Keterangan:
🌼 [F/n] = Full Name
🌼 [Y/n] = Your name (nama belakang)
🌼 [Fam/n] = Family name (marga)Sekian, selamat membaca.
_____________ ✴✴✴ _______________
Hari itu mendung, awan kelabu berkumpul menghalangi penyinar bumi. Petir menggelegar sebagai peringatan bahwa hujan akan datang. Kau menapakkan kaki keluar kursi penumpang, menunduk. Oda juga melakukan hal yang sama. Ia keluar dan memutari mobilnya hingga sampai di hadapanmu yang berdiri kaku.
"[Y/n]..." Dari saku dalam kemejanya ia meraba, mencari sesuatu tersimpan—sebuah kalung cantik yang terlihat sangat mahal. Kalung itu berhiaskan berlian berwarna hijau kebiruan mengkilap, memantulkan keindahannya, mengingatkanmu pada warna mata pria bersurai merah.
Otomatis kamu mengangkat kepala. "Odasaku.. aku--" Kamu ingin menolak, mengetahui dirimu akan semakin terpuruk jika mengingat keberadaannya lewat kalung itu.
Tetapi Odasaku meraih tanganmu, kemudian menaruh kalung tersebut pada telapak tangan yang terbuka. "Ambillah. Ini hadiah untukmu."
Bibirmu bergetar, tidak mampu membentuk sebuah kata saking terkejutnya.
Sedetik kemudian sebuah ciuman tiba di dahimu. "Jangan lupakan aku." Bisik Oda. Suara menahan tangis jelas terdengar menggelitik gendang telingamu. "Selamat tinggal." Tanpa menatap wajahmu untuk yang terakhir kalinya ia pamit, memasuki mobil dengan terburu-buru.
Dan begitu saja Odasaku melaju. Meninggalkan kamu sendirian di pekarangan rumah yang terasa asing di pandangan. Entah mengapa kamu merasa begitu takut, gelisah, tidak merasa pantas berada dan diterima masuk dalam kehangatan keluarga aslimu lagi.
Dengan ragu kamu berjalan mendekati pintu, mengetuk tanpa semangat lalu membukanya dengan hati-hati. Apa yang ada di rumah sama seperti kemarin. Hanya saja semuanya terlihat lebih rapih berkat renovasi dadakan yang dilakukan atas perintah Bos Mafia. Tiga anggota keluargamu tengah duduk di sofa panjang, melihatmu dengan berbagai pandangan. Ada yang merasa kasihan, ada yang merasa malu namun tidak berani marah karena pengorbanan yang kamu lakukan, juga ada yang terlihat benci dan jijik padamu.
"Lihat siapa yang kembali. Anak memalukan yang membuang rasa malu nya demi menjadi pelacur."
"Ayah--- jangan begitu." Sang adik akhirnya berkomentar. Meski masih tidak mempercayai situasi ini, ia tetap berusaha menghormatimu karena sudah bekerja demi membiayai pendidikannya.
Kamu pun menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan sebelum berjalan mendekat.
"Seperti permintaan ayah. Aku sudah berhenti. Kontrak ku bersama orang itu sudah berakhir." Ucapmu.
Ayahmu melipat kedua tangan di dada, "itu tidak menyingkirkan fakta bahwa anak yang kubesarkan susah payah sudah mempermalukan keluarga ini."
Cacian dan omelan kamu terima dalam diam. Tidak ingin menambah masalah yang ada. Jika Oda masih berada di sisimu, maka mungkin ia akan memeluk dan menenangkanmu dengan hati-hati.
Tapi sosok itu sudah tidak ada lagi. Kamu sendirian sekarang. Dan kamu harus tetap kuat menghadapi masalah yang berasal dari keputusanmu sendiri.
"Nak, pergilah ke kamarmu." Pinta ibumu dengan suara kecil. Mungkin ia juga tidak ingin harga dirimu semakin terinjak karena perkataan suaminya.
"Aku permisi dulu." Dengan segera kamu pergi ke kamar, menutup pintu dan menguncinya. Saat itulah tubuhmu beringsut kebawah. Kakimu terasa tidak bertenaga, dan air matamu keluar tanpa permisi.
Kamu sudah melepas segala hal demi keluarga yang kau cintai. Mulai dari harga diri, rasa malu, keperawanan, hingga perasaan karena harus berpisah dari Oda. Tapi bukan hasil baik yang kamu dapatkan melainkan caci maki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Boss's Favorite Toy [Oda Sakunosuke × Reader] ✔
Fanfiction[COMPLETED] Berawal dari saran seorang sahabat, Oda Sakunosuke - Bos Port Mafia akhirnya setuju untuk memiliki kekasih kontrak. Sosok wanita yang bisa dimainkan dan dibuang kapan saja. Orang itu memberikan upah milyaran per bulan bagi siapa saja yan...