Kesibukan melanda seisi gedung yang dipenuhi dengan orang-orang yang sedang mengetikkan sesuatu atau membahas rapat dan hasil pekerjaan yang hampir memasuki tenggat waktu. Jisoo sedang merenung di kantornya sambil menatap langit-langit ruangannya dengan tatapan kosong. Sebenarnya ada apa dengan Lisa? Belakangan ini dia aneh sekali. Batin Jisoo bingung. Dirinya menatap lingkaran putih yang tercetak di jadi manisnya dengan sedih. Apa yang membuatnya gelisah sampai dia mau meminta cincinnya dariku sementara aku gak pernah sekalipun melepasnya? Batin Jisoo lagi.
Jisoo merasa heran dengan Lisa. Semua yang biasa dia lakukan dulu jadi tidak pernah dilakukan lagi sekarang. Bagaimana tidak? Dulu Lisa tidak pernah sama sekali mengantarnya hingga gerbang rumah saat dia akan berangkat ke kantor, melambaikan tangan padanya dengan ceria dan selalu menyambutnya saat pulang. Sekarang semua itu dia lakukan dengan senang. Apa yang terjadi padanya? Batinnya bingung.
Jisoo membuka matanya dengan panik. Jangan-jangan Lisa ingin membunuhku? Batin Jisoo dengan tubuh gemetaran. Tapi dia langsung membuang pikiran konyolnya jauh-jauh. Lisa bukan orang sejahat itu. Batin Jisoo lagi. Tiba-tiba dia ingat satu hal. Seseorang akan menjadi berubah secara drastis jika memiliki penyakit mematikan. Dan tiba-tiba terlintas di pikiran Jisoo kalau Lisa mungkin sakit parah. Sepertinya aku harus bicara saat pulang kerja nanti. Batin Jisoo. Dia kembali bersiap untuk kembali bekerja dan kemudian tenggelam dalam laptopnya.
Sementara itu Lisa menatap gedung perkantoran dimana Jisoo berada. Sejak pagi Lisa terus memikirkan kakaknya yang pergi bekerja dengan membawa mood yang tidak bisa dikatakan baik. Mungkin dia kesal aku meminta cincinnya. Batin Lisa sambil menatap cincin milik Jisoo yang dia simpan di tasnya. Tapi dia juga tahu kalau Jisoo juga butuh penjelasan tentang ini. Lisa pun masuk ke gedung perkantoran dengan langkah mantap sambil berharap kalau Jisoo tidak marah padanya.
Saat dia masuk dan berjalan menuju lobi, para karyawan tampak menatap Lisa dengan kagum. Paras Lisa yang cantik bagaikan boneka hidup membuat semua karyawan Jisoo terpukau. Sekretaris Jisoo, Sowon yang melihat kedatangan Lisa langsung berdiri menyambutnya.
"Annyeong haseyo Nona muda." Sapa Sowon sambil membungkuk hormat.
"Annyeong haseyo Kim Sowon ssi. Tolong jangan terlalu formal padaku. Aku lebih muda darimu." Ucap Lisa sungkan.
"Anda adik dari sajangnim jadi wajar kalau saya harus melakukannya." Sahut Sowon merendah.
Lisa tertawa kecil. "Apa Eonnie ada di dalam?"
"Ada. Masuk saja ke dalam."
Lisa mengangguk dan mengetuk pintu ruangan Jisoo. Terdengar sahutan masuk lalu Lisa membuka pintunya. Dilihatnya Jisoo yang sedang duduk di kursinya dan menatapnya dalam. Lisa terpaku melihat kecantikan Jisoo saat memakai pakaian formal saat dia bekerja. Auranya lebih terpancar saat ini.
"Duduk lah. Aku akan membuatkanmu susu coklat hangat." Ucap Jisoo lalu menuju sisi bagian dalam kantornya.
"Maaf aku mendadak datang Eonnie." Kata Lisa tak enak hati.
"Gak masalah. Beruntung aku sedang ada di kantor. Seringnya aku pergi untuk rapat keluar. Jadi lebih baik kamu telepon dulu sebelum datang." Jisoo kembali dengan membawa 2 cangkir berisi susu coklat dan kopi panas.
"Gumawo Eonnie."
"Jadi? Ada perlu apa kamu kesini?"
"Apa Eonnie marah saat aku meminta kembali cincin Eonnie?"
Jisoo meminum kopinya sedikit lalu menatap Lisa dalam.
"Iya." Sahut Jisoo datar.
"Aku gak tahu apa maksud kamu untuk memintaku melepas cincin itu. Kamu tahu kalau semua orang pasti melihat kalau aku selalu memakai cincin yang kamu berikan sejak awal kita bertemu dan gak sekalipun aku melepasnya. Kalau orang melihat aku gak lagi memakai cincin itu, apa yang harus aku katakan?" Lanjut Jisoo kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin Memutar Waktu
FanfictionBenar kata banyak orang. Kita akan merasakan orang itu berharga saat dia sudah pergi dari kita. Tapi jika bisa, apa aku bisa memutar waktu untuk menebus kesalahanku?