Sesampainya di rumah, Aira tidak langsung mengganti bajunya. Ia menghabiskan 30 menitnya untuk bermain hp sambil rebahan. PR tidak begitu dihiraukan, kepikiran, tapi selalu dialihkan. "Nanti malam aja ah" Fikirnya.
Setelah Aira bosan dengan hpnya, ia beranjak dari tempat tidur dan mengganti bajunya. Ia memikirkan kuas dan cat nya, "hmm.. Apa ngelukis aja ya" Ia pun beranjak dari kamarnya untuk mengambil air, kemudian mengeluarkan alat lukis dan menggeletakkannya di lantai.
Sapuan kuas perlahan-lahan berjalan di atas kertas gambarnya. Pada saat itu Aira belum memiliki yang namanya kanvas dan juga kertas khusus untuk melukis. Dengan bermodalkan cat dan kertas gambar biasa yang ada di toko toko, Aira dapat menghasilkan sebuah karya yang lumayan bagus.
"Alah.. Lukisnya gitu-gitu doang kamu, gak ada perubahannya, bosan." Seringkali kalimat tersebut terngiang-ngiang di kepalanya. Kakak Aira sering mengucapkan itu.
Kakak Aira ini bikin binggung, kadang muji, kadang ngejek karyanya, angin-anginan lah pokonya.
Setelah selesai melukis, sudah menjadi rutinitasnya untuk mempublikasikan karyanya di story WhatsApp nya. Membuat banyak temannya yang tertarik kemudian berniat untuk membeli lukisan Aira dengan gambar yang mereka tentukan.
Sebenarnya Aira menjual lukisannya sudah sedari ia SMP, awal mula banyak yang ingin memesan lukisan Aira itu karna Nur, Nur adalah orang pertama yang membeli lukisan Aira.
"Ra.. Kamu bisa lukisin panda gak? Segede karton gitu, nanti bawahnya dilapisin kardus biar kokoh" Itu yang Nur katakan pada saat itu.Karna lukisan pesanan Nur Aira bawa ke sekolah, temen-temen Aira yang lain jadi pengen pesan juga. Alhamdulillah banyak banget yang pesan, pada saat itu Aira pun mendapatkan pemasukan. Tapi karna dia gak konsisten dan ada beberapa lukisan yang gak dia buat, jadinya ya berhenti gitu aja.
Setiap kali Aira ngelukis, dia kasih lihat hasil lukisannya ke orang-orang yang ada di sekitarnya,
"Bagus gak guys?"
Itu selalu dia lakukan hanya untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan. Aira sering kali menghela nafas ketika melihat respon dari teman dan orang-orang terdekatnya yang tidak begitu peduli akan apa yang dia buat. Dia seringkali berdialog dengan dirinya sendiri,
"Kamu ngapain sih ngasih liat yang kamu bisa ke orang lain, gak bisa ya di simpan sendiri?"
"Ya.. Aku gakpp, pengen tau potensi ku aja."
"Potensi? Selama ini kamu gak sadar sama semua usaha yang kamu lakuin? Sama semua karya yang kamu hasilin! "
"Ya gak gitu maksudnya... Cuma.. "
"Cuma apa? Kamu bukan mau tau potensi mu, tapi kamu mau perhatian dari orang lain kan?! Makan tuh caper, dirimu sendiri yang selalu perhatian sama kamu aja gak kamu anggab!"
Fikiran dan hatinya terus sahut-sahutan.
Aira belum mau mengakui bahwa semua yang dia lakukan hanya untuk pengakuan. Ketika dia tampil saat pentas seni sekolah pun dia rela bertanya dengan pertanyaan yang sama ke teman-teman yang di jumpainya hanya untuk menanyakan, "Bagus gak sih suara ku tadi, fals gak sih?." Miris ketika ia mengingat itu.
Butuh waktu lama bagi Aira untuk memahami bahwa ikan tidak perlu memberitahu bangau terlebih dahulu agar dia bisa berenang. Tapi apa yang kita rasakan, apa yang kita lakukan sudah cukup untuk kita ketahui.
Gak perlu malu untuk mempublikasikan karya yang kita buat hanya karna takut akan hinaan dari orang lain. Karna hinaan yang mereka utarakan itu akan merujuk ke dirinya sendiri.
******
Melihat jam menunjukkan pukul 4 sore, Aira bergegas untuk menjemput mama nya dan kembali lagi ke rumah.Keesokan harinya seperti biasa Aira pergi ke sekolah dengan membawa sebagian bahan dagangan mamanya dengan meletakkannya di motor bagian depan.
"Aira pergi dulu ya, " Ia berpamitan dan menyalimi kedua orang tuanya.
Ia beranjak dari rumahnya dan setengah perjalanan ia meletakkan bahan dagangan mama nya dan lanjut mengendarai motornya ke sekolah.
Sesampainya di kelas Aira mendapati Liza sedang bersedih. Liza yang awalnya sangat ceria, aktif di youtube dengan memberikan tutorial make up, sering bernyayi pada saat jum'at kreasi di sekolahnya itu pun mendadak tidak mau melakukannya lagi.
"Jesy, aku mau hapus akun youtube ku pokonya," Ujarnya kepada Jesy yang merupakan salah satu circle nya Tanjung Impian.
"Sudah Liz, jangan nangis, parah juga sih ibu itu" Ujar Jesy.
Aira yang tidak tau apapun mendadak binggung, "Liza kenapa Jes? "
Dengan sedikit terkekeh, Jesy menjelaskan, "Itu.. Tadi Liza dipanggil ke kantor sama pak Yogi karna nilai Liza ini dibawah KKM. Trus bu Sekar nyeletuk,..
" Kamu ini Liza, sudah suara nya jelek, nilainya jelek, sok-sok juga nyayi setiap Jum'at kreasi"
Jesy berhenti dan mengatur tempo bicaranya,
"Nah makanya si Liza jadinya sakit hati gini, dia gak ngira bakalan dibilangin gitu, jadi malu Liza nya Ra" Seru Jesy.
Liza pun mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis dan tidak menatap siapapun,
"Gak lagi aku nyayi-nyayi, temen temennya kak Anggi yang di kelas 12 juga pura-pura suka sama postingan ku, taunya cuma becandaan yang kesannya buat hina-hina aku biar jadi bahan ketawaannya mereka." Ujar Liza sambil mengusap matanya.
Sering kali orang menganggab bahwa yang mereka katakan adalah hal biasa yang kesannya memberi dampak lucu, tapi nyatanya gak sama sekali.
Banyak cara yang orang lain lakukan untuk mendapatkan perhatian. Aira susah payah upgrade karya nya untuk mendapatkan pujian, sebagian orang mencari kekurangan dari orang lain untuk dijadikan candaan bahkan tak sedikit yang menertawakan dirinya sendiri agar orang merasa dia lucu dan bisa jadi bahan agar mereka tertawa.
Huh..
Mirisnya ketika bahan becandaan mereka marah, mereka tinggal bilang "Baperan" Dan merasa bahwa masalah mereka selesai.
Gak sedikit orang yang menahan air matanya di atas hal lucu yang mereka tertawakan.
________________________________________
Di bab ini semoga ada pesan yang sampai ya guys. Semangat terus dan harus berani untuk mengambil tindakan dari hal yang negatif dan kurang mengenakkan.
See yaaa di part selanjutnya. Happy Reading semuanya, luv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Semesta
General FictionCerita ini berasal dari skenario semesta yang diceritakan langsung oleh pemerannya. Cerita ini ditulis dengan sebenar-benarnya kejadian nyata yang di alami oleh sebagian orang. Kita memang tidak bisa lari dari masalah, yang kita bisa adalah menghada...