13.2 | Aku Menyukaimu

27 2 0
                                    

There's A Feeling That Goes to You
.
.
laudaisie

Jaemin menyodorkan sebuah botol minum ke hadapanku. Aku lantas mengambil dan membuka segelnya. Dengan tergesa, aku meminum setengah dari isi botol tersebut.

Cukup melelahkan untuk sekadar berlarian kencang melintasi manusia beriasan aneh di dalam gedung horror itu. Pikiranku kini memuat penuh wajah menyeramkan yang kulihat satu jam yang lalu.

Aku keluar dari gedung rumah hantu sendirian. Selang sepuluh menit kemudian, Jaemin muncul dengan napas yang tersengal-sengal. Dia berceloteh panjang setelahnya karena aku meninggalkannya.

"Lain kali jangan membawaku ke sana," sergahku dengan tajam.

Jaemin hanya melengos. Pemuda itu kini disibukkan dengan kamera kesayangannya. Aku mengedikkan bahu. Kedua mataku memandang penuh langit gelap dengan taburan bintang di sekelilingnya.

Saat ini kami sedang duduk lesehan di atas tikar kecil yang disediakan oleh pihak penyelenggara. Pinggiran pantai kini dipenuhi oleh manusia yang sedang duduk bersantai menunggu peluncuran kembang api.

Semilir angin berhembus menerbangkan sebagian anak rambut. Aku menikmatinya ketika angin tersebut menerpa tubuhku dan mengusir peluh keringat.

"Jadi kau sudah berbaikan dengan Hwang Hyunjin?" tanya Jaemin sesaat setelah keheningan melanda. Hanya suara keramaian yang terdengar.

Aku menoleh, memandang lelaki itu yang sedang sibuk memotret objek di depannya. "Memangnya aku bermusuhan dengannya?"

"Maksudku, dalam artian berdamai dengan masalahmu."

Untuk sejenak, aku terdiam. Mungkin saja aku telah berdamai dengan masalah lalu. Dengan ragu, aku mengangguk mengiyakan.

Jaemin tersenyum tipis. Seragam sekolah yang masih dikenakannya sore tadi, kini tersimpan di dalam tas. Pemuda itu sekarang hanya memakai kaos oblong berwarna putih. "Dipikir-pikir kita belum pernah mengambil poto bersama."

Aku terkejut dengan kalimatnya. Tiba-tiba..?

"Setelah selesai melihat kembang api, kita pergi ke sana." Jaemin menunjuk sebuah ruangan berbentuk balok di dekat wahana pontang-panting. Aku hanya mengangguk saja. Lagipula yang dikatakan Jaemin benar adanya.

"Hanya dokumentasi bahwa kita pernah sedekat ini."

Tetapi kalimatnya itu seakan janggal bagiku.

"Jae," panggilku kemudian.

Jaemin menoleh. Dia menaikkan kedua alisnya tanda bertanya.

"Tentang kalimat tadi sore, apa maksudnya?"

"Yang mana?"

"Hanya dokumentasi bahwa kita pernah sedekat ini. Kau mengatakan itu." Aku diam menunggu responnya.

Setelah mendengar balasanku, Jaemin tampak tersenyum. Dia memandang lurus menyelami manik mataku. "Kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan nanti. Aku menyimpan potretmu agar aku dapat mengenangmu."

"Kau secara tidak langsung mengatakan di masa depan nanti kita tidak akan sedekat ini lagi. Kau mengatakan seolah kita akan berujung saling asing." Aku tersenyum kecut.

Jaemin tersenyum. Kali ini dia menatapku teduh. "Hanya pengandaian saja. Aku tentu saja tidak mau kita saling asing. Aku menyukai saat-saat menghabiskan waktu bersamamu. Termasuk hari ini."

Aku terdiam kaku. Kalimat Jaemin baru saja membuat perasaanku menghangat. Jantungku berdetak kencang. Kenapa pemuda itu seringkali menyerangku dengan kalimat yang bisa saja hanya omong kosong?!

Percakapan terpaksa usai saat suara kembang api mengejutkanku. Aku memandang Jaemin yang kini telah terfokus pada kameranya untuk mengambil gambar kembang api.

Tak terasa kedua sudut bibirku tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Aku segera mengalihkan pandanganku menatap kembang api yang mulai menghiasi langit malam bertabur bintang.

Menghabiskan waktu di bawah indahnya kembang api bersama Na Jaemin, sungguh di luar dugaanku. Mungkin untuk ke sekian kalinya, aku hanya akan mendeskripsikan pemuda itu dengan cara kita bertemu.

Tetapi untuk kali ini, biarkan aku mendeskripsikan Na Jaemin sebagai seseorang yang aku tetapkan sebagai destinasi hatiku berlabuh.

¤¤¤

to be continue

There's a Feeling That Goes to You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang