05

23 2 0
                                    

DOUBLE UP!

DON'T FORGET TO FOLLOW MY
AKUN WP

Kalo bikin orang kesel tuh jangan nanggung-nanggung dong! Jangan cuman buat dia marah doang. Tapi, juga benci. Soalnya kan benci bisa jadi cinta. Kalo marah kan cuman bisa dapat dosa, dan yang dosa kan cuman dia. Jadi, sayang kan kalo dosa dia nambah

~ Jessi Uwais Adinand ~

•••

Sekarang ....

Jessi mengumpat di dalam hati. Dan sudah tak terhitung lagi ada berapa banyak nama hewan kebun binatang yang keluar dari bibir gadis itu. Bahkan, rasa-rasanya hewan di kebun binatang saja tidak cukup.

Tentu, ia tidak mengatakannya secara terang-terangan. Karena ia sendiri masih sayang nyawa dan tak ingin lelaki tidak tahu diri di sebelahnya semakin menganggap citra baiknya ini semakin buruk. Citra baik? Yah, setidaknya itu menurut Jessi.

Shit! Oh, ayolah, Xin! Jangan bikin Aunty-mu semakin panas. Tidak tahu apa teman yang sedang bermain denganmu itu memiliki hubungan dengan lelaki di sebelah Aunty. Shit! Nendra, shit!

"Percuma kamu menjaga image, kalo memang pada dasarnya hatimu juga busuk!" Jessi menolehkan kepalanya cepat ketika sosok di sebelahnya tiba-tiba buka suara.

"Elo! Berani-beraninya elo—"

"Aslinya saya juga tidak mau duduk sama kamu. Tapi, mau bagaimana lagi? Saya sudah berjanji kepada keponakan saya untuk bermain selama satu jam," jelas Nendra tanpa diminta.

"Bodo amat! Gue gak peduli, Sialan!"

"Memang ya, anak zaman sekarang sopan santunnya udah hampir hilang. Bahkan, mereka sampai berani buat berkata kasar yang amat dilarang sama orang tuanya. Yah, bagaimana pun, kalau pergaulannya sudah buruk. Akan sulit untuk diperbaiki. Oh, atau jangan-jangan memang sudah sejak lama mereka buruk. Tapi, baru ketahuan sekarang."

"Nendra! Lo bisa gak sih kalo ngomong gak usah nyelekit! Lo kalo ngomong bikin orang sakit tahu gak?"

"Saya tidak bermaksud menyakiti orang, saya hanya mengatakan realita. Kalau begitu, saya permisi." Nendra memakai airpod-nya. Berjalan entah ke mana.

Sementara Jessi yang berada di belakang Nendra hanya bisa menatap kepergian Nendra dengan napas yang mengebu. Ia kira Nendra adalah lelaki yang irit bicaranya. Tahu-tahunya keiritan bicaranya hanya ia jadikan sebagai tameng belaka, yang ia gunakan untuk menutupi semua perkataan pedasnya yang level dewa itu. Terlebih setelah kejadian dua hari lalu di sekolahnya.

Jessi pun menghentak-hentakkan kakinya kesal hingga tak sadar ia terpeleset batu dan terjatuh. Sontak saja—tanpa Jessi minta—lututnya pun menyium tanah dan kedua tangannya pun mengeluarkan sedikit darah yang teramat perih.

"Aa ... Mami! Sakit!" jerit Jessi tanpa sadar. Ia pun memegang telapak tangannya yang kini mengeluarkan darah.

Jessi terus menatap tangannya dalam diam. Berusaha menahan dirinya agar tidak mengeluarkan air mata.

Tap tap tap

Sepasang sepatu berhenti tepat di depannya. Jessi pun mendongak dan menemukan seorang lelaki yang tengah mengulurkan tangan kepadanya, yang terdapat sebuah plester dan obat merah.

Lovely Tears (NEJ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang