Jeno baru keluar dari rumahnya, saat melihat Renjun yang juga keluar dari rumah. "Kemana?"
"Aku akan pergi olahraga." Jawab Renjun judes, ia masih kesal. Tidak adanya izin dari Jeno soal apa yang ia bahas semalam, membuatnya ingin bersikap sinis padanya.
"Aku janji saat aku ada libur aku ajak kau pergi ke tempat yang kau maksud." Jeno berjalan menghampiri Renjun.
Renjun tak mau repot-repot menatap Jeno yang kini berdiri di hadapannya. "Tidak usah, aku tidak mau kemanapun."
"Aku tau kalau kau memang tak akan tertarik pergi kemanapun tanpa Jaemin, dan akan begitu antusias saat semua hal berhubungan dengan Jaemin." Ujar Jeno.
Renjun tak menjawab dan hanya diam tak menyangkal ataupun membenarkan itu.
"Tapi, sekali-sekali coba untuk mau pergi dengan orang yang mencintaimu. Jangan hanya terpaku pada orang yang kau cintai." Suara Jeno lebih pelan dari sebelumnya.
"Mau ikut olahraga tidak?" Sinis Renjun.
Jeno sadar kalau Renjun tak mau ia melanjutkan ucapannya tadi. "Aku sudah akan berangkat kerja."
"Yasudah, sana pergi." Renjun selalu tak suka saat Jeno membahas soal rasa pada hati mereka, maka lebih baik Jeno pergi saja dari pada nanti pembicaraannya makin panjang.
Tangan Jeno meraih kepala Renjun untuk ja beri usapan lembut. "Besok kau ada jadwal kelas lukis, cat warna mu masih ada?"
"Banyak."
Melihat sikap ketus Renjun, Jeno menghela napasnya. "Terserah kau kalau sekarang masih ingin marah, yang penting nanti begitu aku pulang marahmu sudah hilang."
Renjun tau betul kalau Jeno sudah mengatakan hal seperti itu, lalu Renjun malah masih marah nantinya Jeno akan berbalik bersikap dingin juga. Dan sikap dingin Jeno adalah hal yang tak Renjun sukai, itu melebihi apa yang Renjun perbuat pada Jeno. Dominan itu akan begitu abai padanya, dan Renjun tak suka itu.
"Aku mau es krim!" Jadi lebih baik Renjun memanfaatkan itu untuk meminta hal pada Jeno, sebagai sogokan agar rasa kesal Renjun lenyap.
Kepala Jeno mengangguk. "Nanti aku belikan."
"Tapi ingin makan sendiri." Ujar Renjun, karena biasanya mereka menghabiskan satu es krim berdua.
Jeno menaikkan sebelah halisnya. "Kau pikir aku akan mengabulkannya?"
"Jeno!" Kaki Renjun menghentak kesal, karena Jeno memang tak akan mengabulkannya.
Melihat Renjun yang merajuk lagi, Jeno tak berniat membujuknya. Dari pada harus menuruti kemauan anak itu, Jeno akan lebih baik mendapat sikap marah Renjun terus. "Aku pergi."
Sebelum Jeno keburu pergi dan malah tak akan memberinya es krim, Renjun berteriak pasrah. "Baik, es krimnya berdua tapi rasa melon!"
"Iya." Jeno kembali menatap Renjun lembut, kemudian tersenyum.
Sebelum pulang, Jeno mampir ke sebuah minimarket untuk membeli es krim yang sudah ia janjikan pada Renjun.
"Jeno?"
Mendengar seseorang menyerukan namanya, Jeno menoleh dan menemukan Jaemin yang tengah memegang botol minum di tangannya.
"Tidak dengan Renjun?" Tanya Jaemin.
Jeno sempat mendengus mendengar hal itu. "Ia di rumahnya." Jawab Jeno, lalu tiba-tiba ia teringat obrolan dengan Renjun semalam.
"Ah iya, benar kau mengajak Renjun pergi denganmu?" Ia ingin memastikan.
Jaemin langsung menangkap maksud Jeno. "Iya, tapi ia bilang kau tak mengizinkannya."
"Itu terlalu jauh untuk ia pergi dengan orang lain." Jeno melihat beberapa es krim yang hendak ia beli, enggan menatap Jaemin. Jujur, ia tak suka pada Jaemin karena orang itu adalah yang Renjun cintai.
"Aku orang lain?" Jaemin bertanya tak percaya akan ucapan Jeno.
Jeno mengangguk membenarkan. "Ya, orang yang tak tau apapun soal Renjun adalah orang lain." Jaemin hanya orang baru di kehidupan Renjun, jelas tak mengenal Renjun sebanyak Jeno mengenalnya.
Mendengar hal itu jelas membuat Jaemin agak tersinggung, ia hendak berbicara tapi Jeno keburu mengangkat telpon yang masuk padanya.
"Iya? Aku sedang membelinya." Cara Jeno berbicara jelas berbeda dengan tadi, lebih lembut.
"Tidak, aku hanya menjanjikan es krim untukmu. Tanpa cupcake juga keripik kentang. " Lanjut Jeno.
📞 "Jeno.." Renjun merengek di seberang sana.
"Itu Renjun?" Jaemin dapat menebak siapa orang yang Jeno ajak bicara dari nada bicara Jeno, ia sering mendapati Jeno seperti itu saat dengan Renjun.
📞 "Ha! Jaemin ya? Jeno! Kau sedang dengan Jaemin?" Renjun bertanya antusias, ia bahkan mengabaikan kalau suaranya menyakiti telinga Jeno.
Jeno melirik sinis pada Jaemin, ia kesal karena Jaemin malah memanggil Renjun. "Ya, kebetulan bertemu di minimarket." Jeno jadi malas meladeni Renjun, saat Renjun mulai berfokus pada Jaemin.
📞 "Minimarket mana? Aku susul."
"Diam di rumah, Renjun." Apa-apaan, ini sudah sangat sore dan Renjun akan keluar hanya demi Jaemin? Jeno tak habis pikir akan kecintaan Renjun pada Jaemin.
📞 "Jeno, hari ini aku belum bertemu Jaemin." Keluh Renjun.
"Tidak bertemu dulu tidak bisa apa?" Jeno kini mulai sinis pada Renjun.
📞 "Tapi kan siapa tau kalian di minimarket yang masih dekat dengan rumah, aku bisa kesana untuk menyapa Jaemin." Renjun masih kukuh dengan keinginannya, mengabaikan kesinisan Jeno padanya.
"Kau memiliki nomornya, tinggal telpon, ucapkan sapaan yang kau maksud dan selesai." Ujar Jeno.
📞 "Aku kan ingin sekalian bertemu." Renjun berujar lemah.
Jeno menggertakkan rahangnya. "Baik, kemarilah. Dan es krim nya tak jadi."
Lalu di seberang sana, Renjun balas berdecak. Hening beberapa saat, karena Renjun sedang memikirkan jawaban untuk Jeno.
📞 "Iya, aku menunggu es krimnya di rumah."