Part 7 'Cerita Daisy Daycare'

604 82 27
                                    

..…

….

..

.













































.

..

...

….

…..

Seminggu sudah Jisung bekerja di Daisy Daycare. Dia begitu menikmati pekerjaannya. Jadwal kuliahnya juga tidak terganggu sama sekali.

Jisung harus berterima kasih pada Haechan yang sudah mencarikan pekerjaan yang cocok untuknya. Meski sering bertingkah menyebalkan dan seenaknya, Haechan tetap menjadi temannya yang berharga.

Srekk.

Suara pintu terbuka membuat Jisung menghentikan kegiatannya. Dia menoleh dan melihat sosok Chan yang baru saja masuk.

“Pagi, Kak Chan.” sapa Jisung yang membuat Chan sedikit terkejut.

“Eh, pagi, Jisung. Udah disini aja kamu.” Chan berjalan kearah mejanya untuk meletakkan tas yang di bawa.

“Ehehe iya, kak.”

“Kamu enggak ada kelas hari ini?”

“Di undur nanti siang, kak. Jadi, aku berangkat kesini pagi sekalian bareng sama Haechan. Biar bisa ngerjain kerjaan disini sama nunggu juga.”

“Oiya, Mong hari ini ada kelas pagi.”

Jisung hanya mengulas senyum ketika mendengar panggilan Chan untuk Seungmin. Selama bekerja disini, setidaknya Jisung sering mendengar Chan memanggil Seungmin dengan sebutan ‘Mong’.

Itu terdengar lucu. Apalagi ketika Jisung atau mbak-mbak yang lain mendengarnya, Seungmin akan mencubit Chan untuk memperingatkannya. Kalau sudah bertunangan memang terlihat berbeda.

“Jisung,” panggil Chan yang membuat Jisung menaikkan kedua alisnya.

“Ini.” Chan mengulurkan sebuah amplop putih pada Jisung.

“Ini apa, kak?” tanya Jisung menerima amplop itu dengan tatapan bingung.

“Gajimu.”

“Loh? Aku kerja masih dapet seminggu, kak. Bukannya dapet gaji kalau udah sebulan, ya?”

“Khusus buat kamu. Gajinya aku kasih mingguan. Aku tau, kebutuhan anak kuliahan itu enggak pasti. Jadi kamu ambil aja, ya?” ucap Chan dengan mengulas senyum.

“Makasih, kak. Ehehe, emang lagi butuh juga, sih.”

Jisung tersenyum lebar. Dia memang sedang membutuhkan uang untuk membenarkan gitarnya. Itu yang terpenting karena berkaitan dengan kelanjutan projectnya.

“Ya udah, kalau gitu aku lanjut kerja lagi ya, kak.”

Jisung mengambil kembali sapunya dan melanjutkan pekerjaannya. Chan hanya tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. Meski baru seminggu, Chan cukup mengenal Jisung dengan baik.

Srekk.

“Kakak!”

Chan menoleh kearah pintu yang baru saja terbuka. Sosok anak kecil dengan wajah minim ekspresi itu berlari menghampiri Jisung disana. Ayahnya akan menyusul dengan memperingatkan anaknya untuk tidak berlari. Pemandangan yang selalu Chan lihat selama seminggu ini.
..…

Dokter Duda || MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang