02

62 1 0
                                    

Apa artinya harta dan tahta. Jika tidak ada keharmonisan keluarga. Karena kedua itu tidaklah menjamin kebahagiaan

~ Danendra Okhta Aldhi Paramanda Raymound ~

•••

Danendra Okhta Aldhi Paramananda Raymound, tidak ada satupun yang tidak mengenal lelaki dengan nama terpanjang. Bak rel kereta api. Bahkan, namanya sudah mendunia dan tidak asing lagi. Itu dikarenakan ia merupakan salah satu putra dari salah satu pengusaha dan desainer terkenal. Yakni, Davied Raymound dan Qin Raymound. Sangat membahagiakan bukan? Bisa terlahir dari dua orang crazy rich dan incaran dunia seperti mereka.

Tapi, tidak dengan Nendra, yang justru berharap kalau orang tuanya dari rakyat biasa saja. Mengapa demikian? Karena padatnya jadwal yang mereka punya membuat mereka tidak memiliki quality time. Kasih sayang yang mereka beri pun tidak banyak tercurahkan untuknya. Alhasil, Nendra pun tumbuh menjadi sosok dingin yang tak tersentuh, serta berwajah datar.

Saat ini, Nendra sedang menjelaskan tentang kegiatan mereka ke depannya di hadapan siswa baru kelas sepuluh. Namun, hal itu terhenti. Ketika seorang adik kelas mengangkat tangannya bertanya. Dan dia adalah Jessi, si adik kelas yang bahkan belum ada sepekan bersekolah di sini. Tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Kak, punya pacar?"

Nendra memandang adik kelasnya, datar. Ketika ia dengan lancangnya bertanya hal privasi seperti itu. Well, sebenarnya pertanyaan tersebut adalah hal biasa dan umum untuk ditanyakan kepada seseorang yang ia kagumi.

Akan tetapi, untuk Nendra, itu adalah pertanyaan yang menyebalkan dan sama sekali tidak ingin ia jawab. Karena hal itu, merupakan salah satu hal pribadinya. Dan ia sama sekali tak ingin untuk berbaginya pada siapa pun. Oleh karena itu ... ia pun mengembalikan topik pembicaraan. Dan mengabaikan pertanyaan tadi.

"Jadi, kalian akan dilatih selama tiga hari. Sekian, terima kasih," katanya sebelum turun dari panggung dan kembali ke posisinya.

Tak ia pedulikan raut kusut gadis itu. Ia memilih untuk tetap memasang wajah datarnya dan menatap lurus ke depan. Sampai, upacara bendera pun berakhir.

"Yang sabar ya, Jes." Masih sempat ia dengar perkataan dari sahabat gadis itu. Sebelum ia benar-benar berlalu dari sana. Menuju lokernya.

Lagi-lagi Nendra menghela napasnya. Ketika ia menemukan tumpukan surat, cokelat, dan bunga di lokernya. Tidak hanya loker, kolong meja pun turut menjadi korbannya. Entahlah, apa yang dipikirkan otak bucin cewek-cewek itu. Sampai melakukan hal yang tidak faedah seperti ini.

Padahal, ia sudah berkali-kali mengganti kunci lokernya. Mungkin, sudah saatnya ia untuk pindah loker, lagi.

"Dison, buang!" titah Nendra datar pada sahabatnya.

Kuya yang juga merupakan sahabat Nendra pun terpengarah.

"Apa? Dison dibuang? Oke! Dengan senang hati!" kata Kuya berbunga-bunga. Bersiap untuk meraih kemeja Dison

Akan tetapi, Dison sudah lebih dulu mengelak dan menyentil kening Kuya, cukup keras.

"Bodoh! Maksudnya surat, bunga, dan cokelatnya, Jerk!" Kuya meringis. Masih mengelus-elus keningnya.

"Ya, bilang dong! Kan gue gak tahu, mana Nendra kalo ngomong singkat-singkat. Udah kayak orang sariawan ukuran ambeyen," desis Kuya. Membuat Dison melotot ke arahnya.

"Kunci," kata Nendra lagi, tak acuh dengan ucapan pedas sahabat resenya itu, sembari menyodorkan tangannya ke arah Kuya.

"Hah?"

Lovely Tears (NEJ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang