"Becky nih bener-bener suka banget godain aku..." Freen menggumam pelan sambil membaca isi chat yang ada di handphonenya. Saat ini layar handphone miliknya tengah membuka chat yang selalu berada pada urutan teratas dari daftar kontaknya — tentu saja berada di urutan teratas, karena dirinya lah yang mem-pin chat tersebut supaya terus berada di posisi teratas. Ia bangkit dari posisinya yang semula tidur telungkup untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran kasur. Ia membaca ulang kembali layar chat yang sedang terbuka saat ini, menikmati sensasi gelenyar di dadanya yang dari tadi tak kunjung reda.
bb: Bb itu singkatan dari apa sih, P'Freen?
You: Becbec kan. Apalagi coba?
bb: Ya nggak tahu. Baby mungkin? Soalnya aku kan save nama P'Freen "Baby 🐰"
You: 5555 appan tuh? Baby bunny?
bb: Bunny yang jadi baby aku
Ia bisa merasakan kupu-kupu berterbangan dengan meriah di dalam perutnya saat ia membaca kalimat yang dikirimkan Becky. Ia melihat pada jam yang menunjukkan kapan chat tersebut dikirim dan tertawa saat menyadari bahwa ia membutuhkan setidaknya tiga menit untuk akhirnya membalas chat becky tersebut. Awalnya ia ragu bagaimana ia harus membalas chat tersebut, namun akhirnya ia mengabaikan isi kepalanya dan mengikuti hatinya untuk membalas chat tersebut.
You: Siapa baby kamu? Si bunny?
bb: Iya, Baby aku si bunny. Dan P'Freen si bunny
You: Kenapa aku jadi bunny?
bb: Soalnya gigi P'Freen kaya kelinci. Cute!
Ia tersenyum sambil matanya terus melekat ke arah bubble chat yang baru saja dibacanya tadi. Senang rasanya disebut cute oleh orang yang ia sukai. Ia lanjut menggulir layar handphonenya untuk membaca kelanjutan chat mereka.
You: Menurut kamu aku cute gitu?
bb: Pertanyaan macam apa itu? P'Freen emang cute banget. Kayanya aku naksir deh sama P'Freen
Freen menaruh tangannya di dada, merasakan betapa cepat jantungnya berdegup hanya dengan membaca kalimat yang terpampang di layar handphonenya. "Tenang woy, Jantung! Jangan jantungan dulu! Dia barusan bilang 'kayanya'. Kayanya naksir. Belum pasti itu!" Ia kemudian terkikik menyadari betapa anehnya kelakuannya barusan. Setelah mengelus dadanya beberapa kali, ia pun akhirnya membaca lagi kelanjutan chat tersebut.
You: Bagus deh kalo gitu, soalnya aku juga kayanya naksir sama kamu
bb: Beneran? Oh, berarti selama ini suka pegang tangan aku tuh colongan ya?
You: Iya doong. Tapi, kan kamu yang pernah colongan cium aku
Freen dapat merasakan pipinya menghangat saat membaca isi balasannya pada Becky. Kepalanya kini memutar memori saat Becky mencium sudut bibirnya. Sebuah ciuman yang menurut Becky adalah ciuman dari adik untuk kakaknya. Walaupun Becky berkata begitu, tetapi bagi Freen, ciuman itu berbeda artinya. Itu adalah pertama kalinya bibirnya bersentuhan dengan bibir Becky. Tanpa script, tanpa kru dan pemain lain di sekitar mereka, tanpa kamera yang merekam adegan mereka. Ia masih ingat betapa remuk hatinya saat telinganya mendengar dari mulut Becky bahwa ciuman itu adalah ciuman dari seorang adik untuk kakaknya. Tidak mudah untuk Freen menjadi tetap tenang dan bertindak seakan tidak terjadi apa-apa setelah ciuman tersebut. Bagaimana tidak, rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh hanya untuk jatuh terjerembab kembali ke bumi. Tapi, yang terjadi biarlah terjadi. Toh, karena hal tersebut, ia jadi sadar bahwa hati dan pikirannya sering kali tidak singkron. Dan karena kejadian itu pula ia semakin meyakinkan dirinya untuk terus mengikut hatinya daripada terus terombang ambing di antara nalar dan rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curtain Call [ID]
Fanfiction"Aku, Freen Sarocha. Bukan Khun Sam. Dia, Becky Armstrong. Bukan Mon. Perasaan ini adalah perasaan antara Khun Sam dan Mon. Perasaan ini bukan perasaan antara Freen dan Becky. Nggak ada yang namanya freenbeck. Adanya cuma monsam." === Ini cuma coba...