01

625 31 0
                                    

Gue kira, cinta pertama itu gak ada. Tapi, gue salah. Karena di sini, gue menemukan cinta pertama gue. Tapi, kenapa cinta pertama gue harus dia?! Gak bisa apa lo milih yang lain, wahai hati lembutnya Jessi?

~Jessi Uwais Adinand~

•••

Surabaya, 17 Juli

"Ayo, Jessi! Buruan! Lama banget, ih," decak seorang gadis yang menatap jengkel sahabatnya yang sedari tadi duduk di rerumputan. Tak berniat untuk bangkit sama sekali. Alias mageran!

"Lo aja yang masuk. Gue masih betah di sini. Kalo lo mau gendong gue, dengan senang hati gue terima," ucap gadis yang dipanggil dengan nama Jessi itu. Menyunggingkan senyum menantang, dengan tangan yang terlipat.

Gadis yang sejak tadi berdiri di hadapan Jessi itu mendengus dan memutar bola mata malas. Hendak meninggalkan Jessi sendiri.

"Fey! Yang benar saja! Tungguin gue," teriak Jessi lantang sembari menyusul Fey yang tengah berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah.

Jessi terengah-engah tatkala ia tak berhasil menyusul Fey. Dengan malasnya, ia mendudukkan bokong di tengah jalan. Tak peduli cercaan orang-orang di sekitarnya. Karena telah berhenti mendadak. Hingga ....

Brak

"Kalo jalan lihat-lihat dong!" kesal Jessi sembari mengelus kakinya yang baru saja ditabrak seorang lelaki.

Jessi mendongak dan ... tiba-tiba saja lidahnya kelu. Menatap paras tampan di hadapannya. Akan tetapi, lelaki yang ditatapnya itu tampak tak tertarik dengan Jessi. Ia justru menatap Jessi dengan mata berkorbar marah. Siap mengumpat, jika saja ia tidak ingat akan waktunya yang kian menipis.

"Jalan pake mata!" pesan lelaki tersebut dan bergegas menjauhi Jessi. Jessi mendesis dan bangkit berdiri. Menatap kesal punggung lelaki tersebut.

"Gila kalik ya, jalan pake mata. Di mana-mana, jalan pake kaki. Bener-bener sinting! Tapi, gak apa deh. Itung-itung dia ganteng. Lumayan deh. Daripada Ryo mantan gue. Gak ada keren-kerennya." Jessi melanjutkan langkahnya memasuki kelas. Mencari keberadaan Fey. Siap-siap untuk menimpuknya.

Plak

"Argh, sakit bego! Ngapain sih mukul-mukul gue?" kesal Fey sembari mengelus-elus kepala belakangnya.

"Lebay! Gitu aja sakit. Coba lo itung seberapa sakitnya gue yang lo tinggal begitu aja di luar, sampe ditabrak cogan yang gantengnya kayak pangeran. Ah ... super-super ganteng! Udah kayak calon ayah dari anak-anak gue aja," ucap Jessi sembari menatap langit-langit.

Membayangkan jika mereka nanti bisa bersama di kemudian hari. Fey yang menatap Jessi pun bergidik ngeri dan langsung memukulnya.

"Argh, sakit bego! Gak usah bales dendam napa?" Jessi berkacak pinggang.

"Ya elo sih, ngbayangin hal yang gak bener. Udah tahu kita baru lulus SMP, udah main mikirin suami-istri. Oh iya, sama anak! Gak habis pikir gue." Fey memijit keningnya pening.

"Feyliska Rinkana Angel Dernando yang cantik bak malaikat. Bisa gak, gak usah ganggu halu gue? Kalo mau nghalu, sonoh haluin si Sasuke lo. Dari kemarin tontonannya itu ... muluk. Sampe komiknya aja lo punya. Sekali-kali kek baca novel. Entar, gue traktir novel deh," tawar Jessi, santai.

"Beneran?" Mata Fey berbinar cerah, ketika mendengar kata 'traktir'.

"Iye, asalkan lo mau nglakuin syarat gue," ucap Jessi diiringi smirk devil.

Fey mendengus dan melipat kedua tangan di depan dada.

"Oke, fix! Gue gak mau. Bye-bye, Jessi." Fey bangkit dari kursi dan meraih papan namanya. Mengalungkan di leher dan bergegas keluar kelas sembari membawa topinya.

Lovely Tears (NEJ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang