Kecelakaan

173 28 4
                                    

"Besok ada pertemuan persit, jangan lupa datang." Kata mas Andi, saat aku dan dia sedang sarapan pagi, aku hanya mengangguk saja, sejak melihat mas Andi bersama wanita lain, aku jadi malas untuk memulai pembicaraan dengannya. Meski kejadiannya sudah seminggu yang lalu, tetap saja aku belum bisa melupakannya, aku masih penasaran dengan wanita beserta anak kecil yang berada dalam gendongan mas Andi, tapi aku takut untuk bertanya.

"Kamu sakit?" Tanya mas Andi lagi, aku menggeleng memberikan jawaban, "Sariawan?" Aku kembali menggeleng, "Cukup Andriana, jangan buat pagiku kacau dengan sikap kamu yang terlalu kekanakan seperti ini, kamu tau? Aku paling tidak suka jika diperlakukan seperti ini." Aku menatap mas Andi yang saat ini memang terlihat penuh emosi, ingin sekali aku menjawab jika akupun tidak suka dia main belakang, membohongiku yang sebagai istrinya, tapi apa iyah jika aku bertanya mas Andi akan mengakui siapa wanita itu, aku yakin dia tidak akan mengakuinya, jika aku bahas sekarang hanya akan membuang kesempatan emas yang aku miliki untuk mencari tahu tentang wanita itu.

"Sudah siang mas, aku pamit berangkat." Kataku mengakhiri sesi sarapan yang sedang memanas ini, tak ada pilihan lain selain pergi dari pada aku lepas kendali kepancing semua perkataan mas Andi.

Aku bangun dan hendak menyalami tangan mas Andi, tapi, "Duduk Andriana, aku belum selesai bicara, jika kamu tidak bisa menghargai aku sebagai suamimu, setidaknya hargai aku sebagai salah satu anggota yang bersedia menikahi tuan putri atasannya, anggota yang bersedia menanggung semua dosa putri atasannya baik di dunia maupun di akherat."

Denyutan nyeri aku rasakan di dada, kenapa perkataan mas Andi masih saja membuatku sakit, walaupun kenyataannya memang seperti itu, tapi tetap saja setiap kali mas Andi mengatakan itu semua rasanya benar - benar sakit. Aku pikir mas Andi benar - benar sudah berubah, ternyata masih sama, bahkan kali ini rasanya sungguh menyakitkan.

Aku kembali duduk, tetap saja aku menuruti perkataannya, "Apa lagi mas? Aku harus berangkat."

"Apa lagi? Kamu belum jawab pertanyaanku Andriana, kamu kenapa? Aku bukan cenayang yang bisa menebak isi kepalamu, jangan terus memintaku untuk mengerti tentangmu Andriana, jika kamu sendiri tidak pernah bisa mengerti apa yang aku mau."

Itu lagi, tak adakah hal lain yang lebih penting selain itu? Wajar jika aku ingin di mengerti tanpa harus aku bicara, dia pria yang dunia kenal sebagai suamiku, tak bisakah dia mengerti perasaanku? Meskipun belum ada cinta untuk aku, setidaknya jadilah suami yang baik untuk istrinya.

Aku menghela nafas panjang, sabarku harus semakin banyak, karena tantangan kali ini benar - benar makin rumit, "Aku baik - baik saja mas, sehat walafiat, tak kurang suatu apapun, karena suamiku, kapten Andi Bagaskara merawatku dengan baik, memenuhi semua kebutuhanku, jadi tak perlu ada yang harus aku keluhkan untuk suamiku ter cin ta." Kataku, sengaja menegaskan kata tercinta, agar dia ingat jika aku memang benar mencintai dia dan masih terus berharap akan ada balasan cinta darinya.

Mas Andi mendengus, mengepalkan tangannya, nampaknya mas Andi mulai emosi dengan perkataanku, apa aku salah? Karena aku mengatakan apa adanya, meski ada satu hal yang aku sembunyikan, rasa penasaranku pada wanita yang bersamanya.

"Andriana!"

"Ya sayang." Jawabku, memamerkan senyum semanis mungkin, berharap emosi mas Andi mereda dan ya mas Andi menatapku, kepalan ditangannya mulai mengendur, wajah tegasnya mulai mengendur, mas Andi menatapku, beberapa kali aku melihatnya menarik nafas panjang, jujur aku suka cara mas Andi mengendalikan emosinya seperti ini.

"Jangan buat aku bersalah di depan orangtuamu Andriana." Kata mas Andi, bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkanku yang masih bingung mencerna perkataannya itu. Apa maksud mas Andi? Dia takut terlihat salah di depan orangtuaku? Tapi kenapa dia bermain - main di belakangku? Sadarkah dia saat mengatakan hal itu? Rasanya lucu sekali, dia yang melakukan kesalahan, tapi takut ketahuan, malah memperingatkan aku yang seakan memiliki kesalahan.

AndrianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang