****
EVERYTHING WILL BE OKAY, I AM HERE
DEGMelisa terpaku menatap tulisan di dalam kertas tersebut. Melisa langsung berlari ke arah jendela dan melihat ke arah luar, matanya mencari siapa pelakunya.
"Gajelas." Ucap Melisa. Ia menutup jendela dan menguncinya. Kakinya berjalan gontai menuju tempat tidur, Melisa membaringkan tubuhnya sembari menatap langit-langit kamar minimalis itu.
pikiran nya bersenayan, asik memikirkan siapa? dan apa maksudnya?.. Menatap kembali kertas yang masih setia Ia genggam. Di bawahnya ada sebuah tanda tangan yang tak Melisa kenal. Mungkin sebagai pengenal dari pengirim secarik kertas tersebut, pikir Melisa.
Perlahan mata sedu itu menutup, menuntut sang pemilik untuk beristirahat sejenak, mengantarkan sang pemilik nya pada sebuah kehidupan mimpi yang diharapkan abadi. Pikiran yang masih setia, turut ikut serta dalam perjalanan mimpi nya. Mungkin akan menjadi perjalanan yang sangat panjang, dan Melisa tidak mengharapkan untuk terbangun.
Melisa yang sudah setengah perjalanan dalam mimpi nya, siluet seseorang di balik pohon menatap dengan tatapan yang pilu pada jendela yang menutup dan seseorang di dalam nya yang Ia yakini masih tersedu-sedu, meski dalam mimpi nya sekalipun.
"I'm here.. pretty..." Ucap pelan sosok yang masih setia memandangi jendela dan seseorang di dalamnya.
***
Terpaan sinar matahari menusuk pada seorang yang masih setia bermesraan dengan selimut dan kasur yang empuk. Suara kicauan burung, suara yang berasal dari dapur, Melisa yakini Bunda nya sedang bertempur. Namun suara-suara itu tidak membuat Melisa beranjak dari tempat tidur, seluruhnya badannya terasa remuk, Melisa tahu jika Ia terbangun saat jam menunjukkan pukul 5:45 WIB. Melisa tidak terpenjat kaget saat melirik pada jam yang tertempel di dinding kamar nya. Kepala, dan seluruh badan nya terasa berat Melisa gerakan dan beranjak dari tempat tidur untuk menjalankan peran nya sebagai pelajar.
Melisa setengah sadar, samar-samar telinga nya mendengar langkah kaki dari arah luar. Tak lama setelahnya, Melisa mendengar pintu kamar nya terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan raut khawatir, pasalnya dari luar Sang Bunda memanggil nama nya namun tidak ada balasan dari putrinya.
"Melisa... Kamu gak pergi sekolah, Nak?..." Melisa mendengar suara itu, namun dirinya tidak mampu untuk sekedar membalas ucapan Sang Bunda.
Tak lama dari itu, Tangan dingin milik Bunda nya menyentuh halus surai rambut dan kening nya. "Kamu demam, Nak.." Tatapan khawatir pada Bunda Melisa membuat wanita itu segera mengambil tindakan cepat untuk putri nya yang sakit.
Melisa tak mendengar apapun lagi, selang beberapa menit suara langkah kaki dan gemercik air dan sapu tangan yang di tempelkan pada kening nya.
"Bangun dulu Nak, Bunda sudah siapkan bubur, makan dulu ya.."
Melisa menurut. Di bantu Sang Bunda menyender pada bantal yang di tahan dengan tembok. Mata yang merasa berat untuk sekedar membuka sehingga Melisa menerima setiap suapan yang Bunda nya berikan dengan mata terpejam."Sudah.." Melisa menjauhkan wajahnya saat sendok terakhir hampir mendarat pada mulutnya. Rasanya hambar.
"Yasudah, makan obat nya setelah itu istirahat." Bunda Melisa memberikan obat nya dan Melisa langsung meminum nya. Setelah nya, Melisa membaringkan tubuhnya dan menutup mata. Kepalanya sangat berat.
"Cepat sembuh, anak Bunda.." Kecupan hangat yang Melisa rasakan, sedikit membuat dirinya merasa lebih baik. Tak berselang lama, suara pintu tertutup dan langkah kaki yang kian menjauh tak lagi Melisa dengar. Matanya perlahan terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You
Novela JuvenilLantas, bagi Radipta Askara, menyerah bukan sebuah pilihan dari banyaknya pilihan di dunia, ketika semesta mempertemukan dua insan yang dunianya terus meramu rasa sakit, mereka sepakat untuk lebih memilih bertahan. Dua orang yang sama-sama membutuhk...