04

22 1 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN TERLEBIH DAHULU


KECEPATAN UP DILIHAT DARI SEBERAPA AKTIF ATAU SERING KALIAN MENINGGALKAN JEJAK!
Itung-itung memberikan semangat ke penulis, apalagi ini kan gratis

SO, HAPPY READING!

Diam bukan berarti tidak peduli. Bisa saja ia hanya membutuhkan waktu yang tepat untuk melakukannya

•••

Dua hari lalu ....

"Ih, Jes, gara-gara lo nih, kita telat!" omel Fey sepanjang perjalanan ke aula.

"Lah kok gue?"

"Iya, sapa suruh lo nambah bakso bakar tiga tusuk pake saos banyak! Kita jadi harus ke kamar mandi dan ngantre kan gegara lo kebelet berak."

"Halah, paling juga mereka gak peduli sama kita yang nelat. Nanti kita tinggal bilang aja kamar mandinya rame dan udah kebelet boker gak bisa ditahan lagi kan bisa," jawab Jessi enteng. Berbeda dengan Fey yang berlari, Jessi justru berjalan santai menuju aula.

Fey memutar kedua bola matanya malas hingga mereka pun sampai di aula. Melihat luar aura yang sudah sepi, seolah petanda jika acara sudah dimulai.

"Gimana nih, Jes. Acaranya udah mulai," kata Fey khawatir.

"Sstt ... diem, kita bakal ngendap-ngendap lewat belakang," kata Jessi.

Jessi mengawali dengan jalan mengendap-endap ke belakang murid baru lainnya melalui jalan yang ada di pinggir dinding. Mencari kursi yang kosong, dan duduk di sana. Baru saja mereka duduk, seseorang sudah berteriak dan atensi seluruh siswa pun tertuju pada mereka.

"Kalian! Sini maju!" teriak seorang gadis di atas panggung yang menunjuk Jessi dan Fey.

"Kita?" tanya Fey sembari menunjuk dirinya dan Jessi. Kakak kelasnya itu pun mengangguk.

Fey yang memang siswa baik pun menuruti perkataan kakak kelasnya. Namun, tidak dengan sahabatnya yang justru menatap kakak kelasnya itu nyolot.

"Kenapa gue harus maju ke depan? Apa salah gue?" sungut Jessi.

Sontak, Fey membelalakkan matanya dan spontan memukul lengan Jessi, keras.

Plak

Emang stres ini anak! Perlu dirawat inap di rsj rupanya, batin Fey tidak habis pikir.

Sementara Jessi menatapnya tidak terima sekaligus bertanya lewat pandangan matanya. Seolah-olah pertanyaan tadi bukanlah sesuatu yang memalukan.

Tarik napas, Fey. Tahan ... Jangan buang ke belakang ataupun emosi. Ingat umur, ingat.

Fey hanya tersenyum tipis saja. Dan berkata, "Jessi, lo mending diem aja deh, lo—"

"Siapa yang nyuruh kalian bicara?! Cepat naik!"

Fey menghembuskan napasnya, mengutuk sahabatnya dalam hati.

Jessi, sialan! Bener-bener nyebelin! Fey mendengus dan berdiri. Menarik Jessi yang tak berniat maju ke depan dan menghadap langsung ke arah kakak kelas yang memanggilnya tadi.

Lovely Tears (NEJ) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang