BAB 5

63 32 30
                                    


Pagi hari di ibu kota dengan suhu 26°C, kicauan burung yang terbang melewati gedung gedung tinggi, Vano pergi sekolah bersama Elaina. Vano sudah meminta konfirmasi untuk berangkat sekolah bersama dari kemarin malam. Dilihatnya ada bau-bau PDKT antara mereka. Dan sepertinya Elaina juga tidak pernah keberatan untuk berjalan bersama Vano.

Rumah-rumah dan jalan-jalam telah terlewati, akhirnya mereka sampai di sekolah dengan tepat waktu. Pagi hari cerah ini membuat mereka sedikit bersemangat memulai pelajaran di kurikulum merdeka ini.

"Makasih Van," ucap Elaina sambil membuka helm nya.

"Santai aja, ayo ke kelas," Jawabnya dengan senyum yang tak biasanya.

Ada apa? Hari ini Senin kan? Bukan nya kita jarang tersenyum di hari Senin?

Setelah dari parkiran, Vano dan Elaina berjalan menyusuri koridor sekolah berdua, seperti biasa beberapa teman Vano menyapa dan mengira Elaina adalah pacarnya, karena memang Vano adalah cowo yang sangat anti berjalan sejajar dengan seorang gadis, ini pertama kalinya.

Masuk kelas dengan memulai pelajaran prakarya di jam pertama, disambung dengan bahasa Inggris di jam ke tiga dan empat, dan berlanjut terus menerus hingga tidak ada jamkos sampai jam istirahat.

Pukul 10:00 istirahat tiba, murid-murid mulai berbondong-bondong menuju ke kantin agar mendapat makanan lebih dulu, yang padahal hal itu mengakibatkan berdesakan dan antrean panjang hadehh..

Vano mengajak Elaina ke perpustakaan, mereka berdua memang sepertinya memiliki kesamaan yaitu, membaca buku.

baru nemu ya? Kutu buku yang ganteng dan cantik.

Elaina menerima ajakan Vano untuk pergi ke perpustakaan, beberapa menit dari kelas mereka sudah sampai di tempat itu. Jaraknya lumayan jauh, tapi tak sejauh kamu sama dia hehe

"Van mau baca buku apa?" Tanya Elaina sambil melihat-lihat buku yang berada di rak.

"Geografi, lu sendiri apa na?" jawab Vano dengan melontarkan juga pertanyaan pada Elaina yang berada di rak yang berbeda dengannya.

"Wih anak IPA nyari buku IPS nih, salah jurusan ya? Aku lagi nyari novel sih," kata Elaina.

"Bukan salah jurusan, lebih tepatnya mau menambah wawasan aja na," dengan senyum manis malu nya Vano,  membuat pipi Elaina merah. Pria ini sedang tersipu, dan begitu manis terlihat nya.

'Hah apa ini? Dia senyum? Lucu banget tuhan,' batin Elaina.

Elaina sudah menemukan buku yang akan dibaca nya,begitu juga dengan vano. Mereka membaca di meja yang sama dan duduk di bangku bersebelahan, namun tidak terasa mereka membaca hingga tertidur beberapa jam disana.

Elaina akhirnya bangun menyadari bahwa ini sudah sangat terlewat jauh dari jam istirahat, dan akan repot jika ia telat masuk pelajaran, apalagi dengan Vano.

Elaina akhirnya membangunkan Vano yang tengah tertidur di meja, dengan nada pelan Elaina membangunkan nya.

"Vano, ayo ke kelas," panggilan pelan dengan Elina sambil melirik wajah Vano yg manis dengan mata tertutup.

Bukannya bangun dan membuka mata, Vano justru malah duduk dan bersender di bahu Elaina dan melanjutkan tidurnya.

Melihat wajah manis nya ketika sedang tidur, Elaina tida tega membangunkannya.

"Kayaknya kisah gw bakal seru kalo ada cowo manis ini di dalamnya, Mak ada cowo lucu tidur di bahu gw," ucapnya sambil memejamkan mata.

Beberapa menit setelah kejadian itu, Elaina justru malah tidur juga bersama Vano.

5 jam berlalu, saatnya murid-murid SMA Pancasila mengakhiri pembelajaran hari ini, kelas kelas telah sepi dan kosong. Bel pulang sekolah telah berbunyi 1 jam lalu, dan gerbang telah ditutup pada saat murid-murid telah pulang.

Namun Elaina dan Vano justru masih di dalam perpustakaan, beberapa menit kemudian Vano bangun lalu kaget melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 14:20, dan lebih mengejutkan lagi ia tidur bersender di bahu Elaina selama ia tidur.

Vano gugup dan malu setelah terbangun, bahkan untuk membangunkan Elaina, Vano terlalu malu. Dengan gugup akhirnya Vano membangunkan Elaina dari tidurnya.

"Na, ayo pulang udah sore," ucap Vano dengan pelan.

Karena Elaina tidak mau bangun juga, akhirnya Vano memutuskan untuk membangunkannya dengan nada sedikit lebih keras.

"Elaina, ayo bangun udah jam 3 ini," kata Vano yang melihat wajah Elaina masih tertidur pulas "Cantik ya dia,"

Elaina pun bangun dengan keadaan masih lemas ia kaget melihat jam dinding yang menunjukkan jam 3 sore. Elaina akhirnya berlari dan tersandung kaki kursi perpustakaan yang membuat nya terjatuh.

Brukk

"Aduh, kok kesorean," dengan menahan sakit Elaina mencetus.

Vano langsung berlari menolong nya dan kaget melihat darah di lutut Elaina, tanpa basa-basi Vano justru memangku nya dan pergi ke UKS.

Setelah sampai di UKS, Vano mengobati Elaina dan memberi tahu nya untuk lebih berhati-hati.

"Lain kali hati-hati kalo jalan, bahaya kalo udh jatoh gini," kata Vano sembari memberi obat luka pada lutut Elaina.

"Iya Van, ga sengaja," jawab Elaina sambil menahan sakit di raut muka nya.

Tanpa sengaja mereka berbicara lalu saling menatap satu sama lain.

"Vano kok dari deket ganteng banget," batin Elaina.

"Dia emang cantik," sambung monolog dari Vano.

Beberapa detik saling menatap, perlahan wajah mereka saling mendekat hingga hanya berjarak beberapa centimeter. Tanpa sadar mereka saling berdekatan dengan jarak 1 cm.

Dengan spontan Vano berbicara "Elaina, Lo cantik."

Elaina langsung kaget dan menjauhkan wajahnya dari pandangan Vano, rasanya campur aduk antara senang, malu dan sakit karena luka nya.

Pipi Elaina mulai merah yang terlihat jelas oleh Vano, membuat Vano khawatir ia sakit karena luka nya.

"Elaina wajah kamu merah, kamu sakit?," Ucap Vano sambil mengecek kening Elaina dengan tangan kanannya untuk memastikan suhu badannya.

Elaina diam terpaku, setelah tangan Devano mendarat di keningnya. Saat ini wajahnya benar-benar merah, jantungnya berdetak tak terkendali, keringat nya bercucuran. Siapa yang tak gugup di perhatikan oleh cowo se ganteng Vano? Semuanya pasti memiliki perasaan yang sama jika di posisi Elaina.

Karena gugup dan tak berkutik, Elaina langsung berdiri dan berjalan mengajak Vano untuk segera pulang. Namun baru setengah langkah saja Elaina sudah jatuh lagi karena lututnya yang kesakitan.

"Pelan-pelan Elaina, kamu masih sakit, ayo aku gendong aja ke motorku," ucap Vano membantu Elaina berdiri dari jatuhnya, dan memberi kan punggungnya untuk menggendong Elaina.

Karena Elaina merasa dirinya memang membutuhkan bantuan jadi ia menerima tawaran Vano.

Tak sampai 5 menit Elaina dan Vano sudah sampai parkiran di mana Vano memakirkan motor nya.

"Ayo naik, pelan-pelan aja na, gw anter pulang," kata Vano sembari menurunkan Elaina dari punggung nya.

"Makasih Van,"

Vano mengantarkan Elaina pulang tepat ke depan apartemen nya, ia juga menggendong Elaina sampai ke pintu kamarnya.

"Makasih ya Van, sorry gw ngerepotin," kata Elaina tersenyum dengan perasaan tak enaknya.

"gak masalah kok na, gw pulang dulu ya,"

makasih udah baca guys(◍•ᴗ•◍)❤


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALSAKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang