THE MASK 02

374 131 25
                                    

Cerita ini masih memiliki begitu banyak kekurangan, entah dari kepenulisan maupun aspek lainnya. Saya harap bantuan dari teman-teman untuk mengoreksi agar karya ini bisa lebih baik kedepannya❤️

.
.
.
.

Satu tahun kemudian ...

Cowok dengan seragam putih abu-abu itu duduk di balkon kamar miliknya, menikmati sunrise yang terlihat begitu indah pagi ini. Cahaya matahari itu menembus kulitnya, membuatnya merasa hangat.

Tangannya merogoh saku celananya untuk mengeluarkan sebuah ponsel. Ia hendak mengirim pesan ke temannya, namun atensinya terhenti begitu melihat nomor telepon yang sama sekali tak ia simpan, tapi ia kenal dengan pemilik nomor itu.

“Nalica,” gumamnya.

Sejak kejadian hari itu, Lica tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Banyak yang mengatakan bahwa gadis itu memilih untuk pindah sekolah akibat tidak sanggup menghadapi bullyan.

Tidak, ia sama sekali tidak merindukan gadis jelek itu. Hanya saja, ia cukup penasaran. Benarkah gadis itu memang pindah ... atau justru meninggal saat ia dan teman-temannya menyiksanya? Jika Lica benar-benar meninggal, berarti ia dan teman-temannya adalah seorang pembunuh.

Tok

Tok

Tok

Mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya membuat cowok itu menoleh. Ia sudah tau siapa yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

“Nathan, udah bangun? Hari ini hari pertama sekolah, jangan sampai telat,” ucap seorang pria paruh baya diluar sana.

“Udah, Pa,” ucap Nathan cukup keras agar ayahnya diluar sana bisa mendengar ucapannya.

Nathan segera beranjak dari kursinya. Cowok itu berjalan keluar dari kamar dan langsung menuju ke arah ruang makan. Sebelum ia sampai disana, ia sudah melihat ayahnya dan juga Ibu tirinya yang menatapnya datar.

Berdecak sebal, Nathan segera mempercepat langkahnya menuju meja makan. Ia langsung mengambil roti yang sudah diberi selai orang Bi Asti—asisten rumah tangga—dan memakannya.

“Nathan, duduk dulu, Nak,” ucap Ivan—ayah kandungnya.

“Gak tau sopan santun,” sindir Anita—ibu tirinya, namun Nathan mengabaikannya. Ia menghabiskan roti itu, kemudian meminum susu hangat hingga tandas.

Cowok itu kemudian salim pada ayahnya. “Pa, Nathan berangkat. Nanti Nathan juga mau nginep di apart aja.”

Ivan mengangguk. “Jaga kesehatan. Kamu boleh nginep disana, tapi kalo bisa jangan tiap hari.”

“Nathan gak janji, Pa. Soalnya Nathan lebih nyaman di apart, gak ada pengganggu,” ucapnya kemudian melirik ke arah Anita membuat Anita menggeram marah.

Setelahnya Nathan berjalan keluar dari rumahnya dan langsung menuju garasi. Ia memilih motor sport berwarna hitam dengan sedikit campuran warna biru tua.  Ia memakai helm miliknya dan segera menuju ke SMA ALZEGRA yang merupakan sekolah barunya.

****

Brum

Brum

Suara motor Nathan yang memasuki area sekolah berhasil menarik perhatian para siswa dan juga siswi. Dalam hati mereka bertanya-tanya, siapa murid itu. Sebab dari motor dan postur tubuhnya terlihat begitu asing.

Tepat setelah motornya terparkir dengan sempurna, Nathan langsung membuka helm miliknya dan itu berhasil membuat para siswi melotot dan berteriak histeris, terlebih saat ini Nathan terlihat makin tampan saat cowok itu memperbaiki tatanan rambutnya.

THE MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang