THE MASK 04

237 42 16
                                    

Cerita ini masih memiliki begitu banyak kekurangan, entah dari kepenulisan maupun aspek lainnya. Saya harap bantuan dari teman-teman untuk mengoreksi agar karya ini bisa lebih baik kedepannya❤️

.
.
.
.

Cukup lama hingga keduanya kini sampai di rumah Angel. Akses jalan yang sempit membuat Nathan sedikit kesulitan.

Sesampainya di depan rumah Angel, gadis itu langsung turun dari motor sembari memperbaiki tatanan rambut yang agak berantakan karena terpaan angin di sepanjang perjalanan tadi. Sementara Nathan—cowok itu membuka helmnya secara perlahan. Matanya menelusuri bagian depan rumah Angel.

Gadis itu tersenyum tipis. “Makasih udah nganterin aku. Seperti yang kamu liat, rumah aku kayak gini. Makanya ... Aku malu dan gak enak ajak temen main ke rumah,” ujarnya.

Nathan menatap Angel, mata gadis itu memancarkan kesedihan membuat ia sedikit tak tega. Apa Angel tersinggung karena ia terus menerus melihat tempat tinggal gadis itu?

“Sorry,” gumamnya.

Angel tersenyum. “Maaf buat apa sih? Kamu gak salah apa-apa, kok.”

Cowok itu menatap Angel cukup lama. Apa gadis ini memang murah senyum?

“Gue balik dulu,” pamitnya.

“Oke, hati-hati, ya? Jangan ngebut. Sekali lagi, makasih udah nganterin pulang.”

Nathan hanya berdehem. “Hm.”

Helm-nya kembali ia pasang. Setelahnya cowok itu menghidupkan motornya dan menancap gas, meninggal area rumah Angel.

Seperginya Nathan, senyum manis gadis itu pudar, tergantikan dengan senyum miring. “Cepat atau lambat, gue pastiin lo bakal tergila-gila sama gue.”

Rasa ambisius untuk menghancurkan Nathan terus membara. Sakit hati yang diberikan oleh Nathan beserta teman-temannya benar-benar menancapkan luka yang sangat dalam.

Angel dendam.

Angel ingin Nathan mati dengan perlahan.

Gadis itu berjalan dengan tatapan datarnya, menuju ke rumah yang selama ini ia tempati. Bukan rumah yang ditunjukkan kepada Nathan barusan, melainkan rumahnya yang sebenarnya.

****

“Angel cantik bener. Arghhh ... bisa gila gue lama-lama!” teriak Galen frustasi. Cowok itu melempar ponselnya ke sofa dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai yang dingin itu.

“Enak aja lo! Punya gue tuh!” Fano melempar Galen dengan bantal. Bukannya marah, Galen justru menangkap bantal itu lalu menaruhnya dibawah kepalanya.

“Lagi gak mood berantem gue, Njing! Pengen tidur aja, soalnya cuman dengan tidur gue bisa milikin ayang gue," ujarnya. Setelahnya ia memejamkan matanya untuk masuk ke alam mimpi.

“Pesimis bener lo. Tapi gak apa-apa, sih. Biar saingan gue berkurang," ucap Fano. Cowok itu menyingkirkan ponsel Galen yang tergeletak diatas sofa lalu berbaring diatas sana.

Sementara Rion, cowok itu memandangi foto-foto yang diunggah oleh Angel di Instagram milik gadis itu. Followersnya cukup banyak, namun gadis itu tak mengikuti satu akunpun.

“Ngeliatin apa lo? Serius banget," tanya Fano. Cowok itu berbicara masih dengan mata yang terpejam, berbeda dengan Galen yang sudah mendengkur halus.

“Lo ngerasa aneh gak sih sama Angel?” ucapnya tiba-tiba.

Fano menghela napas pelan. “Ya, aneh sih emang ayang gue. Aneh, soalnya dia cantiknya gak manusiawi. Udah cantik, pinter, ramah, baik. Ada, ya, manusia kayak dia? Aneh banget 'kan?"

THE MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang