Langkah kaki yang lebar

14 4 1
                                    

"Mel ke kantin yuk." Ajak Calista sembari jalan ke arah kantin.

Melisa mengikuti Calista, Ia baru menyadari jika tadi belum sempat sarapan, pantas saja dirinya merasa lapar.

"Mie goreng bu CeuCeu enak kayaknya." gumam Melisa sembari menatap langkah kecilnya, teringat langkah lebar seseorang yang tadi di temuinya. Seperti nya Melisa akan tertinggal jauh dengan perbedaan langkah kaki lelaki itu. Namun rasanya Ia ingin menyimbangi langkah nya, ingin tau kemana langkah lebar itu membawa sang pemilik mata yang redup. Kemana perginya langkah kaki itu saat sang pemiliknya rapuh? fikirnya.

"Ibu pengen lontong sama mie goreng yaa, es teh hangat nya dua." ucap Calista saat sampai di depan warung Bu CeuCeu yang sedang menggoreng tempe dan teman-temannya.

"Siap neng, di tunggu dulu yaa.."

"Siap ibuu." balas Calista sembari mencari tempat duduk untuk menunggu pesanan nya.

"Bu aku pesan Mie goreng aja ya ga pake lontong." ucap Melisa yang di balas anggukan dan pose tangan jempol. Melisa menghampiri Calista sembari menunggu pesanan nya, Ia membuka benda pipih yang sedari tadi di diamkan.

"Mel, brosur Classmeeting yang sebentar lagi bakalan di laksanain udah di sebar belum?" kata Calista yang teringat jika acara di sekolah nya akan segera di adakan.

Melisa teringat jika acara di sekolah nya akan segera di laksanakan, Ia terdiam mengingat dimana brosur itu terkahir di simpan dimana.

"Belum kayaknya cal, seinget ku terakhir brosur itu di pegang sama sekertaris OSIS, nanti kalo pas rapat ditanyain aja." ucap Melisa setelah mengingat terakhir brosur itu di ambil alih oleh salah satu pengurus inti OSIS.

"Mangga neng pesanannya, ini es teh hangat nya." ucap bu CeuCeu sembari menyodorkan pesanan Calista dan Melisa beberapa saat yang lalu.

"Wah... Terimakasih ibu.. ini uang nya yaa.." Ucap Calista sembari memberikan uang pesanan nya.

"Terimakasih ibu, ini yang aku uangnya yaa." Sembari Melisa memberikan uang pesanan nya juga.

Mereka menghabiskan makanan dengan sedikit obrolan tentang acara yang sebentar lagi akan di adakan, Melisa yakin jika nanti Ia akan menggunakan tenaga ekstra dalam partisipasi acara tersebut.

----------

Acara classmeet beberapa saat lagi akan di mulai, di awali dengan sambutan dari kepala sekolah, dan sambutan dari guru-guru lain, tampilan kreasi siswa, hingga perlombaan antar siswa yang akan di selenggarakan atas partisipasi OSIS. Melisa di sibukkan dengan mendata siswa-siswi yang berminat mengikuti perlombaan dan menampilkan kreasi siswa.

Sambutan dari kepala sekolah, guru-guru, dan beberapa kreasi siswa sudah di tampilkan. Di lanjutkan dengan perlombaan pertama yaitu basket yang di mainkan oleh anak kelas X IPS 2 melawan X IPA 1. Sorak riuh penonton mengiringi setiap gerak-gerik pemain, tak kala beradu suara dengan teriakan saat bola lolos ke dalam ring hingga mencetak skor oleh pemain yang handal.

Di lain tempat perlombaan bulutangkis akan segera di mulai. Melisa yang menjadi bagian panitia lomba tersebut di sibukkan dengan check in para siswa-siswi yang akan bertanding. setiap orang sudah mendapatkan nomor antrian dan sudah di pasangkan dengan setiap lawan.

Angka 12. Terpasang di atas dada sebelah kiri lelaki yang tidak jauh dari tempat Melisa berdiri, mata lelaki itu menemukan dirinya hanya seperkian detik, hingga fokus Melisa teralihkan saat langkah lelaki itu membawa nya masuk ke area lapangan dan bersiap untuk bertanding. Sebelum tangan nya menggenggam raket badminton dengan erat, tidak ada sebab lelaki itu melirik dan bertemu dengan mata Melisa. Teduh namun Rapuh. Seolah mengatakan 'Aku harus bertaruh'.

Waktu ke waktu, pertandingan hampir selesai, mata Melisa seperti tidak ingin melewatkan menatap sosok yang sedang bertanding dengan serius, setiap gerakan nya mampu mengalahkan skor sang lawan. Hebat. Hanya itu yang bisa Melisa simpulkan.

perlombaan masih terus berlanjut hingga sesi terakhir yaitu babak final yang akan menentukan dari perwakilan mana yang menjadi juara pertama, kedua, ketiga, dan pemain terbaik.

"Ini Mel, minum. Bu panitia butuh asupan kali," seorang lelaki menyodorkan botol minum dengan senyuman yang di lengkapi lesung pipi dan gigi putih rapih, model rambut cepak, memakai ID card yang sama dengan yang Melisa pakai.

Dikta. Teman seorganisasi dengan dirinya. Ramah, humoris, dan menjadi incaran kaum wanita. sikapnya yang ramah di kenal oleh banyak orang di sekolah nya, dengan paras yang menawan hingga sayang jika di lewatkan. Ucap perempuan-perempuan saat berpapasan dengan Dikta.

"Thanks Dikta," Melisa menerima botol minum itu dengan senyum yang tak kalah manis.

"You're welcome, Mel. how's your day? keliatannya cape banget tuh mata." ucap Dikta dengan nada kekehan di akhir kalimat nya.

"Hahaa bisa aja lo, emang keliatan ya?" Melisa bertanya balik dan menatap Dikta.

"Iya, keliatan. Tubuh lo bukan robot Mel, jangan terlalu di paksain." Nada bicara yang tenang namun mengisyaratkan untuk tidak di tentang. Seperti nya topeng Melisa di sadari oleh seseorang.

"Hahaha dasar Dikta, bisa aja." Melisa membalas ucapan Dikta dengan tawa garing dan sedikit pukulan pada lengan lelaki yang di hadapan nya.

"Serius, memang lo itu bukan robot, gue duluan ya, babak final futsal mau di mulai. Inget Mel jangan di paksaa~." Dikta berkata dengan nada panjang di akhir kalimat yang merupakan potongan dari lirik lagu yang dibawakan oleh salah satu penyanyi.

"Iyaa siap Bapak Dikta terhormat, udah sana. Take care ya," balas Melisa sembari melambaikan tangan saat Dipta kian menjauh. Melisa memikirkan apa yang Dikta ucapkan.

huh.. Melisa menghela nafas berat.

Sesi babak final perlombaan bulutangkis sudah dimulai dari beberapa saat yang lalu, Melisa bergantian dengan panitia lain dan dirinya beristirahat, namun Melisa memilih berada di tepian lapang, dan ikut serta menyaksikan babak final yang menjadi sorotan dan alasan Melisa memilih untuk diam dari pada ke kantin untuk mengisi perut, Ia memilih melihat laki-laki yang dengan lihai membalas setiap pukulan pada raket badminton dan membuat lawan kewalahan. Melisa ikut bersorak tak kala lelaki itu memenangkan perlombaan bulutangkis, bedanya Melisa mengatakan itu dalam hatinya, "Hebat. Good job, i know you can do it." ucap nya dalam hati sembari menatap kagum pada lelaki itu.

Melisa akan selalu di pertemukan dengan segala kehebatan, keindahan, dan apapun yang menjadi bagian dalam lelaki itu. Di rasa yang di lihat Melisa, nyaris sempurna.

-------







Thanks for reading...

see you next chapter!!


Follow Instagram :
Author : ylitanrha_
Radipta : radiptaaskara_

Cianjur, April 2023

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang