; snow day

41 7 3
                                    

.

"Kau kemana saja selama ini? Aku benar-benar tidak tahu info tentangmu selama dua tahun."

Hye Yeon tertawa kecil. "Banyak yang terjadi selama dua tahun ini ... akan panjang jika aku menceritakannya."

Malam itu, ditemani alunan lagu, mereka berdua menikmati minuman yang sudah dipesan sejak beberapa menit tadi. Lagu comethru mengalun dengan indah masuk ke dalam indera pendengaran keduanya.

"Seung Hwan, kau sendiri apa kabar sekarang? Masih mengunjungi kedai makanan di dekat sekolah kita dulu?"

Sang lelaki terlihat tersenyum tipis. "Tentu. Meski sekarang sudah jarang karena pekerjaanku yang benar-benar sibuk."

"Ah ... benarkah? Sekarang kau bekerja di mana?"

"Rumah Sakit Hallym University."

Hye Yeon melebarkan matanya, menyenggol lengan kiri Seung Hwan. "Akhirnya temanku ini jadi dokter di sebuah rumah sakit ternama."

Gelak tawa memenuhi ruangan.

"Terima kasih. Akhirnya hasil yang aku peroleh sepadan dengan usahaku dulu."

Sang gadis tersenyum bangga, hatinya menghangat karena turut menjadi saksi perjuangan Sung Hwan dulu untuk mengejar gelar doktornya. "Kau pantas mendapatkannya." Hye Yeon mengangguk anggukan kepala, lalu meminum minuman yang kian mendingin di sebelahnya.

Senyum Sung Hwan merekah. "Kau sendiri bagaimana? Jangan bilang kau bekerja di perusaha-"

"Tentu tidak, Seung Hwan." potong Hye Yeon. Gadis itu tahu kalimat selanjutnya yang akan keluar, maka ia buru-buru memotongnya.

"Aku tak akan pernah bekerja dengannya apalagi satu perusahaan dengannya."

"Lalu? Sekarang kau bekerja di mana?"

"Baru saja aku mengundurkan diri dari perusahaan yang aku tempati selama dua tahun."

Laki-laki di hadapannya tersedak, buru-buru Hye Yeon menawarkan air putih di sisi meja yang diterima oleh Seung Hwan.

"Kau ... tidak apa-apa?" Hye Yeon bertanya ragu-ragu.

Tangan kanan sang lelaki melambai selagi ia meminum minumannya sampai habis. "Aku baik-baik saja."

"Kau membuatku terkejut."

"Bagaimana bisa kau keluar dari perusahaan yang kau tempati selama dua tahun?"

Tangannya mengetuk sisi meja, masih mencari kata-kata yang tepat untuk membalas pertanyaan teman sekolahnya itu.

"Jarak perusahaan sangat jauh dari rumahku," dalihnya, mengangguk kecil untuk membuat Seung Hwan yakin, "selain itu gaji yang aku terima sangat kecil, banyak konflik di dalam perusahaan yang membuatku tak nyaman."

Bohong. Sebenarnya gadis itu sangat nyaman dengan pekerjaan yang sekarang, hanya saja karena dia telah kembali ... setelah dipikir-pikir lagi, keputusan yang di ambil sangat bodoh. Benar-benar bodoh.

"Jadi, jika kau punya rekomendasi tempat kerja untukku cepat beritahu. Aku butuh pekerjaan untuk bertahan hidup."

Seung Hwan melihat ke arah jendela besar tepat di sebelah mereka berdua, salju pertama akhirnya muncul. Sontak laki-laki itu menatap Hye Yeon lamat-lamat.

"Kau bisa bekerja di kedai ayam dekat rumah sakit tempatku bekerja." laki-laki itu menjentikkan jari.

"Aku kenal dengan pemiliknya, aku akan merekomendasikan kau untuk bekerja di sana karena mereka juga kebetulan butuh pegawai. Kau bisa menjadi pegawai sementara di sana sampai menemukan pekerjaan kantoran yang sesuai."

"Benarkah? Kapan aku bisa mendaftar di sana? Bagaimana kalau besok? Apakah aku juga bisa langsung bekerja?"

Pertanyaan beruntun dari Hye Yeon membuat Seung Hwan tertawa gemas, tangannya mengacak rambut yang lebih muda. "Lebih lengkapnya kau tanya saja pada pemiliknya besok, bibi sangat ramah pada semuanya."

Hye Yeon mengangguk sembari meminum minuman di sebelahnya. "Syukurlah, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan berkat kau. Terima kasih, ya." senyuman manis tercetak di wajah manisnya.

Sang lelaki mengangguk cepat. Sampai suara dering ponsel hitam milik sang lelaki menghentikan aktivitas keduanya. Seung Hwan segera melihat siapa yang meneleponnya kemudian meminta ijin kepada Hye Yeon untuk mengangkat yang dibalas anggukan oleh si kuncir kuda.

Hye Yeon terus saja meminum minuman sampai habis, ketika dirinya menoleh ke arah samping, ternyata salju pertama telah turun. Musim dingin kali ini resmi dimulai. Salju pertama kali ini agak berbeda, dia bersama dengan Seung Hwan, bukan dengan beberapa file yang harus gadis itu kerjakan tepat waktu.

Beruntung karena kali ini dia tidak melupakan untuk memakai jaket tebal, beberapa hari ke depan udara pasti semakin dingin karena salju yang terus turun. Mungkin dia juga harus membeli beberapa makanan di minimarket sebagai stok makanan di rumah.

"Hye Yeon, maaf kali ini aku tak bisa berlama-lama karena ada beberapa pasien yang harus aku tangani. Aku akan mengantarmu untuk pulang, ya?"

Suara tersebut mengejutkannya, dari yang Hye Yeon lihat kondisi Seung Hwan benar-benar tidak baik-baik saja sekarang. Benar-benar darurat ya kondisi di rumah sakit sekarang?

"Aku bisa pergi sendiri, kau harus meng-"

"Tidak, tidak." potongnya. Syal coklat yang lelaki itu pakai mulai dipakaikan ke arah sang gadis.

"Aku akan mengantarmu sampai rumah malam ini, jarak dari sini sampai ke rumahmu cukup jauh."

"Aku bisa memesan taksi online lewat ponselku, sepertinya kondisi di rumah sakit benar-benar darurat." matanya melirik ke arah ponsel yang lelaki itu pegang, sedari tadi benda pipih itu terus berdering.

Reaksi yang diberikan lelaki di hadapannya berkebalikan, dia menggeleng pelan. "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian, kalau kau tidak keberatan kau bisa ikut denganku ke rumah sakit. Jangan pergi sendirian ketika malam, ketika urusanku sudah selesai aku akan mengantarmu pulang."

Kegigihan teman sekolahnya itu membuat Hye Yeon mau tidak mau ikut dengannya ke rumah sakit berada. Kedua manusia itu nampak memasuki mobil putih yang terparkir, kendaraan tersebut pergi ke arah tujuan tanpa tahu sosok yang sedari tadi mengintai dalam kegelapan malam.

.

Choi Seung Hwan (Lee Yeon)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Seung Hwan (Lee Yeon)

"the golden hands"

CRIMSON : Echoes Of The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang