ia mundur beberapa langkah sambil meringis pelan karena merasa malu.

"Maaf," gumam Rosela.

Galih mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Gue yang narik lo, jadi nggak usah minta maaf. Lo nggak salah."

"Ah, iya."

Pandangan Galih lalu teralih pada nampan dia atas nakas. "Itu apa?"

Mengikuti arah pandang Galih, Rosela lantas menjawab, "Itu omelette," ucapnya sembari melangkah menuju lemari kecil dan mengambil obat lalu ia letakan di samping nampan.

"Lo yang bikin buat gue?"

"Huum," jawab Rosela sambil mengangguk pelan.

"Makasih."

Tanpa sadar Galih tersenyum mendengar jawaban Rosela. Mata Rosela mengerjap lucu melihat senyuman Galih. Seisi dadanya seperti diobrak-abrik, degup jantungnya mulai berisik.

"Muka lo kenapa merah gitu? Lo sakit?"

Rosela refleks menundukkan kepalanya, ia memegangi kedua pipinya sambil mengigit bibir. Galih terkekeh, entah kenapa melihat Rosela lebih ekspresif seperti ini membuatnya senang. Dalam diam, Galih memandangi bulu mata Rosela yang terlihat tebal dan panjang saat di pandang dari sudut seperti ini.

"Rosela."

Hanya dengan satu panggilan, perhatian Rosela langsung tersita penuh. Rosela mendongak, menatap laki-laki yang saat ini juga sedang menatapnya dalam.

Melihat Rosela hendak mengatakan sesuatu tetapi terlihat sungkan, Galih tersenyum tipis. "Ada yang mau lo bicarain sama gue?"

Suara berat yang mengalun lembut itu kembali bersuara, membuat lidah Rosela mendadak kelu. Rosela terpaksa berdeham untuk menghilangkan rasa gugup yang melandanya.

"Jangan lupa di makan omelette nya, terus obatnya di minum. Eh, bukan jangan lupa, tapi emang harus di makan. Soalnya nanti ibu khawatir!"

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Rosela segera lari keluar dari kamar Galih. Gadis itu menuruni tangga sambil memegangi dadanya, sebab detak jantungnya sedang bertalu-talu saat ini.

Langkah kaki Rosela sontak melamban kala jaraknya dengan dapur kian menipis. Pandangannya langsung tertuju pada Cipta yang sedang mengurut pelipisnya. Memerhatikan Cipta yang terlihat begitu banyak pikiran, membuat Rosela tidak tega.

Rosela berjalan perlahan menuju meja makan lalu mulai duduk di hadapan Cipta. Pergerakan Rosela membuat tatapan Cipta mengarah padanya.

"Sudah, La?"

𝐇𝐄𝐀𝐓𝐇𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang