..…
….
…
..
.
.
..
…
….
…..
Hahh...
Jisung menghela napas panjang. Kedua matanya masih setia tertutup rapat, tapi dia sudah menghela begitu panjangnya. Seakan dia baru saja melakukan hal yang melelahkan, yang kenyataannya dia tidak sedang melakukan apapun. Alias baru saja bangun tidur.
“Pusing banget kepala gue.”
Helaan napas Jisung adalah tanda awal dimana dia merasa tidak enak badan. Kepala pusing. Suhu badan yang naik secara ekstrem. Mual. Tidak nafsu makan sejak semalam merupakan gejala yang di alami oleh Jisung sekarang.
Tangan Jisung menarik selimut tebal untuk menyelimuti dirinya. Dia malas bergerak jika sudah seperti ini. Bergerak sedikit untuk mengambil gelas air yang ada di meja samping tempat tidur saja malas, apalagi bergerak yang cukup banyak untuk turun dari tempat tidur.
Cklek.
“Sung, minta mie lo-eh? Belum bangun lo? Udah siang, nih, lo emang enggak ada kelas?”
Haechan masuk ke kamar Jisung begitu saja. Mulut cerewetnya dengan cepat menumpahkan pertanyaan. Dia bahkan masih berdiri di dekat pintu kamar Jisung dan baru mendekat pada pemilik kamar setelah bombardir pertanyaannya selesai dua detik lebih cepat.
“Jangan siang-siang lo bangunnya. Nanti telat ke kelas, gue yang di salahin. Kan, salah sendiri enggak buru-buru bangun.” cerocos Haechan sambil berjalan kearah dus mie instan yang ada di kamar Jisung.
“Bisa enggak lo diem aja gitu kalau cuma mau minta mie gue, Chan? Kepala gue rasanya mau pecah denger bacotan lo.” protes Jisung, semakin bergelung dengan selimutnya.
“Sensi amat sih lo. Kenapa dah-buset! Ini kepala apa kompor, njir?! Panas banget!”
“Enggak usah teriak, Haechan!”
“Maaf-maaf, Sung. Sumpah, panas banget begitu. Lo enggak ngerasa mau meledak, Sung?” Haechan duduk jongkok dengan lima bungkus mie instan yang dia simpan di atas pahanya.
“Lo minta apa ngerampok mie gue sih, Chan? Enggak sekalian lo bawa aja sekerdusnya?” kata Jisung yang melihat mie yang di bawa Haechan.
“Wih! Boleh, nih? Gue bawa semua kalau gitu.”
Memang tidak berakhlak teman Jisung yang satu ini. Tidak. Teman satu-satunya ini. Karena hanya Haechan yang menjadi temannya di kampus. Tidak satu fakultas, tapi bersebelahan.
Bertemu di acara penerimaan mahasiswa baru dengan Haechan yang tiba-tiba menarik Jisung untuk menjadi kelompoknya. Haechan yang ekstrovert bertemu dengan Jisung yang introvert. Satu gila overlimit, satu pendiam underlimit. Memang sudah takdir atau bagaimana keduanya bertemu.
Keduanya berteman setelah acara selesai dan secara kebetulan berada di fakultas yang bersebelahan. Kebetulan lagi, mereka tinggal di satu kos yang sama dan kamar bersebelahan. Banyak kebetulan di antara keduanya yang seperti sengaja di buat. Tapi tidak, ini memang kebetulan yang murni kebetulan.
“Lo abis makan apa sih, Sung? Sampe panas begini.” tanya Haechan. Meski cerewet, Haechan ini juga sangat perhatian dengan Jisung.
“Gue enggak inget.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Duda || MINSUNG
Fanfiction[WARN! BXB] [SELESAI] Apa jadinya ketika kamu sakit dan tengah menunggu obat di ruang tunggu, ada anak kecil yang menghampirimu? Duduk di sampingmu dengan wajah dingin tapi terlihat tengah merajuk? Itu yang tengah di alami oleh Jisung. Dia menatap...