03. Hukuman yang Percuma

36 33 5
                                    

Selamat datang kembali di bab tiga.

Tetesan air yang jatuh dari langit itu bernama hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetesan air yang jatuh dari langit itu bernama hujan. Mungkin, rasanya bisa menyakitkan atau menenangkan.

___

Kaira sedang tertunduk malas di hadapan bu Tari selaku guru BK nya. Di sebelahnya ada Airin dan teman-temannya.

"Kenapa ya, yang masuk sini itu kalian lagi kalian lagi? Nggak bosen kalian ketemu ibu?"

Bu Tari memijat pelipis matanya frustrasi, kepalanya pusing dengan kelakuan anak muridnya ini.

"Kamu Kaira, belum cukup papa kamu dipanggil kepala sekolah?"

Gadis yang disebut namanya hanya memutar bola matanya malas.

Bu Tari menghela napasnya kasar. "Kalian," tunjuk bu Tari ke Airin dan teman-temannya, "bersihin semua toilet di lantai 2!"

Setelah mengatakan itu, mereka yang diperintah Bu Tari keluar dengan malas-malasan. Tak ingin membantah karena sudah bosan dengan keadaan ini.

Tatapan bu Tari berganti ke arah Kaira.

"Kamu Kaira, hormat ke bendera di lapangan sampai jam istirahat. Sama satu lagi, jangan pernah masuk kelas dengan keadaan baju seperti itu."

Bu Tari menatap seseorang yang sejak tadi berdiri di ambang pintu.

"Elang, kamu awasi dia. Ibu kurang percaya kalau dia bakal ngelakuin hukumannya."

Kaira mendengus kesal, merasa bahwa yang seharusnya diawasi adalah geng Airin.

Elang mengangguk mengiyakan, "Baik, bu."

Kaira berdiri, berjalan keluar melewati Elang begitu saja. Sedangkan Elang mengekori di belakangnya. Mereka berjalan ke arah lapangan dengan tenang.

"Jangan diulangi, Ra." Elang berkata lembut di belakang Ira.

"Percuma lo ngomong gitu, kak."

Kaira sampai di tengah lapangan. Ia mengangkat tangannya hormat ke bendera. Elang hanya mengawasinya dari jauh.

***

Sudah sekitar satu jam Kaira berdiri di sana. Panas matahari menyentuh kulitnya. Keringat mulai bercucuran ditubuhnya. Elang sudah tak terlihat lagi disana sejak beberapa menit lalu.

Tubuh Kaira mulai lemas, matanya mulai memburam.

"Kuat, Kaira," gumamnya menyemangati dirinya sendiri.

Tak berselang lama hingga tubuhnya jatuh ke tanah. Tepat saat itu seorang cowok berlari ke arahnya.

"Kaira!" ditangan cowok itu terdapat sebotol air minum dan seragam baru. Tapi tak sempat memberikannya ke Kaira.

Kaira NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang