4. Hukuman (2)

646 29 0
                                    

Trigger Warning: Hardcore sex, BDSM (Bondage & Discipline), etc.

Keterangan:
🌼 [F/n] = Full Name
🌼 [Y/n] = Your name (nama belakang)
🌼 [Fam/n] = Family name (marga)

Sekian, selamat membaca.

_____________ ✴✴✴ _______________


Tubuh yang terikat tali tambang itu masih bergetar dengan hebat. Gesekan tali yang menempel pada kulit mulusmu memberi rasa nyeri yang sedikit menyakitkan—percaya akan meninggalkan bercak merah cantik.

Disuruh menahan suara adalah perintah paling mustahil yang pernah ada ketika kedua lubangmu sedang diisi benda bergerak.

Kira-kira apakah kedua eksekutif di balik tirai mendengar suaramu? Kamu bersumpah sudah bersusah payah mengurangi suara tapi entah mengapa malah terdengar semakin tidak terkendali.

Sebentar lagi bantal mahal yang kau gigit bisa-bisa robek dan rusak.

"Hnmm–! Hnghhaa~ aah..! Odaahh~" memakai suara selembut mungkin kau memanggil penguasa atas tubuhmu.

Sebentar lagi kamu akan mencapai ekstasi. Saat itu terjadi, kau pasti akan mengeluarkan suara yang lebih keras, yang akan menembus jelas dari tembok kamar mereka.

"Petunjuk apa yang kalian dapat?" Panggilanmu dianggap angin lewat. Oda tetap terdengar serius berdiskusi dengan kedua bawahannya.

Kamu bisa mendengar Chuuya menjelaskan apa yang mereka temukan dengan gagap, Dazai di sebelahnya juga ikut menambahkan rencana yang ia rangkai.

Waktu berjalan sangat lambat untukmu yang kehabisan kata selain aturan nafas dan tangisan menuju puncak kepuasan. Pembicaraan mereka seakan berlangsung beribu-ribu tahun.

"Hm, sepertinya itu saja untuk sekarang. Terima kasih sudah mengerjakan tugas dengan baik. Adakah informasi penting lain yang ingin kalian sampaikan?" Oda menyembunyikan seringai kecilnya, tidak kuat menahan diri lagi setelah mendengarmu memohon dan merengek begitu banyak.

Yang mengangkat tangan adalah Dazai, tentu itu Dazai. Sahabatnya satu itu memang tipe teman yang selalu jahil. "Aku! Aku! Ini soal [Y/n]-chan—" mulut Dazai langsung didekap dengan erat oleh Chuuya.

"Oi!! M-Maaf bos bukan apa-apa! Kami akan segera pergi..." Sejenak ia melirik ke arah Dazai, "ya 'kan... Dazai?!"

Bukannya merasa bersalah, Dazai mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Baiklah. Kalian boleh pergi."

Si surai merah sempat mengatakan pada mereka kalau besok ia tidak bisa diganggu sebelum keduanya keluar dari kamar.

Lalu...

"Kau menahannya dengan baik..." Kedua vibrator itu akhirnya dimatikan tepat sebelum kamu mencapai puncak.

"Haruskah aku lebih memanjakan area ini?" Oda sengaja mengelus klitorismu.

"Nghh— y-ya.. Kumohon."

"Tapi bukankah kau lebih menyukai mainannya?"

Buru-buru kamu menjawab. "A-aku menyukaimu.. lebih dari mainan itu.."

Hasrat yang tersendat menyakitkan dirimu. Kau benar-benar ingin mendapatkan ekstasi tersebut. "Odasaku hh ah.."

Kejamnya hukuman dari seorang Oda Sakunosuke. Inikah salah satu alasan mengapa orang-orang menakutinya? Menggambarkannya sebagai bos Port Mafia yang tidak kenal ampun? Tapi kau tidak berlari kabur dari pria itu, yang kamu lakukan sebaliknya—mendekati Oda, meminta dimakan habis-habisan.

Mafia Boss's Favorite Toy [Oda Sakunosuke × Reader] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang