Teng Teng Teng
Bel berbunyi pertanda masuk, pagi hari yang cerah se cerah wajah Alsaki yang sedang mengobrol dengan satpam sekola, pria itu memang mudah akrab dengan siapapun, bahkan tukang cilok yang sering lewat ke warung Bu May, Alsaki tidak menyadari bel telah berbunyi karena keasyikan berbincang membahas hal tidak penting hingga tertawa, ia tidak sadar bahwa pak Rudi sudah memanggil manggil nya memakai megafon.
"Alsaki ayo masuk!!!"
"Alsaki Nawasena."
"Eh udah di panggil aja gw sama pak Rudi slot gacor," ucap Alsaki, tak lain dan tak bukan Alsaki menyebut nya Pak Rudi slot gacor karena Al tidak sengaja melihat pak tua itu menekan spin di situs slot gacor.
"Iya pak, otw banget,"
Setelah berjalan menyusuri koridor, Al akhirnya sampai di kelasnya dan melihat kelas sudah ramai oleh teman sekelasnya.
"Hello everyone, cowo ganteng udah datang, sorry idola kalian telat," ucap Al dengan penuh percaya diri, namun hal ini sudah menjadi kebiasaan nya saat masuk kelas.
"Huuuuuuuuuu," serentak seisi kelas menyoraki Al yang tengah berdiri di depan pintu kelas.
Elaina seketika di herankan dengan tingkah Al yang narsis, ya meski ia sudah tau di hari kemarin tingkah seenaknya itu.
"Vano, lu kangen gw ga? Liat seperti biasa gw selalu ganteng sama kyk lu kan?," Tanya Al pada Vano yang tengah mengambil buku dari tas nya.
"Gw ga kangen lu, lu ganteng tapi lebih ganteng gw Al," jawabnya.
"Dari segi image pun Vano lebih keren, ga petakilan kek lu Al," Kata Serra yang duduk di samping kanan Vano. benar, Serra adalah cewe yang suka Vano sedari dulu.
"Yaelah ser, itumah lu aja obsess sama si Vano," ucap Al.
Setelah cek-cok seisi kelas seperti pasar, seketika terdiam setelah Bu Rini masuk dengan muka garang yang seperti sudah terbayang oleh murid ia akan memberikan tugas se gunung Uhud.
"Selamat pagi, hari ini pelajaran bahasa Indonesia, seperti biasa sebelum pembelajar kita berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing," kata Bu Rini.
Semua murid berdo'a.
"Hari ini ibu tidak akan memberikan materi baru, ibu akan memberikan tugas untuk materi Minggu kemarin, karena kalian sudah kelas 12 jadi waktu kalian tidak lama lagi di sekolah ini, jadi ini tugas akhir kalian di semester 2 ini, hanya menghitung hari lagi kalian angkat kaki dari sekolah ini," ucapnya, sepertinya sudah muak murid-murid mendengar kata 'waktu kalian di sekolah ini sudah tidak lama lagi, kalian hanya tinggal menghitung hari untuk lulus dari sini,'.
"Hari ini ibu akan memberikan tugas kepada kalian untuk membaca novel dan membuat sinopsis nya, lalu di cetak. Tugas ini adalah tugas kelompok, kalian bisa mengerjakan nya dengan bersama-sama, ibu yang akan membagi kelompoknya,"
"Baik Bu," all students
"Casandra, Dewa, Rey, dan Septian untuk kelompok satu,"
"Nanda, Xia He, Alexandre, Luna untuk kelompok dua,"
"Devano, Alsaki, Ucup, dan Serra untuk kelompok tiga,"
Bla bla bla
"Ada yang belum kebagian kelompok?," Tanya Bu Rini kepada murid-murid nya.
"Saya bu," ucap seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang, sembari mengacungkan tangan.
"Siapa? Kamu murid baru ya?,"
"Iya Bu, nama saya Elaina Ayaka," jawabnya dengan lantang.
"Baik, siapa yang mau menambah anggota kelompok nya? Tolong ajak Elaina, dan berteman baik ya,"
"Saya bu," acungan seorang pria dengan spontan. Ya, dia Alsaki Nawasena dari kelompok tiga.
"Baik, semuanya sudah mendapatkan kelompok silahkan untuk mencari tahu di perpustakaan, sosial media, atau internet info terkait novel yang akan kalian baca. Ibu ada rapat hari ini jadi jangan ada yang keluar kelas," ucap Bu Rini sambil mengemas buku nya.
"Baru masuk udah keluar aja, yang lama dikit kek," Ucup mencetus berkomentar. Memang serba salah menjadi guru.
"Apanya yang lama dikit cup?," Tanya Nanda.
"Singgah nya, singgah lah yang sungguh, karena disini bukan sekedar tempat untuk berteduh," jawab puitis 12 IPA 1, Ucup anak senja yang gapernah mandi sore karena menikmati segelas kopi sembari memandangi langit jingga di jam 6 sore, tapi kalo ujan libur hehe.
Seisi kelas langsung tertawa mendengarnya.
Ucup adalah pelawak kelas yang sekaligus seorang murid yang mendapat beasiswa prestasi, meski ia terlahir dari keluarga menengah kebawah dan harus hidup dirumah yang berdesakan, tidak seperti teman teman lainnya. Dengan keadaan nya yang seperti itu, tidak membuat ia dibuang dan di diskriminasi oleh teman sekelasnya, justru ia mendapat perhatian lebih dari temannya karena ia sangat pintar dan baik hati.
Setelah Bu Rini keluar, seisi kelas menjadi berisik karena murid-murid mengobrol. Di ujung kanan, terlihat Al sedang mengobrol serius dengan Vano yang duduk disebelahnya.
"Van, kata papa lu harus tinggal di rumah gw, dia mau lu tertata,terjamin,terpantau tiap harinya, lu harus mau Van," kata Al, ekspresi serius Al ini jarang di temukan di wajah Alsaki Nawasena yang setiap harinya hanya bersenda gurau.
"Gw gabisa Al, gw udah banyak ngerepotin bokap nyokap dan juga lo, dengan gw bisa masuk di sekolah yang se megah ini aja gw udah merasa banyak berhutang sama mereka, gw gamau terus-terusan bikin mereka repot," Vano menolak tanpa ragu tawaran emas dari Alsaki, tak lain Vano hanya ingin menjadi mandiri dan tidak merepotkan keluarga paman nya lagi. Ya, papa Alsaki adalah kakak dari ibu Vano.
"Papa mama gw khawatir sama lo Van, begitu juga gw. Gw takut lu kenapa-kenapa kalo di umur 17 tahun lu harus tinggal dan cari uang sendiri, bukan kita ga percaya sama lo, tapi lu terlalu muda untuk beban se berat itu Van, ayolah!"
"Bilangin ke om Bima gw bakal tinggal sama kalian pas gw udah lulus sekolah Al, gw terima tawaran baik dari kalian, makasih udah khawatir sama gw Al, kalo ga ada kalian gw udah hilang arah nyari validasi," jawab Vano dengan garis senyum yang tulus.
Setelah berbincang banyak dengan Al, Vano menyuruh semua kelompok nya untuk kumpul membahas tugas yang diberikan Bu Rini tadi.
"Oke kelompok tiga kumpul yo disini, kita bahas novel mana yang bakal kita pake," kata Vano dengan suara keras.
Setelah mendengar Vano yang memanggil, para anggota kelompok tiga berkumpul di dekat Vano dan mulai mengemukakan pendapat-pendapat mereka.
"Gimana kalo novel One Hundred Years Of Solitude karya Gabriel Garcia," kata Ucup yang baru saja duduk di kursi dekat Vano.
"Novel yang ringan aja dulu cup, lu kira otak kita nyampe sana," penolakan pendapat dari Al.
"Kalo gitu gimana kalo Harry Potter?," Ucap gadis cantik berambut pendek, ia Serra.
"Oke masuk list, ada yang mau nambahin?," Tanya Vano.
"Gw setuju sama Serra," acungan tangan dari Ucup dengan semangat membara.
"Gw juga," sambung konfirmasi Al.
"Gw juga setuju," konfirmasi Elaina.
"Oke, kita bakal pake novel Harry Potter buat tugas kali ini, tugas gw baca dan nyusun sinopsis di buku 1 dan 2, Elaina 3 sama 4, Ucup 5 dan 6, Serra bagian ngetik, dan Al yang beli bukunya gimana?," Kata Vano.
"Gw setuju, Al kebagian beli soalnya gw ga mampu beli buku mahal setebal itu," jawab Ucup nyengir dengan kedipan maut nya.
"Oke, kebagian enak doang gw, tentu gw setuju sama lu Van," jawab Al.
"Gw juga" konfirmasi Serra
"Me too," kata Elaina.
"Hari Minggu kita kumpul di apart Al aja, kebetulan apart nya kosong jadi bisa lebih serius, nanti gw share loc di grup yang bakal gw bikin," Kata Vano.
Makasih udah baca guys
(◍•ᴗ•◍)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSAKI
Novela Juvenil"Gw bakal bikin seluruh dunia tau kalo dia milik gw, layaknya cinta Cleopatra dan Mark Anthony." kata Alsaki. "Apa lu lupa kalo Cleopatra juga punya Julius Caesar?" Jawab Vano. "Kalian lupa? mereka semua mati." dengan spontan Ucup menjawab pernyataa...