Yizhuo berdecak kesal ketika melihat Jeno yang duduk di kursi tunggu lobi. Lelaki itu terlihat sibuk mengetikkan sesuatu dalam ponselnya. Pandangan mereka bertemu ketika Jeno mengalihkan pandangan dari ponselnya. Yizhuo bisa melihat Jeno yang memasukkan ponselnya pada saku celana, kemudian berdiri dan berjalan menghampirinya.
"Ayo aku anter pulang. Oh dan jangan kepikiran nolak karena Papa kamu yang minta aku kesini."
Yizhuo kembali berdecak malas dan memilih berjalan mendahului lelaki itu. Setiap langkahnya diiringi dengan umpatan kekesalan yang ditujukan untuk Jeno.
Dia itu kenapa sih mau-mau aja disuruh-suruh?
Di mata Yizhio, Jeno tuh kadang terasa seperti robot. Bukan tanpa alasan karena menurut Yizhuo kelakuannya yang mencerminkan demikian. Ambil saja contoh paling nyata adalah masalah pertunangan mereka. Katanya alasan Jeno adalah karena itu adalah perintah orang tuanya. Demi apapun, Yizhuo sama sekali tidak habis pikir. Memangnya Jeno tidak punya perasaan atau bagaimana sih?
Ketika mobil berhenti di halaman rumahnya, Jeno menyodorkan sebuah paper bag.
"Apa?"
"Kamu bisa lihat sendiri, Cupcake."
Yizhuo menatap Jeno dengan tajam. Ia tidak suka setiap Jeno memanggilnya dengan sebutan itu. Rasanya menjengkelkan, duh.
Begitu melirik apa isi di dalamnya Yizhuo menghela napas pelan. Tangannya menyodorkan kembali benda tersebut ke hadapan Jeno.
"Gak usah, makasih. Aku udah punya banyak dress."
"Nah unfortunately, it's from my mom not me. Lusa bakal ada makan malam di rumah aku dan Mama mau kamu pakai gaun itu. Aku rasa kamu cukup tau bagaimana menghargai pemberian seseorang." Jeno tersenyum sedikit ke arahnya yang mana Yizhuo lebih menganggapnya sebagai sebuah seringai yang menyebalkan.
Tanpa mengatakan apapun, Yizhuo keluar dari mobil tersebut dan menutup pintunya dengan keras menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
Persetan kalau sampai pintunya rusak. Yizhuo tidak peduli!
*
"Lo bengong mulu ntar kesambet!"
Haechan menghampiri Renjun yang kini duduk di sofa ruang tengah. Televisi depannya terlihat menyala menampilkan iklan dari sebuah brand yang cukup terkebal. Haechan mengambil remote yang ada di atas meja dan mengganti saluran televisi hingga kini menampilkan acara berita. Sedangkan Renjun masih saja tidak bergeming.
"Lo jangan bengong gitu dong! Gue takut kalau lo tiba-tiba kerasukan gitu anjir!"
Renjun hanya terkekeh kecil menanggapi itu. "Tuh kan! Lo malah ketawa-ketiwi gak jelas!"
"Fokus aja nonton sana."
"Ah nggak seru nih berita. Mending gue nonton upin ipin dah," komentar Haechan begitu melihat berita yang hanya seputar intrik politik yang gak ada habisnya. Males dia tuh liat ginian, drama pisan!
Sementara Haechan sibuk dengan tontonannya, Renjun mengeluarkan ponsel dan mengetikkan pesan pada seseorang.
Sunshine
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Sunshine
FanfictionKarena bagi Renjun, yang sulit itu bukan melupakan; tetapi merelakan. *** Versi twitter bisa diakses lewat akun @.beauxreves24