01. Kaira Nadira

40 34 28
                                    

Selamat datang kembali di bab pertama.

___

"Saya ngga ngerti ya sama kamu, kamu saya biayain sekolah mahal-mahal bukan buat jadi pembully!"

Surya, pria berjas rapi meluapkan emosinya kepada gadis yang tertunduk lemah dihadapannya. Tangannya masih menarik kuat rambut gadis itu.

"Ira bukan pembully, pah! Ira nggak salah!" dengan sesenggukan gadis bernama Kaira Nadira itu membela dirinya dari tuduhan yang  papanya lontarkan.

Tentu saja pria itu tidak percaya. Dia sampai dapat panggilan ke sekolah karena Ira didapatkan tengah memukul salah satu siswi disana.

"AKHH!" teriak Kaira ketika tangan kekar Surya menarik kuat rambutnya sebelum melepaskannya.

"Saya nggak mau dengar alasan kamu, sekali lagi saya dapat kabar kalau kamu buat ulah lagi, saya ngga akan segan-segan buat hukum kamu lebih dari ini!"

Setelah mengucapkan itu, pria itu berjalan menjauh dari putrinya, mengabaikan rintihan kesakitan dari bibir mungil sang putri.

Ibu, pembantu di keluarga itu datang berlari ke arah Kaira yang masih menahan sakit di badannya bekas tendangan papanya tadi.

"Bangun Non, sini ibu obatin."

"Makasih bu." Gadis itu tersenyum menatap ibu yang sudah bekerja di rumahnya sejak dia kecil.

***

Kaira berada di atas rooftop sekolah, ia menikmati angin yang berembus kencang diwajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaira berada di atas rooftop sekolah, ia menikmati angin yang berembus kencang diwajahnya. Gadis yang belum genap berusia 17 tahun itu duduk manis ditepian gedung sekolahnya. Kakinya menjuntai kebawah.

Saat ini sedang jam istirahat. Sejak pagi ia belum melihat seseorang yang dicarinya.

Matanya melirik kebawah, melihat murid-murid lain yang menikmati waktu istirahat mereka. Bibirnya mengukir senyum tipis. Pernah beberapa kali, Kaira membayangkan dirinya berada di tengah-tengah mereka. Bermain, bercanda, bahkan makan bersama. Lalu dia sadar kalau itu hanyalah bayangannya.

Jari-jemarinya naik menyisir anak rambut yang berantakan. Matanya terpejam menikmati waktu yang terus berjalan. Gadis itu menikmati waktunya sendiri, ingin merasakan ketenangan walau hanya beberapa menit.

Suara langkah kaki mendekat kearahnya.

"Makan, Ra."

Kaira membuka matanya. Sekotak bekal berisi nasi disodorkan ke hadapannya oleh cowok berkacamata yang saat ini duduk disebelahnya.

Kaira sudah menduga siapa yang akan datang, karena cuma orang itu yang tau tempat yang paling Kaira suka di sekolahnya, dan... dia orang yang peduli dengan keberadaannya.. Mungkin.

Kaira menoleh, bibirnya mengukir senyum manis. "Gue ngga lapar kak. Makasih."

"Yaudah, kalau gitu makan sebelum lapar," balas cowok itu dengan tangan yang membuka kotak bekal itu.

Kaira NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang