Sunshine

193 30 0
                                    

"Jun, request tambahan dari klien tadi udah gue kirim detailnya di email ya. Lo cek aja terus kalau bisa langsung kerjain secepatnya."

Renjun mengangguk paham atas instruksi yang diberikan oleh Ten. Kemudian ia membuka e-mail untuk melihat request yang dimaksud. Okay, tidak banyak perubahan dari desain semula. Ia bisa mengerjakan semua ini dengan cepat.

Renjun sendiri bekerja di sebuah agensi periklanan yang lumayan besar di kota ini. Ia berada di divisi kreatif yang bertugas untuk menyusun, mengembangkan, dan membuat iklan yang diinginkan oleh klien. Disini, kita benar-benar dituntut untuk bisa berpikir kteatif terutama agar dapat menyampaikan pesan yang diinginkan lewat iklan yang dibungkus dalam bentuk gambar maupun video. Terlihat mudah tetapi juga tricky. Untungnya, Renjun sudah cukup berpengalaman di bidang ini. Dan terima kasih untuk otak kreatif serta kemampuan desainnya yang sangat mumpuni sehingga ia mampu bekerja dengan baik.

Sejujurnya, dulu ketika memilih jurusan untuk kuliah Renjun melakukannya secara asal. Waktu itu ia tidak benar-benar menyangka bisa diterima. Realistis saja, kemampuan ekonomi keluarganya tidak sebagus itu sampai bisa membiayai kuliah Renjun. Namun, wali kelasnya kala itu bersikeras bahwa Renjun harus melanjutkan kuliah dan jadilah ia memilih Desain Komunikasi Visual. Tidak ada alasan khusus ataupun pertimbangan mendalam untuk itu. Ia cuma berpikir dirinya punya kemampuan menggambar yang mumpuni sehingga memilih jurusan yang mendekati kemampuan itu.

Kembali sekarang pada Renjun yang baru selesai bekerja pada pukul lima sore ini dan memutuskan untuk langsung pulang saja. Pekerjaannya hari ini cukup banyak dan sungguh membuat tubuhnya terasa lelah. Ia ingin segera sampai di kamar kontrakannya agar dapat beristirahat.

"Gue mau keluar beli makan siapa mau nitip?"

Suara Yangyang terdengar ketika Renjun memasuki rumah kontrakan yang ia tempati. Ia berbagi sewa rumah kontrakan ini bersama empat orang lainnya yaitu Yangyang, Haechan, Mark dan Jungwoo.

"Gue nasi goreng pedesnya level 2 sama jus mangga yang deket pengkolan itu."

"Gue mau mie goreng spesial pedesnya level 3."

"Oke, ongkir sepuluh rebu."

"Buset perhitungan amat lo!" Haechan dan Mark berseru protes mendengar kalimat tersebut.

"Canda bosku! Jangan serius-serius amat lah."

"Kebanyakan becanda idup lo. Ini Bang Uwu juga nitip katanya bentar lagi dia pulang. Mau nasi goreng tapi gak pedes."

"Okay, noted."

"Baru pulang, Jun?" tanya Mark begitu menyadari eksistensi Renjun di ruang tengah. Renjun mengangguk dan berjalan ke arah mereka untuk bergabung duduk di atas sofa. Ia langsung menyenderkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.

"Mau nitip gak lo?"

"Samain kayak Bang Uwu."

"Oke. Gue pergi dulu. Selamat menunggu kawan-kawanku." Kemudian Yangyang langsung pergi meninggalkan ruang tamu untuk membeli makanan tersebut.

"Hape lo nyala tuh." ucapan Haechan mengembalikan kesadaran Renjun yang sempat terpejam sejenak. Ia melirik ponselnya dan menemukan nama Sunshine sebagai pengirim pesan. Oh astaga, ia lupa lagi mengirim pesan kepada Yizhuo seharian ini. Maka sambil berjalan ke arah kamar, ia berusaha membalas pesan tersebut. Sejenak Renjun duduk di atas ranjang menunggu pesannya terbalas kembali.

Setelah beberapa menit dihabiskan untuk berbalas pesan dengan kekasihnya, Renjun memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Seusai mandi, ia bisa mendengar Yangyang mengetuk pintu kamarnya dan menyuruhnya untuk ke dapur mengambil makanan yang dipesannya tadi. Di meja makan, Renjun bisa melihat semua orang sudah berkumpul. Jungwoo juga sepertinya baru saja sampai.

"Ayo makan dulu lah kita, dah laper nih gue!"

Perkataan Haechan menginisiasi mereka untuk memulai makan malam. Biasanya, Jungwoo akan berinisiatif memasak untuk sarapan atau makan malam mereka. Hanya saja akhir-akhir ini lelaki itu sedang memiliki banyak pekerjaan sehingga mereka lebih sering membeli makan saja. Tidak enak juga kalau harus merepotkan Jungwoo.

*

"Jun, pinjem charger dong punya gue ketinggalan di kantor." Haechan masuk ke kamar Renjun tanpa permisi yang membuat si pemilik sedikit terkejut dan hanya bisa berdecak malas melihat kelakuannya. "Ambil di meja." Renjun kembali fokus dengan laptopnya.

"Ada yang nelpon nih, si ayang." Haechan melihat ponsel Renjun di atas meja yang menyala dan menampilkan sebuah panggilan masuk.

"Siapa?"

"Buset lo budeg apa gimana? Udah gue bilang si ayang masih pake nanya lagi! Punya berapa ayang emang lo?!"

"Siniin coba." Renjun masih tidak mengalihkan pandangannya dari layar latop. Haechan hanya mencibir walau ujung-ujungnya tetap mengambil ponsel tersebut dan menyerahkannya pada Renjun. Setelah itu ia langsung bergegas kembali ke kamarnya.

"Lagi sibuk ya?" Renjun bisa mendengar suara lembut Yizhuo begitu menjawab panggilan tersebut.

"Iya. Lagi ngerjain commis. Maaf ya tadi gak keangkat."

"Nooo. Aku yang minta maaf udah ganggu kamu huhu."

"It's okay, Sunshine. Kamu butuh sesuatu atau mau cerita?"

"Nggak. Gabut aja terus kangen sama kamu."

Renjun tergelak mendengar itu. "Aku juga kangen sama kamu. Maaf banget sering slow respon soalnya kerjaan aku lagi banyak nih."

"Semangat kerjanya. Jangan lupa istirahat juga. Eh kalau sibuk gini berarti kamu gak bisa ya kalau aku ajak jalan minggu nanti?"

"I am sorry. Tapi aku abis dapet offer commis yang fee-nya lumayan dan tenggatnya akhir pekan ini. Maaf banget ya."

"Gapapa. Kita masih bisa jalan-jalan di lain waktu kan. Udah kamu fokus kerja aja, okay? Inget semnangat terus dan jangan lupa jaga kesehatan apalagi sekarang udah masuk musim hujan."

"Will do. Kamu juga ya?"

"Pasti. Yaudah kamu lanjutin aja kerjaan kamu lagi. Bye-bye pacarnya aku!"

"Bye, Sunshine."

Renjun meletakkan ponselnya di samping laptop. Ia melepaskan kacamata yang sedari tadi dikenakannya kemudian menyandarkan diri di headboard ranjang. Sesungguhnya ia juga rindu dengan Yizhuo karena mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Tapi apa boleh buat pekerjaannya memang sedang sibuk-sibuknya.

Mungkin setelah ini ia harus menyempatkan satu hari khusus untuk mereka berdua. Semoga saja pekerjaannya bisa segera selesai.

***

Dear, SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang