How It Started

124 25 0
                                    

Huang Renjun kehilangan sosok ayah untuk selamanya saat ia menginjak tingkat pertama sekolah menengah atas. Kalau boleh jujur, itu adalah salah satu hari terburuk dan terberat dalam hidupnya. Sebagai anak laki-laki pertama dan satu-satunya, secara tersirat ayah selalu mengajarkan Renjun bahwa nantinya dia yang akan menggantikan peran untuk menjaga ibu dan adik-adiknya apabila ayah pergi.

Tetapi sedikit pun, Renjun tidak pernah menyangka kalau ayah akan pergi secepat itu. Ia ingin sekali protes kalau ia belum siap sama sekali–bahkan tidak akan siap untuk ditinggalkan. Tetapi siapa dirinya untuk bisa menawar kematian yang telah digariskan. Maka semenjak itu, perannya seolah menjadi ganda. Selain sebagai seorang kakak, ia harus mencoba menjadi figur ayah bagi adik-adiknya yang baru berusia delapan dan enam tahun. Terkadang, dirinya bahkan kesulitan menjelaskan ketika Zhishu–adiknya yang paling kecil bertanya tentang ayah.

Kepergian ayah juga tentunya berdampak pada kehidupan ekonomi mereka. Mama harus bekerja lebih keras untuk menghidupi ketiga anaknya. Keluarga mereka bukanlah kalangan atas yang mempunyai kekayaan tak berseri dan karenanya Renjun sangat sadar diri. Ia belum bisa bekerja karena masih harus menyelesaikan sekolahnya. Maka yang terbaik yang bisa ia lakukan adalah membantu mama mengurus rumah dan kedua adiknya. Di pagi hari, ia akan memasak sarapan bersama mama lalu mengantarkan Yueyin–adiknya yang berada di kelas dua sekolah dasar. Sementara Zhishu dititipkan di rumah bibinya yang terletak tidak jauh dari rumah mereka.

Pulang sekolah, ia akan membereskan rumah dan mengasuh kedua adiknya. Mama biasanya selalu pulang saat petang karena harus lembur sehingga Renjun juga yang akan memasak makan malam. Belum lagi, ia harus mengerjakan beberapa tugas yang diberikan sekolah. Dengan rutinitas seperti itu, praktis Renjun nyaris tidak pernah memiliki untuk bermain seperti remaja seusianya. Tapi ia tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali–yang terpenting ia bisa membantu meringankan beban mama. Lagipula karena itu, ia bisa jadi lebih fokus untuk belajar saja ketika waktu senggang.

Saat menginjak tahun terakhir sekolah, Renjun sudah bertekad untuk tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi–dirinya akan langsung mencari kerja saja. Tapi karena prestasinya yang lumayan, wali kelasnya inisiatif mendaftarkannya ke perguruan tinggi. Renjun sempat menolak walau akhirnya menurut dengan memilih jurusan secara asal. Pikirnya ia tidak akan diterima sama sekali. Tapi kadang semesta memang tidak tertebak, ia malah diterima di kampus tersebut.

Renjun menyatakan keberatannya untuk melanjutkan studi karena realistis saja melihat perekonomian keluarganya. Tapi sang wali kelas juga keukeuh memintanya melanjutkan bahkan menawarkan akan menanggung biaya hidupnya selama tahun pertama. Beliau juga memberitahu Renjun cara-cara untuk mendapatkan beasiswa. Terlebih lagi, mama ternyata menyetujui itu. Maka akhirnya mau tidak mau Renjun menurut saja.

Selama berkuliah, Renjun benar-benar memanfaatkan seluruh program beasiswa yang ada. Dan beruntungnya ia berhasil lolos sehingga biaya kuliahnya sampai lulus sudah terjamin. Tapi itu semua tidak lantas membuatnya ia berleha-leha. Keluarganya masih membutuhkan banyak biaya terutama kini ketika kedua adiknya sama-sama sedang bersekolah. Rutinitas Renjun kini berganti menjadi kuliah-organisasi-part time. Renjun terlalu sibuk dengan semua itu sampai rasanya tidak ada ruang untuk memikirkan hal lain termasuk percintaan.

Well, percintaan rasanya menjadi salah satu pengalaman yang menyenangkan terutama dalam rentang usia tersebut kan?

Sampai suatu hari, kehadiran Ning Yizhuo membuat dunianya berubah. Renjun rasa dirinya berhalusinasi ketika mendengar Yizhuo berkata, "I like you, Huang Renjun," di kantin fakultas siang itu. Para penghuni kantin bahkan langsung berbisik-bisik setelah mendengar pernyataan itu karena demi Tuhan ini adalah Ning Yizhuo.

"Kamu kayaknya salah sebut nama deh." Hanya itu respon yang Renjun bisa pikirkan. Ia bukan mahasiswa yang update atau senang mendengar gosip tentang teman-temannya. Tetapi seingatnya–kalau tidak salah Yangyang yang bilang, dua minggu lalu Zhong Chenle baru saja menembak Ning Yizhuo dan ditolak. Lalu kini tanpa peringatan apapun, perempuan itu malah menyatakan perasaan padanya.

Dear, SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang