..…
….
…
..
.
.
..
...
….
…..
Kelopak mata itu bergerak pelan. Dengan gerakan lambat tapi pasti, kelopak mata itu pun terbuka. Pandangan yang buram perlahan menjadi jelas. Sambutan dari sebuah lukisan bergaya eropa kuno di langit-langit menjadi hal pertama yang di lihatnya.
“Anjir! Gue dimana?!”
Jisung tersentak dan segera mendudukkan diri. Tapi hal itu kemudian di sesalinya karena gerakan yang tiba-tiba membuat kepalanya berdenyut pusing. Dia memegang kepalanya dan sedikit memijitnya.
Cklek.
“Kamu udah bangun?”
Suara itu membuat Jisung mengangkat kepalanya. Dia melihat sosok yang tengah berjalan kearahnya dengan membawa sebuah nampan di tangannya. Jisung sedikit mengernyitkan dahinya.
“Kayanya aku pernah liat kamu, deh. Tapi dimana, ya?” tanya Jisung, masih berusaha mengingat-ingat. Orang itu mengangguk.
“Kita ketemu di depan gedung rumah sakit. Kamu buru-buru sampe enggak sengaja nabrak aku. Inget?” kata orang itu, yang seketika membuat Jisung terkejut.
“Iya! Inget-inget! Waktu di depan rumah sakit, ya? Aduh, maaf banget. Buru-buru soalnya.”
“Udah tau. Kamu juga udah bilang gitu. Enggak papa, santai aja.”
“Tetep aja. Aku ngerasa enggak enak. Mana sekarang, kamu udah nolongin aku lagi.” kata Jisung, tidak enak.
“Enggak papa. Aku juga kebetulan disana. Oiya, nama kamu siapa? Aku Hyunjin.” Orang itu – Hyunjin – mengulurkan tangannya untuk mengajak Jisung berkenalan.
“Aku Jisung.”
“Masih kuliah ya?” tebak Hyunjin. Jisung terkejut – lagi.
“Kok tau?”
“Aku enggak sengaja denger kamu ngedumel soal project kamu di kampus. Jadi, aku pikir kamu masih kuliah.”
“Ehehe, iya, aku masih kuliah. Kalau kamu... emm, Jin?” tanya Jisung, ragu-ragu. Dia takut, kalau ternyata Hyunjin lebih tua darinya.
“Santai aja. Kita seumuran kok. Tapi aku enggak kuliah. Aku udah kerja.” jawab Hyunjin dengan senyum lebar sampai membuat matanya menghilang.
“Wih, pasti enak banget. Udah bisa cari uang sendiri. Aku masih habisin uang mulu.”
“Semua ada enak dan enggaknya, kok. Kamu liat aku yang udah kerja, pasti mikirnya enak bisa dapet uang sendiri. Tapi kenyataannya, aku harus selalu siap sama jadwal yang kadang bisa berubah-ubah, enggak tentu. Aku juga kalau liat kamu, pasti mikir kalau kuliah itu enak. Tapi kenyataan yang kamu alamin pasti enggak seenak yang aku bayangin, kan?”
Perkataan Hyunjin membuat Jisung terperangah. Itu sama sekali tidak salah. Dan hal itu memang sering terjadi di kenyataan. Dimana ketika melihat orang lain yang melakukan hal berbeda dengan kita, kita akan menganggap hal itu menyenangkan. Meski kenyataan yang di alami oleh orang itu sangat berbeda.
“Jisung? Halo?” Hyunjin melambaikan tangannya di depan wajah Jisung.
“Eh? Iya, kenapa, Jin?”
“Kamu ngelamunin apaan? Sampe aku panggil-panggil enggak jawab.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Duda || MINSUNG
Fanfiction[WARN! BXB] [SELESAI] Apa jadinya ketika kamu sakit dan tengah menunggu obat di ruang tunggu, ada anak kecil yang menghampirimu? Duduk di sampingmu dengan wajah dingin tapi terlihat tengah merajuk? Itu yang tengah di alami oleh Jisung. Dia menatap...