Universes Hurts

11 2 0
                                    

***

------

BRUKKKK

"MAU JADI APA KAMU, HAH?!" Suara seorang lelaki paruh baya, tanpa belas kasihannya menampar putranya hingga tersungkur.

"KELUARGA TIDAK BERGUNA! KAU DAN IBUMU SAMA SAJA! MENYUSAHKAN." Lelaki yang tersungkur itu mengepal kuat tangan nya, dia benci jika sosok lelaki di depanya membawa Ibunya ke dalam permasalahan keluarga nya. Permasalahan yang terjadi karena Papa nya lebih memilih wanita lain di banding Ibunya. Jika Ia datang ke rumah adalah hal yang di nanti oleh anak semata wayangnya, Radipta Askara. Tidak pernah menginginkan lahir ke dunia hanya untuk menyaksikan Ibunya menangis meratapi nasib keluarga nya, dan tidak ingin hidup untuk mendapatkan kekerasan dari Sang Ayah yang menuntut dirinya demi memberi makan gengsi.

"Hei, dengar anak tidak tau diri, kau masih untung saya sekolah kan, saya penuhi kebutuhan kamu, itu bukan untuk mendapat kan peringkat Ke Dua dalam olimpiade yang kamu ikuti," Rahang tegasnya di cengkram kuat oleh Sang Ayah, menatap nyalang tanpa ada sorot kasihan sedikit pun kepada putranya.

"Saya bukan robot." Ucap tegas Radipta dengan tatapan benci kepada Sang Ayah. Seolah menegaskan jika dirinya lelah harus di tuntut sempurna.

"Wahh sudah berani kau melawan saya? kau memang anak tidak tau untung, silahkan saja jika kau tidak mau mengikuti apa yang saya ucapkan. Dan ibu mu itu, harus tidur dan gelandangan di jalanan. Bagaimana?" Lelaki paruh baya itu mengatakan demikian seolah tidak ada beban. Lupa jika dirinya bertanggung jawab menjadi Kepala Keluarga, peran Ayah untuk putra nya, dan Suami untuk ibunya. Raka melupakan semua perannya.

"Saya benci anda." Ucap Radipta dengan menekankan apa yang barusan Ia ucapankan. Sorotan benci, marah, dan pertanyaan yang berisik di kepala seolah terwakilkan oleh mata yang teduh namun rapuh.

"Hahah silahkan saja, tapi kau masih membutuhkan saya untuk menjalani pengobatan ibu mu yang penyakitan itu." Raka tertawa renyah tanpa memikirkan apa yang Ia ucapankan.

"Olimpiade berikutnya kau harus juara Pertama, paham anak tidak tau diri?" Dengan nada pelan dan penuh penekanan, Raka meninggal kan Radipta seolah ucapan itu pergantian dari kata selamat tinggal.

Radipta menatap kosong punggung Lelaki yang kian menjauh, Ia enggan menyebut nya 'Ayah', Raka tidak pantas di panggil demikian. Radipta berdiri dan berjalan gontai menuju tempat yang selalu membuat nya merasa bersalah.

Membawa motor dengan kecepatan tinggi, dingin nya angin malam di biarkan menerpa kulit putih Radipta, isi kepala yang berisik Ia lampiaskan dengan menaikkan kecepatan pada motor yang Radipta bawa. Kepala Radipta berisik. Radipta ingin hilang.

----

Gedung tinggi berada di hadapan Radipta. Langkah nya membawa masuk ke dalam Gedung itu, banyak yang Radipta temui di dalamnya, namun tujuan nya menemui seorang wanita yang menjadi alasan Radipta bertahan. Radipta memandangi pintu dengan tatapan kosong, "Bu.. Radipta hancur.." Ucap Radipta dengan sangat pelan, Ia memberanikan diri membuka pintu dan melihat kan Seorang wanita paruh baya, wanita kuat yang melahirkan dirinya ke dunia, wanita rapuh, wanita yang menjadi alasan Radipta tetap mengikuti apa yang Raka ucapkan.

Tenang. Radipta merasa tenang berada di sebelah ibunya. Menatap perempuan cantik di depannya, menggenggam tangan dingin, putih, halus dan penuh belas kasihan.

"Selama masih bisa lihat Ibu, mau sehancur apapun semesta Radipta, Radipta akan merasa aman," Radipta berkata dengan nada halus, menatap sayang kepada Wanita paruh baya di depannya.

"Bu... bertahan untuk Radipta, ya..." Suaranya bergetar. Radipta akan hancur jika Ibunya pergi, jika Radipta tidak bisa melihat sosok nya lagi.

Lama Radipta memandangi wajah cantik Ibunya, Radipta beranjak dari tempatnya. Menyempatkan mencium kening Sang Ibu dengan penuh sayang. "Maaf bu, maafin ayah Radipta."

After Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang