2. Dear my assiduity

1.9K 194 13
                                    

Jaemin berdiri di depan toko tempat ia memperbaiki kameranya, ia sudah memiliki janji dengan Renjun untuk mencari objek foto yang bagus untuk dipajang di pameran Jaemin beberapa bulan lagi.

"Iya, nanti aku beritau mama bawel." Renjun turun dari mobil setelah menjawab ucapan sang mama yang menyuruhnya menghubunginya kalau akan pulang.

"Mama mu akan pergi? Biasanya ia memintamu seperti itu kalau hendak pergi." Jaemin kadang merasa terhibur juga melihat interaksi Renjun dengan orangtuanya. Renjun yang kadang risih akan perhatian berlebihan orangtuanya, tapi orangtua Renjun justru memang seperti itu. Kadang Renjun berakhir bertengkar seperti dengan teman sebaya, padahal itu dengan orangtuanya.

Renjun mengangguk menjawab pertanyaan Jaemin. "Iya, mama bilang dia akan menemui banyak orang. Padahal ayah juga sudah cukup, mama mau saja ikut-ikutan so' sibuk." Renjun mendengus di akhir kalimatnya.

"Mereka sibuk juga untukmu." Jaemin menarik Renjun untuk masuk sebentar ke dalam toko.

Renjun sempat mengatakan ingin ikut memotret juga dengan kamera, saat Jaemin menyarankan memakai miliknya yang lain. Renjun menolak, karena ia ingin memilikinya juga.

"Aku kira tadinya kau akan diantar Jeno." Ujar Jaemin sesaat setelah Renjun memilih jenis kamera yang direkomendasikan pemilik toko juga.

Begitu menerima kamera itu di tangannya, Renjun tersenyum lebar. "Jeno tidak libur hari ini." Renjun menjawab ucapan Jaemin tadi.

"Jaemin, terimakasih ya kameranya."

Jaemin mengangguk sambil tersenyum tak keberatan. Tadi Renjun sudah hendak membayar kamera yang ia inginkan, tapi pemilik toko mengatakan kalau Jaemin sudah membayarnya.

Saat menyimpan kamera Jaemin yang kebetulan kemarin sempat jatuh, Jaemin membayar lebih dulu biaya perawatannya dan mengatakan pada pemilik toko untuk sekalian membayar apapun yang nanti Renjun ambil.

"Ayo, langsung pergi sekarang."

"Setelah ini langsung pulang?" Renjun bertanya saat keduanya keluar dari area tempat terbuka mereka mengambil beberapa gambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setelah ini langsung pulang?" Renjun bertanya saat keduanya keluar dari area tempat terbuka mereka mengambil beberapa gambar.

Jaemin menoleh. "Kita makan dulu sebelum pulang."

"Benar, aku lapar."

"Renjun, Jeno tak ada menghubungimu untuk mengingatkanmu makan siang bukan?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Renjun berdecak seketika. "Tidak ada, lagi pula aku tidak perlu diingatkan juga pasti makan."

"Kadang kau melewatkannya." Sahut Jaemin.

"Tapi kan kau bilang barusan akan mengajakku makan bukan? Kita akan makan bersama kan?" Tanya Renjun.

"Iya, iya." Jaemin mengangguk.

Saat keduanya sampai di sebuah restoran, Jaemin langsung memesan menu makanan untuk mereka berdua dan Renjun membuka jaket yang dikenakannya sebelum nanti ia makan.

"Aku kira kau memakai jaket karena bajunya tipis." Ujar Jaemin begitu Renjun berhasil melepas jaket denimnya.

"Tidak, bajunya biasa saja. Kenapa memangnya?"

Jaemin menatap mata Renjun. "Kau lebih bagus tanpa jaketnya Renjun."

"Benarkah? Tapi Jeno bilang tak apa dengan jaket pun." Kata Renjun.

"Kalau kau memang nyamannya dengan jaket tak apa, dipakai lagi juga tak masalah." Jaemin takutnya memang Renjun lebih nyaman dengan jaketnya.

Renjun menggelengkan kepalanya. "Kalau menurutmu lebih bagus tanpa jaket tak apa, aku tak akan melepasnya." Senyumnya.

"Lagi pula pasti Jeno mengatakan aku lebih bagus dengan jaketnya, pasti hanya agar cepat menjawab saja." Renjun merengut membayangkan Jeno memang hanya menjawab pertanyaan Renjun tadi pagi soal pakaiannya dengan asal.

"Makan dulu, Renjun." Jaemin segera memerintahkan Renjun untuk segera makan saat pesanan mereka sampai.

Dan Renjun segera menikmati makanannya, sebelum tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Jaemin, besok kau ada acara pergi lagi?"

"Ada, aku masih harus mendapat beberapa gambar lagi." Jawab Jaemin.

"Aku?"

Jaemin mengerutkan dahinya. "Kenapa? Kau ingin ikut?"

"Boleh memangnya?" Renjun bertanya dengan senyum lebar yang coba ia tahan.

"Kau nya memang mau? Aku tak akan melarang kalau kau memang mau." Jaemin tak pernah merasa terganggu saat Renjun pergi dengannya.

Belum Renjun menjawab hal itu, ia melihat ponselnya yang ia simpan di atas meja menyala. Menampilkan nama Jeno disana.

"Jeno benar? Sudah kubilang, ia pasti akan menghubungimu." Jaemin terkekeh melihat Renjun yang memasang wajah cemberut.

"Iya, Jeno?"

📞 "Kau sudah makan siang? Kalau belum—

"Aku sedang makan dengan Jaemin, kalau kau menelponku untuk mengomel aku matikan."

📞 "Kalau tau kau sedang makan dengan Jaemin, aku juga tak akan menghubungimu. Aku masih di jam kerjaku, ini sia-sia saja." Dengus Jeno.

"Kenapa nada suara terdengar seolah menyesal? Tidak suka mendengar suaraku?" Tanya Renjun tak terima.

📞 "Bukan seperti itu. Sudah, selamat menikmati makanannya." Dan Jeno mematikan sambungan lebih dulu.

"Palingan mama yang menyuruhnya." Renjun kembali menyimpan ponselnya.

Jaemin yang sejak tadi mendengar pembicaraan itu kini bertanya. "Kenapa kau berpikir perhatian Jeno hanya karena disuruh mama mu?"

"Karena sudah pasti begitu." Jawab Renjun.

"Kau tak memiliki perkiraan lain soal perhatiannya Jeno padamu?" Jaemin bertanya kembali.

Renjun menggeleng yakin. "Tidak."

Dear my night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang