Jiwa Alano yang sedang berkelana di dalam mimpi harus kembali masuk ke raga karena kertas sialan yang jatuh tepat di kepalanya. Dengan gerakan malas, kepalanya mendongak untuk mengetahui siapa pelakunya. Pemuda itu berencana akan membuat perhitungan pada seseorang yang sudah menganggu aktivitas tidurnya.
Namun, semua niatnya harus pupus ketika melihat Bu Ratna sedang berdiri tegak sambil memelototinya di depan kelas. Menghembuskan napas perlahan, ia terlalu mengantuk untuk menegur guru tersebut. Lagipula Bu Ratna merupakan salah satu guru kepercayaan bundanya, Alano merasa diam lebih baik untuk saat ini.
"Alano! Sebaiknya kamu ubah perilaku kamu yang selalu tidur selama jam pelajaran, terutama pagi hari. Saya sudah sering mendenger keluhan soal kamu!" amuk Bu Ratna.
Memilih tidak berdebat, Alano menutup rapat mulutnya dan menatap sayu ke depan. Atensinya kini teralih pada gadis di samping Bu Ratna, kelopak matanya berkedip sesekali agar bisa melihat jelas wajah gadis itu.
'Ternyata kali ini gue nggak duduk sendirian lagi,' batin Alano.
Saat Bu Ratna memerintahkan Rosela untuk segera duduk di kursi kosong sebelah Alano, Rosela mulai berjalan ke arah belakang. Melangkah perlahan sambil membasahi bibirnya, ia berusaha menahan gugup karena menjadi pusat perhatian teman sekelasnya.
Jantung Rosela semakin bertalu-talu saat sudah sampai di kursinya, sebab ia melihat bahwa teman sebangkunya sedang menopang dagu dengan tangan kanan sembari menatapnya secara intens.
"Hai," sapa Rosela saat duduk di kursinya.
Alano enggan merespon, ia memandang Rosela selama beberapa detik sebelum akhirnya memalingkan wajah ke depan seraya bersandar pada kursi dan bersedekap dada. Rosela mengangkat bahu berusaha tidak perduli dan memakluminya, mungkin teman sebangkunya butuh beradaptasi dengannya.
"Baik anak-anak, mari kita mulai pelajarannya," ucap Bu Ratna lalu membuka buku paket dan mulai menjelaskan materi pelajaran pada muridnya.
***
Setelah merapihkan bukunya ke dalam tas, Rosela mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di atas meja dengan mata yang masih setia memindai ke sekitar. Rosela merasa bingung harus melakukan apa, sebab bel istirahat sudah berbunyi satu menit yang lalu.
"Rosela!" teriak Lidia.
Rosela pun mengulas senyum melihat Lidia dan Clara berjalan ke arahnya, ia merasa senang sebab tidak akan kebingungan melakukan sesuatu pada saat jam istirahat. Namun, suasana suram tiba-tiba terasa di dalam ruang kelasnya. Beberapa pasang mata menatapnya secara terang-terangan bahkan berbisik-bisik dengan penuh hati-hati.
Apabila dilihat dari dekat, entah mengapa dua orang tersebut mengeluarkan hawa yang membuat Rosela berpikir bahwa mereka memiliki sifat superior. Rosela merasa mereka berbeda dari yang lain, akan tetapi ia berusaha menepis pikiran buruk tersebut.
Salah satu alis Clara meninggi melihat Rosela hanya diam sambil termenung menatap dirinya dan juga Lidia. "Rosela? Lo kenapa bengong?"
"Ah, maaf." Seutas senyum kecil mengembang sebelum Rosela melanjutkan ucapannya. "Tadi aku ngelamun karena enggak nyangka kalian datang ke sini."
Clara dan Lidia hanya tersenyum menanggapi ucapan Rosela, senyum penuh arti dan niat terselubung yang nantinya tidak akan pernah Rosela duga.
Suara seorang siswi mengalihkan atensi Clara dan Lidia yang sedang menatap Rosela. "Jadi kalian berdua udah kenal sama itu anak baru? Kok bisa datang ke kelas ini ngga nyamperin gue tapi malah Rosela?"
Ajeng--salah satu anggota geng Clara dan Lidia yang memang berada di kelas XI MIPA 1, sedangkan Lidia dan Clara berada di kelas MIPA 3. Ajeng bersedekap dada sambil mendengkus pelan karena marah pada kedua sahabatnya yang mengabaikan dirinya dan justru menghampiri Rosela.
![](https://img.wattpad.com/cover/284788158-288-k982995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐄𝐀𝐓𝐇𝐄𝐑
Novela JuvenilTentang gadis biasa, yang mengharapkan hal luar biasa. --- Hidupnya mungkin saja akan bahagia apabila Rosela terlahir sebagai orang berada, sehingga ia tidak terpaksa menerima asumsi temannya bahwa dirinya dari kalangan kelas atas. Hal tersebut sang...