First Met

83 28 4
                                    

Alsya merutuki kecerobohan dirinya, dengan langkah kaki yang lebar dan tak henti-hentinya merapalkan doa dalam hatinya ia sangat panik. Dibutuhkan waktu 5 menit untuk ia keluar dari mall dan menuju tempat mobilnya berada.

Saat ia membuka ponselnya untuk memeriksa jam pada lockscreen yang didominasi warna pink, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 10.47 ia semakin keringat dingin. Ia takut akan diamuk mamanya karena pulang larut malam. Ia terus melangkahkan kakinya sampai ia menemukan mobilnya dan masuk ke dalam.

Sementara itu, di sisi lain ada sepasang mata yang terus mengawasi tanpa Alsya sadari. Ia tersenyum kecil saat melihat betapa lucunya gadis itu saat tengah panik.

‘’So clumsy.’’ Badannya membungkuk lalu tangannya terulur untuk mengambil gantungan tas yang jatuh dari pemiliknya.

Ia lalu mengikuti gadis itu yang ia yakini arahnya menuju ke tempat parkiran.

***

"Oke Sya, take a deep breath’’ Alsya menarik napasnya dalam-dalam lalu menghebuskannya secara perlahan berulang kali. Gadis itu sudah berada di dalam mobilnya, sadar ia harus cepat pulang namun sebelumnya harus menetralkan napasnya terlebih dahulu.

No need to imagine
‘Cause I know it’s true
They say all good boys go to Heavens
But bad boys bring Heaven to you

Lagu yang dilantunkan oleh Julia Michaels itu memenuhi mobil Alsya. Gadis itu mengambil botol minum yang sempat ia beli tadi karena tenggorokannya terasa sangat kering, sampai ia sadar ada cowo yang dengan santai masuk mobil dan duduk tepat di kursi sebelahnya.

"Masih percaya teori cowo bad boy tapi nggak brengsek?’’ Tanya cowo itu memulai percakapan.

"Pardon?’’ Alsya mengerutkan keningnya. Menatap cowo di sebelahnya dengan mata yang mengabsen penampilannya dari atas sampai bawah.

"Answer me first.’’ Kali ini cowo itu menatap Asya penuh. Tangannya yang dilipat di dada menambah aura mengintimidasi semakin kuat. Namun parasnya yang bak malaikat dan senyumnya yang hangat membuat Alsya sedikit tidak merasa takut.

"Kadang yang cewe suka sorot dari bad boy itu obsesinya.’’ Jawab Asya sambil menatap lurus ke depan kaca mobilnya.

“Toxic kalau lo suka hubungan yang timbul karena obsesi.’’ Balas cowo itu lalu menatap lurus ke depan seperti yang dilakukan Alsya.

“Anggap aja gue lebay, tapi definisi kita beda”

“Anggap aja gue bego, jelasin ke gue perbedaannya”

“Obsesi yang bukan beneran obsesi, lebih ke bucin akut, cinta banget sampai ga akan pernah berpaling apalagi mendua”

“Oke, terus definisi bad boy nya?”

“Bad to control himself, but no totally fail. Dia mungkin susah diatur, suka berantem dan marah-marah. Tapi positifnya he’s protector, romance guy and loyal”

“Kenapa harus susah-susah jinakin singa kalau bisa dapatin si kulkas jerapah?”

“Seriously? Lo sendiri pilih singa atau jerapah”

“Ya daripada kena amuk singa mending dapat si kulkas jerapah lah”

“King of The jungle is lion, I date him then. I’m material girl? I agree. He can protect me from anyone btw”

“Kayaknya tipe cowo lo harus seperfect itu ya?”

Alsya tersenyum simpul dengan eskpresi yang tidak terbaca. El menoleh sepenuhnya pada gadis yang berambut brunette sepunggung dengan mata yang memancarkan tatapan teduh.

The Height of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang