Kakak Adik

796 87 4
                                    

Kesunyian yang memekakkan telinga. Becky sudah berkali-kali mendengar istilah itu. Namun baru sekarang ia paham seberapa menyiksanya sebuah kesunyian. Freen tidak mengatakan apapun setelah Becky mencium ujung bibirnya. Saat ini ia hanya bisa mendengar hembusan napas yang keluar masuk dari dirinya dan Freen. Tidak ada kata-kata terucap, tidak ada suara lain. Penyesalan perlahan menyusup ke dalam hatinya. Apa yang aku lakuin barusan, ya ampun.

"Becky..." Freen jadi orang pertama yang memecah keheningan itu.

Becky tidak memiliki keberanian sama sekali bahkan untuk menjawab panggilan Freen. Ia menggigit bibirnya dengan gugup sementara jarinya sibuk memainkan kukunya sendiri. Hilang sudah semua kepercayaan diri dan keberanian yang ia punyai sebelumnya.

"Nong..." Freen memanggil Becky lagi.

Becky bisa merasakan hatinya mencelos mendengar panggilan tersebut. Nong. Rasanya ini lebih buruk daripada terjebak dalam kondisi friendzone. Kali ini ia cukup yakin, situasinya ada pada kondisi sisterzone. Dan ia baru saja mencium perempuan yang menganggapnya adik sendiri.

"Ya, Phi Freen?" Becky masih belum berani menatap wajah Freen. Kedua matanya hanya fokus menatap kedua tangannya yang ada di pangkuannya.

"Aku bukan Khun Sam."

Lagi-lagi hati Becky mencelos mendengar perkataan Fren. Tentu saja dia tahu kalau perempuan yang baru saja ia cium bukanlah Khun Sam. Becky sepenuhnya sadar akan apa yang ia lakukan dan dengan siapa ia melakukan hal itu. Ternyata ini lebih buruk daripada friendzone ataupun sisterzone. Ia berada dalam keadaan monsam-zoned.

"Tau, kok..." Ia bisa mendengar suaranya sedikit bergetar.

"Dan kamu barusan cium bib-..."

"Pipi!" Becky langsung memotong kalimat Freen. "Aku barusan cium pipi kamu, seperti adik cium pipi kakaknya." Ia cepat-cepat menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak berani mengambil resiko jika sampai Freen merasa tidak nyaman dengan dirinya karena ciuman tadi. Becky berpikir, lebih baik jika ia berpura-pura ciuman tadi hanyalah ciuman antara kakak dan adik.

"Ah..." Freen mengangguk dan tertawa hambar. "Ya, ya. Di pipi."

"Aku..." Becky terus berusaha mengumpulkan semua keberanian yang tersisa untuk mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Freen, yang ternyata sedang tidak melihat ke arahnya. Freen seperti dirinya tadi, hanya menatap ke arah bawah, seakan kakinya adalah hal paling menarik di dunia ini.

"Mungkin aku tadi agak kelewat dikit dan nggak sengaja kena ujung bibir Phi Freen. Tapi, tadi maksud aku nyiumnya di pipi, kok." Lanjut Becky.

Freen berdeham dan akhirnya mengangkat kepalanya dan memandang wajah Becky. Ada senyum tergambar di wajahnya namun matanya nampak tidak bersinar.. "Iya, iya, paham. Aku cuma kaget. Aku pikir barusan Mon yang cium aku." Ia tertawa kecil dan berdiri dari tempat duduknya. "Kayanya temen-temen yang lain udah pada mulai makan malam. Kita join, yuk?" Ia menawarkan tangannya untuk digenggam oleh Becky.

"Ya, yuk kita ke sana." Becky menggenggam tangan Freen dan mengangkat dirinya dari tempat duduk. "Phi Freen nggak marah kan sama aku?" Tanyanya begitu ia berdiri, menatap langsung ke arah Freen yang matanya masih tidak memancarkan kerling.

"Kenapa aku musti marah?" Freen tersenyum simpul sambil memiringkan kepalanya. "Kenapa aku musti marah sama adikku sendiri?"

Becky tidak tahu bahwa sebuah pertanyaan sesederhana itu bisa terasa begitu menusuk hati, meninggalkan perih yang ia rasakan saat ini.

Ya, aku bener-bener cuma dianggap adik.

Becky berusaha membalas senyuman Freen dan berjalan mendahului Freen sambil tetap menggenggam tangan perempuan itu.

Kenapa aku bikin diriku sendiri jadi ada di situasi kaya gini, sih?


***


"Gloomy banget sih, Freen?" Nam melambaikan tangannya tepat di depan wajah Freen untuk mendapatkan perhatian dari rekan kerjanya.

"Aku nggak gloomy, Phi Nam. Aku cuma lagi kepikiran sesuatu." Freen memasang senyum di wajahnya dan lanjut melahap makan malamnya, berusaha menutupi segala perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Ia terus memasang senyum terbaiknya di depan kru film dan teman-teman aktor lainnya, menghindari pertanyaan serupa yang baru saja dilontarkan oleh Nam. Ia tidak tahu lagi apa yang ia rasakan, yang ia tahu, ia merasa sedang dipermainkan oleh Becky. Freen mengira selama ini Becky berusaha memberikan petunjuk-petunjuk kecil untuk memberitahunya perasaan Becky yang sesungguhnya. Freen mengira selama ini perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Freen mengira Becky menginginkan hal yang sama dengan dirinya. Tetapi ternyata itu semua salah.

"Aku barusan cium pipi kamu, seperti adik cium pipi kakaknya."

Hatinya terasa dicengkram oleh tangan tak kasat mata sementara kepalanya terus memutar perkataan Becky setelah Becky menciumnya. Ternyata itu hanya ciuman adik untuk kakaknya. Ia menyalahkan dirinya yang bisa-bisanya berpikir bahwa mereka bisa menjadi lebih dari sekedar adik dan kakak.

"Phi Freen..."

"Hmm?" Freen langsung menoleh ke arah perempuan yang duduk di sampingnya. ""Kenapa, Nong?" Ia dengan sengaja memanggil perempuan itu Nong. Bukan kah orang yang menganggapnya kakak memang sebaiknya dipanggil adik?

"Malam ini aku boleh nginep di tempat Phi Freen nggak?"

Freen tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya bisa memandang ke arah Becky dengan ekspresi kosong. Pikiran dan hatinya sedang bertengkar saat ini. Hatinya tanpa ragu langsung ingin mengijinkan Becky untuk menginap di rumahnya. namun, pikirannya terus berjaga-jaga dengan berulang kali mengingatkan betapa ia merasa dipermainkan oleh Becky.

"Phi Freen?"

"Ya?" Jiwa Freen kembali ke dalam tubuhnya. "Kenapa?" Dan ia mengulangi apa yang baru saja ia katakan beberapa detik yang lalu.

"Aku boleh nginep di tempat Phi Freen nggak?" Becky pun mengulang pertanyannya.

"Ah... itu..." Dan lagi-lagi hati dan pikirannya melanjutkan pertarungan sengit di dalam dirinya.

"Yaudah, nggak usah. Nanti aku pulang dianter Phi Nam aja."

Mendengar jawaban Becky, Freen cepat-cepat mengusir isi pikirannya sendiri dan mengikuti kata hatinya tanpa berpikir panjang. "Nggak papa, nanti kamu tidur di kasur aku aja." Dan ia langsung menyesali pilihan kata yang ia gunakan.

"Oii Freen, Becky nanya dia boleh nggak nginep di rumah kamu. Eh langsung kamu tawarin bobo di kasur kamu. Gercep amat, cieee!" Nam langsung menggoda Freen dengan suara keras membuat para kru dan aktor di meja tersebut turut dengar dan ikut menggoda dua perempuan itu.

Biasanya Freen akan merasa malu-malu dan berdebar setiap kali teman-temannya menggoda dia dengan Becky seperti ini. Namun tidak untuk kali ini. Kali ini ia merasa sedih. Ia memang senang setiap kali teman-temannya atau para fans memperlakukan mereka seperti pasangan. Tapi apalah artinya itu semua. Pada akhirnya mereka bukanlah pasangan, dan Becky hanya menganggapnya kakak.

"Oii, kalian ini pikirannya nakal!" Freen berpura-pura akan menonjok Nam dan teman-teman lainnya, dan itu membuat yang lain tertawa semakain kencang, tak terkecuali perempuan yang duduk di sampingnya. Ia menoleh ke arah Becky dan merengut. "Kamu juga kenapa ikut-ikutan?"

"Kamu tuh lucu banget, Phi Freen. Aku nggak bisa nahan ketawa." Becky lanjut tertawa sambil menyandarkan kepalanya di bahu Freen.

Walaupun Freen sudah tahu bahwa Becky hanya menganggapnya kakak, namun hatinya langsung luluh ketika Becky menyandarkan kepala di bahunya. Tanpa sadar ia turut menyandarkan kepalanya di atas kepala Becky dan mengelus pipi Becky dengan tangannya. "Kamu suka aku digodain kaya gini?"

"Becky suka Phi Freen sih yang jelas!" Nam menjawab pertanyaan Freen dan mendapatkan sorak sorai dari teman-temannya yang lain, membuat kedua pipi Freen dan Becky memerah karena malu.

Freen menepuk halus pipi Becky sebelum menegakkan kepalanya dan mengambil alat makannya. "Udah, udah. Lanjut makan lagi. Keburu makanannya dingin."

Dia cuma nganggep kamu Kakak, Freen. Jangan kebawa perasaan lagi.

Curtain Call [ID]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang