zagagel

129 32 12
                                    

Zagagel in some Judeo-Christian traditions, the Angel of the Presence / Face (lit. "faces", Hebrew: Mal'akh HaPanim, מלאך הפנים‎) or Angel of his presence / face (Hebrew: Mal'akh Panav, מַלְאַךְ פָּנָיו‎) refers to an entity variously considered angelic or else identified with God himself.

 "faces", Hebrew: Mal'akh HaPanim, מלאך הפנים‎) or Angel of his presence / face (Hebrew: Mal'akh Panav, מַלְאַךְ פָּנָיו‎) refers to an entity variously considered  angelic or else identified with  God himself

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moncong-moncong kamera, pakaian-pakaian dengan desain unik, tamu-tamu dalam balutan busana bermerek, masing-masing memamerkan betapa mewahnya pakaian mereka. Dibanding Felix yang tampak antusias menatap semua 'keindahan' fashion itu, Chris sebaliknya. Ia tampak kurang tertarik. Beberapa koleksi terlalu berlebihan untuk seleranya, dan beberapa yang lain tampak kurang memuaskan untuk dirinya. Ah tapi apa juga urusan dirinya dengan semua ini? Ia kesana hanya karena Felix. Mengapresiasi kerja keras sekertaris mudanya dengan menerima undangan fashion show ini.

Chris melihat sekilas ke arah jam tangan miliknya. Baru lima belas menit! Tapi kenapa rasanya lama sekali?

Pikiran Chris mulai melayang-layang akibat jenuh. Ia tidak bisa fokus sama sekali ke panggung yang berjarak selemparan batu dengan dirinya. Padahal seharusnya ia mengistirahatkan pikirannya, tapi sekarang isi berkas-berkas pekerjaannya malah memenuhi setiap inci otaknya. Teringat hasil rapat tadi pagi. Ah, ia akan meminta Felix mengirimkan detail perusahaan yang akan bekerja sama dengannya setelah ini.

Lepas memikirkan pekerjaan, yang mengisi pikiran Chris berikutnya tidak lebih baik. Ia lagi-lagi teringat kejadian di Australia. Terbayang dengan jelas rupa orang itu. Bibir berisinya, mata cantiknya, hidung bangirnya, mole di bawah matanya. Semua terekam dengan jelas di memori Chris. Semuanya terasa nyata. Rasanya seperti Tuhan mengizinkannya bertemu Sam sekali lagi.

Chris meringis. Kenyataan kalau dirinya mulai berhalusinasi akan keberadaan Sam pertanda kalau dirinya mulai tidak stabil lagi. Dan itu membuatnya frustasi. Frustasi akan ketidak sehatan mentalnya, dan frustasi akan betapa ia merindukan Sam bahkan setelah sekian belas tahun berlalu. Lihat betapa teganya rasa rindu itu sampai menghadirkan makhluk indah itu di depan matanya.

Jujur saja, meski diri Chris tau kalau sosok Sam yang kemarin ia lihat adalah halusinasi, ada bagian dari dirinya yang mengingkari itu. Sebagian dari dirinya merasa kalau itu bukan halusinasi. Alasannya? Karena ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Sam yang ia lihat kemarin berbeda.

Iya. Berbeda. Ada sesuatu yang asing dari penampilannya. Sam yang ia lihat kemarin bukan lagi Sam dalam bentuk remaja berusia lima belas tahun yang mudah terpancing emosi. Sam yang ia lihat kemarin adalah Sam yang tampak lebih dewasa dengan rambut hitam tergerai sampai pundak. Sesuatu yang tidak-

"Chris? Chris-hyung!"

Chris gelagapan. Ia segera menoleh ke sumber bisikan.

"Kau melamun, hyung."

Chris tidak bisa membantah. Ia hanya memasang senyum tenang, seakan-akan melamun di acara fashion show adalah sesuatu yang wajar.

"Apa ada yang menganggu, hyung?"

Next Page [ChanJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang