Mall

131 26 2
                                    

"Kaka, ya ampun sudah jam berapa! Kamu nggak kuliah, bangun sudah siang, istri macam apa kamu ini." Teriakan yang berbarengan dengan tarikan pada tangan, membuatku mau tidak mau harus membuka mata.

"Masih ngantuk maaah." Jawabku, memang benar aku masih ngantuk berat, mataku seperti ada lemnya, sulit sekali untuk aku buka.

"Sudah jam sepuluh, kamu nggak kuliah?"

"Jam berapa mah?" Tanyaku, memastikan jika telingaku tidak salah dengar.

"Sepuluh." Jawab mamah, membuat mataku langsung terbuka dengan sempurna.

"Mamah ko nggak bangunin dari tadi sih, Nana ada quis mah." Kataku langsung turun dari tempat tidur, berlari menuju kamar mandi.

"Tutup pintunya ka, kamu kebiasaan mandi nggak di tutup!" Teriak mamah dan aku baru ingat, dengan memakai kaki aku menutup pintu kamar mandi. Mandi pagi ini secepat kilat, jangan sampai ketinggalan quiz.

Aku segera memakai baju, tak perlu berhias, aku segera turun ke lantai satu menemui mamah yang sepertinya bersiap pergi juga, "Mah Nana berangkat dulu ya." Kataku berjalan menghampiri mamah untuk menyalami beliau.

"Kaka berangkat sendiri apa di antar Andi?" Tanya mamah, membuatku terdiam memikirkan pertanyaan mamah, diantar mas Andi? Oh ya ampun, aku sampai lupa kalau mas Andi sudah pulang satgas dan harusnya dia ada di sini, karena semalam ikut menginap di sini.

"Mah, mas Andi mana?" Tanyaku bingung.

"Kamu ini kebangetan kak, suami berangkat kerja berarti nggak tau?" Tanya mamah dan Aku mengangguk.

Plak

"Aduh, sakit mah." Teriakku, karena mamah memukul lenganku, sebenarnya nggak sakit, aku hanya berpura - pura saja.

"Alah, lebay banget kamu ini! Suamimu sudah berangkat kerja, waktu mamah tanya kenapa kamu nggak turun jawabnya kasihan karena kamu kecapean."

"Cieeee yang habis belah duren sampai kecapean."  Teriak Nolla yang sedang berjalan menuruni tangga, tersenyum dengan sangat menyebalkannya, aku tau dia tengah menggodaku.

Apa katanya? Belah duren? Kurang asem nih bocah, bisa - bisanya punya pikiran sampai ke situ, "Benar kak?" Tanya mamah, membuat tatapanku pada Nolla berpindah pada mamah, heh apaan ini mamah, kenapa ikutan Nolla.

"Mah ..."

Drrrttt drrrttt

Ponselku bergetar, ada panggilan masuk dari Lesya, aku pun mengurungkan niat menjawab pertanyaan mamah, Lesya sepertinya lebih penting untuk aku jawab.

"Ya Sya."

"Lu di mana? 30 menit lagi quis di mulai."

"What? Oke oke gue berangkat sekarang." Jawabku, langsung mematikan panggilan Lesya.

"Mah Nana berangkat dulu, minta antar si om ya, daaah." Kataku mencium mamah dan segera berlari keluar rumah, "Om antar aku dulu, sudah izin mamah, pakai motor ya." Kataku pada Om Putra, ajudan mamah.

"Loh, kenapa motor mbak?"

"Sudah terlat om, biar bisa sat set sat set."

"Siap mbak, saya ambil motornya dulu."

"Oke, nggak pake lama."

Om Putra datang menggunakan motor, memberiku helm dan aku segera memakainya, "Ngebut tapi hati - hati ya om, belum punya anak nih." Kataku.

"Siap mbak." Jawab om Putra yang langsung tancap gas menuju kampus, untung saja aku menginap di rumah mamah yang jarak ke kampus memang dekat, coba kalau aku tidur di rumdin, sudah pasti akan terlambat karena jika lancar saja bisa memakan waktu satu jam, apalagi saat terjebak macet, bisa di bayangkan berapa lama di jalan.

AndrianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang