10 | Aku Benci Diriku

22 1 0
                                    

There's a Feeling That Goes to You
.
.
laudaisie

Sejujurnya hari ini aku merasa malas sekali untuk sekadar menginjakkan kaki di lingkungan sekolah. Kejadian kemarin masih melekat dengan jelas di dalam benakku.

Aku ingin pulang saja ke rumah. Tapi aku tidak boleh seperti itu. Aku masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sebentar lagi akan diadakan ujian masuk universitas, aku tidak boleh menyiakannya begitu saja.

Begitu aku memasuki gerbang sekolah, hampir semua arah pandangan menyorot ke arahku. Mereka menatapku dengan tatapan penuh intimidasi.

Bisikan samar terdengar jelas di kedua telingaku. Aku mencoba mengabaikannya. Aku memacu langkah kakiku lebih cepat. Berdiam diri di sana membuatku tak nyaman.

Kali ini topik yang mereka bicarakan masih sama seperti kemarin. Hanya saja sekarang ada penambahan topik mengenai Hyunjin yang secara tak langsung menyatakan perasaannya kepadaku dan aku menolaknya.

Banyak penggemar Hyunjin yang merasa geram dengan tindakanku. Mereka menatapku sinis. Tak sedikit dari mereka pula menyindirku dengan tajam.

Tepat saat di belokkan, aku berpapasan dengan Hyewon, Yuri, dan Yujin. Mereka menatapku dengan sinis kemudian berjalan mendekat. Perasaanku seketika tak enak.

"Oh? Jadi kau yang kemarin membicarakanku di hadapan Hyunjin?" tanya Hyewon dengan sinis.

"Apa katanya? Dia tak mau berteman dengan kita lagi?" Yujin menatapku remeh.

"Memangnya siapa yang mau berteman dengannya? Percaya diri sekali." Yuri ikut menimpal.

Hyewon maju mendekatiku. Dia mendorong bahuku dengan keras. "Ingat ya, aku tidak semenyedihkan itu."

Tangan gadis itu terangkat menarik kunciran rambutku yang menggantung di udara. Tindakan Hyewon mengejutkan sebagian orang.

Aku mendesis kesakitan ketika rambutku ditarik dengan keras. Hyewon menyeringai tajam, gadis itu mendekatkan mulutnya ke telingaku. Dia berbisik, "Kau harus membayarnya."

Tepat setelahnya, gadis itu menendang tulang paha sehingga aku terduduk di atas permukaan lantai. Gadis itu menyambar sebuah botol minuman di tangan seorang siswa yang menonton, kemudian ditumpahkannya seluruh isi dari botol tersebut ke atas tubuhku.

Aku menatapnya tak percaya. Begitupun juga dengan Yuri dan Yujin. Mereka terkejut dengan tindakan sahabatnya yang sudah keterlaluan.

Tak tinggal diam, lantas aku bangkit berdiri dan melangkah seraya menabraknya dengan keras hingga gadis itu terjatuh.

"Bajingan, apa yang kau lakukan?!"

Aku memilih untuk mengabaikannya. Saat ini juga aku harus mengganti pakaianku yang basah dengan yang baru. Bel masuk kelas akan berdering sepuluh menit lagi.

Seakan tak puas, Hyewon bangkit berdiri. Dia berjalan mendekat kemudian menarik rambutku kembali. Kali ini lebih keras.

"Mau pergi kemana?" geramnya dengan kesal.

Kepalaku terasa perih. Aku segera meraih tangan Hyewon dan berusaha untuk melepaskan tarikannya dari kepalaku. Namun rupanya sulit. Hyewon semakin menariknya dengan kuat begitu aku mencekalnya. "Lepaskan!"

"Tidak akan. Bagaimana kalau kau berlutut di hadapanku? Dengan begitu, aku akan melepaskannya," seringai Hyewon.

"Kau gila?!"

Tanpa merespon lebih lanjut, gadis itu tiba-tiba saja menendang perutku sehingga tubuhku terhempas di atas lantai. Rasa sakit seketika mendera tubuhku. Ringisan kesakitan tanpa henti keluar dari mulutku. Aku benci diriku yang seperti ini. Aku benci diriku yang tak mampu membalas perbuatannya. Aku benci diriku yang lemah.

Hyewon berjalan mendekat. Gadis itu menurunkan badannya. Matanya menatap lurus ke arahku dengan pandangan meremehkan. 

"Kasihan sekali, lebih baik kau pulang saja." Hyewon menepuk kedua pipiku secara bergantian. Jujur saja, gadis itu terlihat menyeramkan.

"Mana temanmu? Kenapa dia tidak membantumu?" Gadis berambut panjang lurus itu mengedarkan pandangannya seakan mencari keberadaan seseorang di antara kerumunan siswa yang menonton. "Oh, iya lupa. Kau tidak memiliki teman, bukan?" Hyewon tersenyum miring. 

"Jadi bagaimana-"

"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara berat menggelegar mengintrupsi kalimat Hyewon yang belum selesai.

Pria berbadan kekar itu melangkah menghampiri kerumunan yang kini sudah tak terkondisi. Mengetahui kedatangan guru bimbingan konseling, siswa-siswi yang ikut menyaksikan kejadian seketika ricuh dan berlomba untuk keluar dari kerumunan. Mereka tidak ingin berurusan dengan guru BK.

Tak hanya mereka, Hyewon juga merasakan panik setengah mati. Wajah gadis itu memucat. Ia bangkit berdiri dan hendak kabur. Aku tentu saja tak terima dia kabur begitu saja.

Dengan gerakan yang cepat, aku berhasil menangkap kakinya sehingga gadis itu tersungkur membentur lantai. "Sialan! Kau cari mati, hah?"

"Kang Hyewon, kau ikut denganku ke ruang bimbingan," tajam guru BK begitu melihat muridnya yang berusaha kabur.

Hyewon mendecak keras. Matanya menatap tajam diriku.

"Mampus." Aku tersenyum puas menatap wajahnya yang kini terlihat marah akan bisikan pelan yang baru saja kulontarkan.

Jaemin yang sedari tadi berdiri di belakang Pak Chanyeol melangkah mendekat. Wajahnya tampak cemas. "Aku antar kau ke UKS."

¤¤¤

to be continue




There's a Feeling That Goes to You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang