Other Half

602 39 0
                                    

Malam ini udara terasa lebih dingin dari hari malam-malam sebelumnya. Mungkin karena sebentar lagi akan memasuki musim penghujan sehingga angin pun bertiup sedikit lebih kencang. Di sebuah kamar bernuansa biru muda, seorang perempuan terlihat menyelubungi dirinya sendiri dengan sebuah selimut yang cukup tebal. Ning Yizhuo, namanya. Saat ini, ia sedang besandar di headboard ranjang dan di depannya terdapat laptop yang sedang menayangkan cuplikan dari sebuah film.

Matanya memang fokus pada film yang sedang ditayangkan tetapi sesekali ia juga melirik ponselnya yang diletakkan di samping. Berharap ada satu buah pesan atau panggilan yang masuk dari siapa lagi kalau bukan sang kekasih tercinta. Pasalnya, terakhir kali kekasihnya mengirim pesan adalah saat pagi tadi ketika hendak berangkat bekerja. Hingga kini jam menunjukkan pukul 9 malam, belum ada tanda-tanda kalau kekasihnya itu akan mengirim pesan.

Jika kalian bertanya-tanya siapakah kekasih yang dimaksud Yizhuo itu, maka jawabannya yaitu Huang Renjun. Mereka telah menjalin kasih hampir tujuh tahun lamanya. Bukan waktu yang singkat dan selama itu pula banyak rintangan yang harus mereka hadapi tapi syukurnya mereka masih bisa bertahan sampai saat ini.

Ketika film sedang menuju babak akhir, Yizhuo bisa mendengar ponselnya berbunyi yang menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Tangannya dengan cepat menekan tombol pause dan mengambil ponselnya untuk memeriksa pesan yang masuk.

Yizhuo sedikit tersenyum begitu menyadari Renjun lah oknum yang mengirim pesan tersebut. Ada beberapa bubble pesan tetapi perhatiannya terfokus pada bubble terakhir dimana Renjun meminta izin untuk menelponnya. Tentu saja dengan senang hati Yizhuo akan mengiyakan. Tidak lama, nada panggilan terdengar dari ponselnya. Begitu menekan tombol answer, suara lembut Renjun terdengar memenuhi indra pendengarannya.

"Halo, Sunshine. Maaf ya baru bisa ngabarin kamu sekarang. Aku tadi harus lembur di kantor soalnya."

"No, it's okay. Aku khawatir aja takutnya kamu kenapa-kenapa," jawab Yizhuo sambil kini rebahan di atas tempat tidur.

"Nggak, kok. Aku baik-baik aja. Cuma memang di kantor lagi hectic banget duh."

"Oh iya? Ada projek baru kah? Ceritain boleh?"

Dan selanjutnya, kedua insan itu berbagi cerita mengenai kegiatan yang mereka lalui seharian ini. Hanya hal-hal sederhana, tetapi jika dibicarakan dengan orang yang dicinta rasanya menjadi luar biasa. Mereka terlalu asyik bercerita sampai tidak sadar waktu telah menunjukkan pukul 23.15. Renjun yang pertama menyadari itu kemudian memutuskan untuk meminta kekasihnya segera tertidur supaya besok tidak kesiangan ketika akan berangkat bekerja. Walau bagi Yizhuo sih tidak apa-apa, toh ia bekerja di perusahaan ayahnya sendiri dan orang-orang pun tidak ada yang berani menegurnya.

"Have a nice dream, Sunshine."

"You too."

Dengan begitu, panggilan mereka pun terputus. Yizhuo tersenyum kecil mengingat percakapan mereka sebelumnya. Ia bersyukur memiliki Renjun di sisinya yang selalu bersedia mendengarkan segala keluh kesahnya. Walau mungkin lelaki itu juga mengalami banyak kesulitan, tapi Renjun tidak pernah mendiskreditkan perasaan Yizhuo.

Yizhuo sudah akan akan terlelap dengan perasaan yang tenang, tetapi sebuah pesan dari seseorang membuat moodnya seketika berubah.

Lee Jeno
Besok aku ada meeting di kantor kamu
Kita berangkat bareng

Yizhuo tidak ada keinginan untuk membalas pesan itu sama sekali. Maka, ia hanya melemparkan ponselnya ke atas nakas dan mulai memejamkan mata.

*

"Kamu ternyata ngeyel banget ya."

Yizhuo mengalihkan pandangannya ketika mendengar ucapan seseorang yang terasa menyindirnya. Ketika ia melihat ke arah samping, ia bisa melihat Lee Jeno yang memandangnya dengan intens. Saat ini, Yizhuo sedang menunggu lift yang akan mengantarkannya menuju lantai 10 tempat ruang kerjanya berada.

"Kalau gak mau seharusnya bilang aja biar aku gak perlu datang ke rumah kamu."

"It's not my fault. Kamu seharusnya cukup pintar untuk memahami itu. Jika aku tidak membalas berarti aku tidak mau."

"Well, tapi biasanya diam itu artinya iya sih."

Yizhuo tidak menanggapi itu sama sekali dan memilih memasuki lift yang kini telah terbuka. Ia merutuk dalam hati ketika menyadari ternyata hanya dirinya dan Jeno yang berada di dalam lift.

"Nanti makan siang bareng. Dan ini bukan dari aku tapi papa kamu. Jadi, kalau mau nolak silahkan bilang ke beliau," ujar Jeno sebelum keluar dari lift menuju ruang rapat yang berada di lantai 9. Sedangkan Yizhuo hanya mampu mengumpat dalam hati mendengar itu.

Kenapa semua ini harus terjadi pada dirinya sih?!

*

"Aku kesel banget hari ini sumpah! Gak tau lah bete banget pokoknya!" ujar Yizhuo malam itu ketika ia terhubung lewat sambungan telpon dengan Renjun.

"Kenapa, Sunshine? Kamu cerita gak apa yang bikin kamu kesel? Ayo sini aku dengerin."

"Nggak tau ihh pokoknya bete aja."

"Okay. Terus kira-kira aku harus apa biar kamu gak bete, hm?"

"Ayo nyanyi! Aku mau denger suara kamu. Udah lama banget ihh kamu gak nyanyiin aku." Yizhuo bisa melihat kekasihnya itu terkekeh kecil di seberang sana.

"Sebentar. Aku masih di dapur bareng yang lain. Aku jalan dulu ke kamar nih."

"Okay." Hening beberapa saat sebelum kemudian Yizhuo bertanya untuk memastikan, "Udah?"

"Udah. Mau denger lagu apa hm?"

"Apa aja. Asal kamu yang nyanyi aku dengerin." Kembali, Yizhuo mendengar kekehan Renjun di seberang sana. Dan ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya sama sekali mendengar itu. Suara tawa Renjun layaknya melodi yang mengalun indah di telinganya.

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts were never broken
Times forever frozen still

So you can keep me
Inside the pocket of your ripped jeans
Holding me closer 'til our eyes meet
You won't ever be alone
Wait for me to come home

"Aaaaa bagus banget please! Kamu harusnya jadi penyanyi aja duh."

"Gak mau ah. Udah bagus kayak gini, aku nyanyi buat kamu aja."

"Wow, it's an honor for me, Mr. Huang. Thank you for choosing as your one and only listener."

Kali ini mereka berdua tertawa berkat perkataan itu. Benar-benar konyol.

"Jadi, gimana? Masih bete gak?"

"Udah nggak. Soalnya pacarku hebat selalu bisa bikin aku jadi good mood lagi."

"Nice. Tapi kalau udah dulu gapapa kan ya? Aku mau ngerjain commis hehe."

"Iya, gapapa kok. Semangat gambarnya, pacarku."

"Thank you, Sunshine. Talk to you later."

Yizhuo melemparkan ponselnya ke arah ranjang dan merebahkan diri. Perasaannya sudah terasa lebih baik sekarang. Renjun memang selalu punya cara untuk mengembalikan moodnya yang berantakan.

Renjun itu sudah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupnya. That's why she gave his contact name as 'Other Half'.

Karena bersama dengan Renjun, Yizhuo bisa merasa sangat lengkap.

***

Dear, SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang